Menurut kalian, hal apa yang paling mendominasi di dalam hidup ini bagi seorang pria lajang berusia 29 tahun?
Harta? Takhta? Atau, wanita?
2 hal diantaranya telah dimiliki oleh pria 29 tahun bernama Nathan Czarford, tetapi tidak dengan hal terakhir, yaitu wanita. Oh, benarkah?
***
Limosin hitam dengan logo burung berwarna gold yang ditumpangi oleh seorang pria penerus bisnis keluarga Czarford berhenti dengan elegan di depan lobi Hotel Czarford yang berlokasi di London, Inggris.
Pria tampan itu tidak sendirian, melainkan bersama dengan seseorang yang selalu di sisinya. Ya, siapa lagi kalau bukan sang asisten pribadi.
"Ayo, Lucky!"
Tanpa menunda waktu, Nathan keluar dari mobil super mewah yang menjadi salah satu koleksi pribadinya sambil merapikan jas. Pria dengan tinggi 185 cm tersebut berjalan hendak memasuki lobi hotel, tetapi kerumunan wartawan dengan cepat menghadangnya.
"Tuan Muda Nathan, di mana Nona Xaquila? Mengapa Anda datang ke acara bergengsi ini hanya seorang diri?"
"Tuan Nathan, apakah Anda tidak berniat untuk membawa hubungan Anda dengan Nona Xaquila ke pelaminan?"
"Tuan Muda, apakah Anda akan memberikan klarifikasi mengenai hubungan Anda dengan Nona Xaquila?"
Nathan diberondong pertanyaan, tetapi tak ada satu pun yang dijawabnya. Melihat Nathan berada di situasi sulit seperti sekarang, Lucky tidak tinggal diam. Sebagai seorang asisten pribadi, dia segera mengambil tindakan.
"Hei! Hei! Hei! Menjauhlah dari Tuan Muda Nathan!"
Lucky yang selalu heboh berhasil menarik perhatian para wartawan dan Nathan pun terselamatkan karenanya. Dia menjaga jarak antara dirinya dan Nathan dari kerumunan wartawan.
Dengan panik yang luar biasa, Lucky segera memeriksa kondisi kuku-kuku jari tangannya yang baru saja dipoles dengan kuteks berwarna pastel.
"Pengawal! Bagaimana kalian menjaga Tuan Muda Nathan?! Permisi, para wartawan! Tuan saya akan segera memberikan klarifikasi mengenai hubungannya yang kandas dengan Nona Xaquila. Namun, tidak sekarang. Saya harap kalian mengerti."
Lucky tidak sadar bahwa dirinya telah salah ucap. Namun, ketika Lucky mendapatkan tatapan tajam dari Nathan, dia baru mengerti jika ada sesuatu yang salah.
"Astaga! Anne Marie Antoinette Ashe Ashe!"
Lucky segera menutup mulutnya yang sontak mengucapkan mantra saat dilanda panik juga gugup sehingga membuat kedua bola mata Nathan hampir terlepas dari rongganya.
Para wartawan kembali heboh usai Lucky salah berbicara.
"Jadi, kabar burung yang tersiar tentang keretakan hubungan Tuan Nathan dan Nona Xaquila benar?"
"Lalu, apa penyebabnya?"
"Tuan Nathan, tolong berikan kami penjelasan!"
"Tuan Nathan, benarkah rumor yang mengatakan bahwa Anda adalah seorang pria penyuka sesama jenis?"
Nathan menoleh ke arah wartawan yang terakhir melemparkan pertanyaan seraya tersenyum miring. Semua orang pun menolah dan menunggu jawabannya.
***
Klik!
Terdengar suara televisi dimatikan oleh seseorang. Suasana gelap langsung terasa karena hari memang masih malam. Zachary duduk di sofa single besar dan mewah yang didatangkan langsung dari Turki.
"Bagaimana, Nathan? Apakah kau dan asistenmu yang konyol ini sudah melihat dengan jelas siaran ulang berita malam ini?"
Suara berat nan tegas milik Zachary terdengar di telinga Nathan dan Lucky. Seketika itu juga, iris mata hazel milik Zachary membesar saat menatap Nathan yang berdiri di sisi kanannya.
"Kau telah menjalin hubungan dengan Xaquila sejak kuliah. Bagaimana bisa kau kehilangannya, Nath?"
"Kakek, lama atau tidaknya suatu hubungan tidak menjamin akan tetap langgeng dan berakhir di pelaminan. Pahamilah hal itu!"
