Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 71 - ANOTHER SCUNNER OF THE DAY

Chapter 71 - ANOTHER SCUNNER OF THE DAY

Ledakan maha besar membumihanguskan semesta planetarium sihir! Pancawarna dunia flora hilang menjadi abu, dimakan habis oleh bunga api ungu. Ini semua ulah salah seorang druid yang meledakkan diri dengan partikel Protos.

Pahatan tengkorak sang pemakar sudah mirip bongkahan arang, tapi masih terpampang jelas menganga di atas tanah. Alicia hampir saja mematikan pelindung sihirnya karena tertekan, namun belasan proyektil burung gagak yang tiba-tiba menabrak kubah pelindung dan ikut meledakkan isi perut mereka mengurungkan niat sang gadis.

Dari segala arah selasar, keluar sosok-sosok asing dari masing-masing pintu teras. Sosok yang asing bagi para penyihir hutan, namun begitu akrab dengan Alicia, terlebih lagi rekan-rekan sihir Magisterium. Siapa lagi mereka kalau bukan bagian dari kelompok penyihir bertopeng pengguna partikel Protos. Kelompok misterius yang ada sekaligus tidak ada!

Sebelum waktu berjalan maju, tidak lupa terdapat sebuah kabar melegakan: Sama sekali tidak ada korban manusia dalam insiden tersebut—tentu saja, selain pembelot negara tadi. Semuanya berkat medan gaya Arcane dari Alicia yang semakin piawai.

Kembali ke cerita utama. Broin melihat pendaran biru dan kelipan bintang melindungi semua orang dari cengkraman maut. Namun mendengar napas sang gadis yang terlampau berat membuatnya khawatir.

"Nona Alicia! Apa kau baik-baik saja?"

Alis sang gadis yang ditarik tajam ke bawah serta bibirnya yang mengerucut mengisyaratkan sebaliknya. Keringat dinginnya menandakan ia menanggung segala rasa sakit dari ledakan tersebut.

"Ini mengkhawatirkan," Haddock mendekati mereka berdua. "Kalau Vanir saja berhasil disusupi pemahaman radikal seperti ini, tidak ada tempat yang aman di belahan dunia manapun!"

"Tapi kita sudah melakuan penyapuan intensif sampai ke dalam-dalamnya demi memberantas kelompok radikal ini dari tanah Vanir!" balas Broin

Sang Grand Magus berjalan mendekati kubah pelindung. "Tidak cukup dalam."

Tongkat sihir dengan berbagai ukuran sudah dilentangkan kepada para penyihir hitam. Odelie, satu-satunya astrolog di perhimpunan, secara ajaib mengeluarkan "Katalis Iman"—senjata andalan astrolog berupa bola setengah utuh berlapis emas dengan rongga berbagai macam bentuk, dan rangkaian kawat emas rumit mengitari rongga-rongga tersebut.

Harus diakui selera topeng milik para druid pembelot lebih berkelas dibandingkan milik penggiat 𝘞𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥𝘳𝘺. Adapun mereka mengenakan topeng pahatan kayu yang dibentuk menjadi aneka wajah monster yang sudah kelewat menyeramkan, dilipatgandakan lagi dengan rupanya yang terdistorsi. Namun semua kroco tersebut tak dapat menyaingi busana seorang sahir yang datang dari plafon langit lepas, didampingi oleh sepasang sprinkhond—belalang berukuran sebesar anjing dengan dua pasang kaki pegas dan sepasang kaki raptorial di bagian depan, dengan mata silet tajam di tiap ujungnya.

Manusia Ngengat, penyihir serangga, hadir kembali menghantui Alicia Crimsonmane.

Sebagai satu-satunya penyihir serangga, ia mendesah ketika melihat seluruh isi kebun habis terbakar. "Kawan mungil yang malang. Kurangnya rasa seni pada orang bodoh inilah yang membuat manusia takut akan apa yang dapat diperbuat Khaos," ujar sahir itu memegang kupu-kupu gosong yang sayapnya luruh meretih.

Sesudah itu ia berdiri lagi. Setapak demi setapak, hangus tanaman hancur berkeping-keping diinjak kedua kaki itu. Manusia Ngengat mendekatkan diri lagi ke batang hidung Alicia di balik pelindung, persis sama seperti waktu itu. Dengung mengudara menyusupi medan gaya Arcane.

"Kau membawa banyak teman, Nona," sapa Manusia Ngengat dengan suara paraunya.

"Kumohon, jangan membuang waktumu. Jawabanku masih sama." Alicia menanggapinya tegas meskipun masih terengah-engah.

"Oh, terima kasih karena tidak bertele-tele, kalau begitu! Teman-teman, 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘪𝘭 perisainya sampai dia mati!" Begitu saja. Tak muluk-muluk. Sahir serangga seketika berbalik disusul dengan rentetan proyektil sihir hitam!

Di kala para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 hitam melemparkan segala mantea yang diperkuat dengan partikel Protos, Para druid yang telah beralih ke Khaos bergandengan mendaraskan doa. Tanah berguncang dan retak, mengeluarkan sengatan cahaya violet yang sampai menyusupi batas kubah pelindung Arcane.

"Yang dipertuan Bifrovs, yang melirik dari lubang pohon dan cerminan batu mulia! Anugerahkanlah ilham baru pada Pohon Semesta. Biarkanlah ranting pohonnya berbalik membelai kami dan ilmu jagat raya menjatuhkan lawan-lawanmu!"

Hawa Khaos menyesakkan segala dada. Sayang sekali Pohon Pengetahuan bukanlah tempat berdiam Arcane lagi sehingga energi Khaos leluasa menempati pohon tersebut sebagai istana kebanggaan yang baru. Ini adalah penistaan tingkat tinggi bagi para praktisi Druidisme! Pohon Pengetahuan seketika membusuk di hadapan Alicia dan para penyihir. Daun-daun sucinya berguguran, dan tupai-tupai yang bersarang di pangkalnya terjengkang dan mati. Akar lancip menyembul dan menusuk beberapa druid kemudian menghempas mereka keluar!

"Alicia, awas!" perisai sihir Arcane pecah disebabkan Haddock mendorong Alicia dari terpaan akar pohon yang hendak menyapu bersih para hama Magisterium. Imbasnya, semakin banyak korban sihir Khaos berjatuhan dari pihak druid dan Magisterium. Belum lagi formasi mereka berantakan, dikepung oleh penyihir hitam bertopeng dari segala arah.

Broin memandang lemas Pohon Pengetahuan yang menarik diri dari tanah dan berubah menjadi mandrake raksasa yang mengerikan. Punahlah sudah harapan bangsa Vanir, warisan yang dijaga milenia lamanya. Ohher belum tentu melawat kembali sebagai pembangkit tanaman ketika para druid terbukti tak mampu menjaga pohon suci tersebut.

Terlalu tinggi dan sempit, tubuh sang mandrake meruntuhkan tembok penuh mural sejarah Vanir. Beruntung mandrake Pohon Pengetahuan ini bisu. Kalau tidak, bisa-bisa Alicia dan yang lain mati dari pekikannya! Lebih dari pada itu, para penyihir bertopeng ini tentu tidak bermain-main. Sudah kesekian kalinya 'keusilan' mereka meluluhlantakkan tengara magis dari berbagai negara, namun tetap saja, tak satupun dari penegak hukum tak bisa mendengus asal muasal bau mereka!

Haddock dan para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 berinisiatif mengeluarkan sihir pelindung berlapis menggantikan pelindung Arcane, sementara para druid masih sibuk bertebaran di area kebun. Mereka berusaha sekuat tenaga menciptakan tanaman menjalar dan mengendalikan beruang dengan doa mereka. Manusia Ngengat berusaha menerobos pertahanan sihir kelompok 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 dengan ribuan kawanan serangga, sementara kedua sprinkhond-nya masih sibuk menyayat beruang dan mencincang para penyihir alam yang tidak hati-hati.

"Alicia, berkati kami semua dengan Arcane!" perintah Haddock.

Netra Broin terbuka lebar ketika Haddock memerintah sang gadis demikian. Masih ada setitik harapan yang dapat dipetik dari kekacauan ini. Sentuhan Sempena Ilahi, tak pernah orang tua itu merasakannya selama lebih dari lima puluh tahun. Alicia pun lalu beralih dan menyebarkan garis ley biru ke semua pihak sekutu. Inilah dia, Arcane yang didambakan kembali memenuhi mereka semua!

Semangat para druid—termasuk Broin dan para beruang—langsung membara. "Terima kasih atas kekuatan Arcane-nya, Alicia," tutur si druid tua itu. Dengan percaya diri mereka semua berbalik melawan para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 dan druid yang membelot.

"Wahai tanah, dan segala akar yang menyusuri bumi, dengarkanlah pintaku! Keluarlah menjadi mahluk baru, tundukkanlah mereka yang menjadi penghalang bagimu!"

Broin dan dua rekannya mengucapkan doa tersebut, dan sebatang pohon putih dari masing-masing druid mencuat dari bumi! Ketiga tanaman tersebut. mengitari lalu memilin tanaman hitam busuk milik para druid jawara Khaos. Pohon putih yang sudah menyegel pohon sihir hitam lantas mengeluarkan beberapa cabang lagi guna melilit para penyihir jahat, lalu membanting mereka ke sana ke mari sebelum dihempaskan jauh-jauh! Pohon milik Arcane dan Khaos saling berkutat dalam bentrokan energi energi hingga keduanya kering dan hancur.