Nathan yang semula menunduk, kini mendongakkan kepala menatap Zachary lekat-lekat.
"Diam! Sejak kapan kau berani memotong pembicaraan Kakek?!"
Nathan menghela napas dengan berat, lalu merapatkan bibirnya. Sedangkan Lucky hanya bisa menutup mulut dan berdiri di belakang Nathan.
Brak!
Pintu ruang tidur Zachary terbuka lebar. Semua orang yang berada di dalam sana menoleh ke arah pintu dan melihat kedua orang tua Nathan datang.
"Oh, Tuhan!"
Ainsley datang dengan langkah cepat menghampiri Nathan. Dia mengulurkan kedua tangan, lalu mengusap lembut wajah Nathan yang sedang murung.
"Kau sudah kembali dari pesta, Sayang? Bagaimana dengan pestanya? Apakah meriah?"
"Oh, Ma, lepaskanlah tangan Anda! Saya baik-baik saja."
Nathan selalu bersikap lembut kepada sang mama. Dia adalah seorang anak penurut dan kebanggaan Ainsley Czarford.
"Lihatlah, Thomas! Bagaimana bisa seorang penerus keluarga Czarford adalah seorang penyuka sesama jenis?! Dan kau tahu, siapa pasangannya?! Asisten pribadinya sendiri. Karena hal itu pula, Xaquila pergi meninggalkan Nathan."
'Ya, Tuhan! Omong kosong apalagi ini yang merasuki Kakek?!'
Nathan melirik Lucky yang terlihat sedih sambil mengeluhkan sikap Zachary di hatinya.
Zachary beranjak dari kursi. Dia berjalan menuju Thomas yang hanya berdiri memperhatikan istri dan anaknya.
"Lihatlah Istrimu, Thomas! Dia selalu memanjakan Nath sejak dulu sehingga Cucu saya tumbuh besar menjadi seseorang yang tidak normal."
Zachary memasukkan kedua tangan ke saku celana.
"Pa, jangan berlebihan! Saya yakin, Nathan tidak seperti itu."
Ainsley membela Nathan saat melihat suaminya hanya terdiam. Tangan wanita elegan itu menggenggam erat tangan Nathan yang dingin dan berkeringat.
'Astaga! Apakah Nath sangat gugup berhadapan dengan Kakek Zac?!'
Ainsley bertanya di dalam hati sambil menatap Nathan dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Kau lihat, Thomas?! Di mana peranmu sebagai seorang kepala keluarga?! Apakah kau akan mempercayai anakmu begitu saja?!"
'Sial! Sekarang aku harus bagaimana?!'
Nathan mengumpat sang kakek di dalam hati. Geram dan kecewa. Itulah perasaan pria kelahiran London saat ini.
"Jika Nenekmu masih hidup, tentu saja Beliau akan sangat kecewa dan sedih melihatmu tumbuh seperti sekarang ini, Nath."
Akhirnya, Thomas membuka mulutnya. Dia menatap Ainsley dan Nathan bergantian dengan kecewa.
"Thomas, mengapa kau berkata seperti itu kepada anakmu sendiri? Oh, ayolah! Mengapa kita tidak memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk Nathan menjalani takdirnya sendiri? Lagipula, saya percaya bahwa Nathan bukanlah seorang penyuka sesama jenis seperti yang dibicarakan di luar sana!"
"Mengapa kau begitu yakin, Ainsley?"
Zachary memberikan pertanyaan yang menjebak. Namun, Ainsley tidak gugup sama sekali.
Ainsley melepaskan genggaman tangannya dengan Nathan, lalu berjalan menuju Zachary dan Thomas dengan percaya diri. Dia telah menguatkan tekad untuk membela Nathan yang dianggap bersalah di rumah besar keluarga Czarford.
"Pa, saya adalah wanita yang mengandung dan melahirkan Nathan."
Ainsley meletakkan kedua tangan tepat di jantungnya. Kedua mata birunya berkaca-kaca ketika menatap Zachary.
"Saya juga merawat Nath dengan kedua tangan saya sendiri. Lalu, di mana anak Papa ketika saya sedang kesulitan?! Jadi, sayalah yang lebih mengenalnya dengan baik."
'Astaga! Apa yang Mama ucapkan barusan?! Tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan Mama mengorbankan dirinya sendiri untukku.'
Nathan berjalan menghampiri Zachary dan kedua orang tuanya. Dia menggenggam erat tangan kiri Ainsley.