Sementara itu, mandrake raksasa masih mengamuk, dan kini mereka meladeni amukannya. Broin dan yang lain segera bergegas ke sana. Beberapa 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 sudah berterbangan dengan sapu sihir membedil wajah pohon yang jelek berkerut, sedangkan para druid mendaraskan doa lainnya teruntuk kepada mendiang Pohon Pengatahuan guna menempatkannya ke peristirahatan terakhir.

"Lihatlah ke bawah—lihatlah kepada kami, serakan spora yang menari-nari di tengah cakrawala! Lihatlah, ini tempatmu bersemayam. Ia yang telah wafat kelak akan mendatangkan lebih banyak kehidupan. Datanglah, dan selimutilah dia dengan daya hidupmu. Kelak engkau melalui dia mencerahkan wajah bumi untuk seribu tahun lagi!"

Sudah sewajarnya sesuatu yang disentuh Khaos akan rusak kalau tidak mati. Tapi Sempena Ilahi itu mengubah segalanya. Di celah-celah kulit kayu keunguan tiba-tiba tumbuhlah lumut di kaki Mandrake yang dari padanya, Arcane menghancurkan seluruh jaringan Khaos. Lumut-lumut tersebut melipatgandakan diri dengan sangat cepat, sehingga mahluk tersebut tak dapat merasakan kakinya dan tumbang!

Wajah mandrake itu telah rusak akibat rentetan daya Arcane, dan lumut-lumut semakin memenuhi tubuhnya. Tampak mandrake itu telah "sadar", dan dari kedua mata keluar mata air mengalir. Sang mandrake tua ternyata sangat menderita dan sudah tak tahan lagi akan pergumulan lumut Arcane dan Khaos pada dirinya. Sampai Arcane melumuti hampir seluruh wajah keriput itu, mata melasnya menyimpulkan permintaan maaf, terutama kepada para druid yang telah mengabdi padanya selama bertahun-tahun. Lumut menggerogoti matanya. Pohon Pengetahuan itu sekali lagi mati.

Broin mendekat, meraba batang kayu suci berlumut itu. Ia ingin berkabung. Oh, dia akan mendapatkan perkabungan itu. Segera, setelah penyihir hitam jahanam mendapatkan ganjarannya. Tangannya mengepal kuat, mulailah ia meneriakkan tangisan perang kepada seluruh alam raya!

"Tempat ini tidak lagi suci, maka halallah darah mereka! Kurbankan mereka semua, tanpa satupun tersisa! Biar dengan darah mereka sendiri menjadi asupan tanah, supaya sucilah kembali seperti sedia kala! Alam telah murka, niscaya ia akan mengoreksi segala kecacatan padanya!"

Teriakkan yang disambut oleh teriakan lainnya para druid dan beruang yang sudah liar. Seruan perang Ini bukan sekedar seruan perang, ini adalah doa.

Apa yang tampak sebagai kecambah raksasa keluar dari tanah, kemudian mekarlah bunga bermoncong ganas. Sebuah petuah dari Ohher, para druid menyebut tanaman itu hunger petals. Tidak hanya satu, ada lima hunger petals lagi yang mencuat dari segala arah, dan tiap tanaman menumbuhkan tiga bunga bermoncong bergerigi layaknya hiu laut!

Tidak itu saja, berbagai macam burung liar datang dari lubang lelangit dan menyambar mereka yang berhati busuk. Selagi seorang penyihir sibuk menghalau elang hræsvelgr atau cockatrice yang hendak mengoyak daging pada wajah mereka, hunger petals menargetkan kakinya yang lemah dan melumat manusia itu habis. Burung-burung karnivora hanya mendapatkan jatah berupa darah yang merembes dari balik gerigi tanaman tersebut. Alam memang ganas.

Odelie segera menarik tangan Alicia untuk mencegahnya melihat terlalu banyak kengerian. Broin pun juga setuju akan tindakan sang peramal. "Alam sedang murka! Segera bawa Alicia dari sini!" ucapnya. "Aku mendoakan semoga perjalananmu berhasil!"

"Tuan Broin, bagaimana dengan dirimu? Kau juga harus pergi!" Belum setengah hari mereka bertemu, tapi Alicia sudah menyatakan kecemasannya kepada para druid, terutama si kakek tua Broin.

"Nona, kau sudah memberikanku daya Arcane! Itu lebih dari cukup untuk mengulur waktu mereka! PERGI, SEKARANG!"

"Ayo, Dik Alicia! Tidak aman berada di sini!" Odelie lalu menyeret sang gadis pergi.

"Alicia, segera ikut Odelie dan yang lain!" Haddock juga ikut berimbuh. Dia dan Bartholomew sibuk melawan penggiat Antrhomania, si Manusia Ngengat itu sendiri.

Alicia menurut. Ia memasrahkan gerak badannya kepada kakak Odelie, memandunya masuk ke salah satu pintu teras. []