"Ma, sudahlah! Tidak perlu seperti itu! Karena kelak waktu akan menjawab semua tuduhan ini."
"Wow! Bijak sekali kata-katamu, Ainsley. Ya, begitu pula dengan anakmu. Kalian berdua sangat pantas menjadi aktor dan aktris."
Thomas menyunggingkan senyum tipis di bibirnya saat mendengar Zachary melontarkan kalimat sindiran untuk istri dan darah dagingnya.
"Jika kau hanya duduk manis menunggu waktu, itu akan sia-sia, Nath!"
Zachary mendekatkan wajahnya kepada Nathan. Namun, Ainsley segera menarik tangan Nathan dan mengajaknya untuk mundur beberapa langkah.
"Katakan apa kehendak Kakek?"
Nathan memasang badan untuk Ainsley. Dia berdiri di depan Ainsley yang terlihat rapuh.
"Jangan tanyakan itu kepada Kakek, Nath!"
Ainsley berusaha menjadi penengah antara Zachary dan anaknya, meskipun dia tahu usahanya akan gagal karena sang mertua sangat keras kepala.
"Pecat asisten pribadimu dan cari wanita pengganti Xaquila, lalu nikahi dia!"
***
"Hei, Lucky! Saya sudah mengikuti saran mu yang konyol itu. Lihatlah! Sia-sia saja saya berada di sini."
Sudah 3 jam lebih 30 menit, Nathan dan Lucky berada di dalam mobil yang terparkir di depan kantor pencatatan sipil kota Birmingham, Inggris. Nathan gelisah sekaligus geram melihat Lucky diam saja saat diajak bicara.
"Astaga! Bisakah kau membuang cermin kecil yang selalu kau bawa-bawa itu, Lucky?! Hah?!"
Lucky menoleh ke arah tuannya sambil menyimpan benda keramat yang selalu dibawa pergi ke mana pun.
"Demi Tuhan, Tuan muda Nathan Czarford yang memiliki wajah tampan memesona, incaran para wanita, memiliki bentuk tubuh dambaan kaum pria, dingin layaknya pegunungan Himalaya, kaya raya seantero Inggris raya, tetapi sayang ... tidak pandai bercinta!"
Sang asisten yang memiliki dua kepribadian ini pun mengubah posisi duduknya yang semula membelakangi Nathan, kini duduk berhadapan dengan sang tuan.
"Duhai! Lihatlah wanita itu, Tuan Muda!"
Lucky menunjuk seorang wanita yang berdiri di samping mobil sport Nathan. Teriakan Lucky yang spontan, sontak membuat Nathan terkejut juga penasaran.
"Mengapa dia menangis tersedu-sedu seperti itu, Lucky?!"
Lucky menyandarkan tubuhnya sambil mengangkat kedua bahu.
"Entahlah, Tuan. Namun jika Anda tidak keluar dan mencari tahu, lalu bagaimana Anda akan tahu?"
Nathan memperhatikan wanita muda yang menggunakan pakaian pengantin dengan seksama. Kemudian, dia menggeleng.
"Maksudmu, saya harus keluar menyapanya?! Begitukah?!"
"Lalu, siapa lagi kalau bukan Anda?!"
Lucky menunjuk Nathan dengan jari telunjuk yang lentik.
"Astaga, Lucky! Saya adalah Bos mu. Mengapa tidak kau saja yang keluar dan mencari tahu?!"
Nathan bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Jadi, Anda ingin saya keluar dengan penampilan seperti ini dan menggagalkan rencana, Tuan Muda?!"
"Sial! Saya lupa bahwa kau bukanlah pria normal, Lucky!"
Usai berseru, Nathan pun membuka pintu mobil.
"Semoga beruntung, Tuan Muda!"
Lucky melambaikan tangan ke arah Nathan sambil menggodanya. Namun, Nathan tidak membalas.
Brak!
Suara pintu mobil mengagetkan wanita yang sejak tadi menangis. Nathan menatapnya dan merasa kasihan.
"Apakah Anda baik-baik saja, Nona?"
Si wanita menghapus air mata yang masih mengalir.
"Tidak ada satu pun wanita yang sedang menangis terlihat baik-baik saja, Tuan."
'Astaga! Ketus sekali wanita ini.'
Nathan mengelus dada usai mendapatkan jawaban ketus dari si wanita. Dia melihat wanita itu hendak pergi. Namun, Nathan segera menarik tangannya.
"Tunggu!"