Sebuah stasiun kereta , dikota A.
Tampak seorang gadis cantik dengan penampilan sederhananya tengah mendorong kopernya keluar dari stasiun kereta.dia adalah Albina rafasya.
Bina melirik kekanan kekiri untuk mencari orang yang akan menjemputnya.
''Nona Albina refasya ? '' tanya supir Kakek Wijaya.
''Iya..'' jawab Bina.
''Saya ditugaskan untuk menjemput Nona.''
''Baiklah..'' ucap Bina.
''mari..''
Bina mengangguk lalu mengangkat kopernya sendiri kemobil,karena sang supir tidak ada inisiatif untuk membantunya.
Didalam mobil Bina hanya melirik kekaca jendela mobil sambil menikmati pemandangan kota A.
Telepon Bina berdering,membuatnya senang.
''Hallo kek..'' Ucap Bina .
''Bagaimana, apa Bina sudah tiba dirumah kakek wijaya..'' tanya Elmud kakek Bina.
'' Belum kek, sekarang Bina sedang menuju kerumah kakek Wijaya,.'' Jawab Bina sambil tersenyum.
''Hmmm,,dasar cucu keras kepala,sudah kakek bilang ,sebaiknya Bina menaiki pesawat saja agar lebih cepat tiba disana.'' Omel kakek Elmud.
Sementara Bina hanya tersenyum dengan ocehan kekeknya.
''Kakek,mulai lagi.apa kita akan berdebat terus?atau kakek mau Bina kembali kerumah supaya kita bisa berdebat sepuasnya?.''ancam Bina
'' Ish, anak ini selalu mengancam kakeknya,sudahlah , Bina baik-baik disana ya.'' Pesan Elmud.
''Tentu kakekku sayang,kakek tenang saja Bina pasti akan baik –baik saja disini,kita berpisah dulu selama 3 bulan, Bina pasti akan merindukan kakek.'' Ujar Bina dengan manja,ini pertama kalinya Bina berpisah lama dengan Elmud.
''kakek juga,,Kakek yakin Wijaya dan keluarganya pasti akan memperlakukanmu dengan baik.''ucap Elmud.
Bina hanya tersenyum ,ia belum tau apakah keluarga calon suaminya akan menerimanya atau tidak.
''Baiklah,kakek jaga kesehatan disana ya,jangan pernah telat minum obat walau Bina tidak ada ,ingat Bina akan selalu mengawasi kakek dari jauh,jadi kakek tidak akan bisa macam-macam.'' Pesan Bina dengan penuh penekanan,lalu sedikit tertawa.
''Iya,kakek pasti akan rajin minum obat tepat waktu,karena cucuku telah menuruti permintaanku.'' Ucap sang kakek yang selalu terkesan dengan perhatian cucunya itu.Elmud sangat menyayangi Bina ,makanya ia sengaja menjodohkan Bina dengan cucu sahabatnya yang sudah ia kenal sangat lama ,agar Bina tidak salah pilih calon suami nantinya.
''Baiklah,aku tutup dulu ya kek, sepertinya sebentar lagi aku sampai.'' Ucap Bina saat melihat mobil berbelok masuk keperumahan mewah.
''oh ya,jangan lupa sampaikan salam kakek pada kakek Wijaya.'' Ucap Elmud.
''hemmm baiklah..''
Panggilan pun segera berakhir.
Bina menghela nafasnya,ia sedikit berpikir apakah ia bisa menjalankan semua ini.
Rupanya sedari tadi supir kakek Wijaya melirik kearah Bina yang duduk dikursi belakang.
supir itu memandang rendah kearah Bina,melihat dari pakaian Bina yang tampak sederhana,supir itu sangat yakin,pasti gadis itu berasal dari keluarga yang tidak berada,pikirnya. Namun hanya kakek Wijaya lah yang tau latar belakang Albina .
''kenapa dia melihatku seperti itu,apa karena penampilanku .'' Ia melirik pada dirinya sendiri,Rupanya Bina sadar saat supir itu memperhatikannya sedari tadi.
Mobil berhenti tepat disebuah rumah yang sangat mewah.
Mansion Wijaya.
Tampak delina dan janice sudah menyambut calon menantunya didepan rumah,dengan gaya angkuhnya keduanya menatap sinis kearah mobil yang ditumpangi Bina .Delina tidak menyukai kedatangan Bina karena latar belakang gadis itu,ia terpaksa menyambut kedatangan Bina hanya karena dipaksa ayah dan suaminya.
Bina keluar dari dalam mobil, lalu melirik dan tersenyum kearah mertuanya.
''lihatlah Bibi, dia gadis yang sangat kampungan,aku tidak menyukainya.'' Ujar Janice dengan gaya angkuhnya,ia langsung menilai rendah Bina.
''kau pikir Bibi menyukai gadis kampung itu,jangan harap bisa menjadi menantuku,jangankan aku,anakku saja pasti juga tidak akan menyukai gadis kampung ini.'' Ujar Delina sambil berpangku tangan,ia tidak kalah angkuhnya dari janice.
Janice tertawa kecil
''Mana mungkin kak Willi mau dengan gadis seperti ini, kesya ,wanita cantik dan bermatabat saja,kak Willi masih menolaknya,apa lagi ini.'' Janice menggeleng-menggelengkan kepalanya.
''terima kasih.'' Jawab Bina ketika supir memberikan kopernya.
Supir hanya menundukkan kepalanya lalu kembali masuk kedalam mobil.
Bina menghampiri Delina dan Janice yang sudah berdiri didepan pintu.
''Ibu Delina,kenalkan saya Albina cucu ka...
''aku sudah tau,tidak perlu berbasa basi lagi denganku,dan apa tadi?kau memanggilku Ibu?jangan harap aku akan menjadi Ibumu.''
Deq..
Albina tidak menyangka dengan sikap ibu mertuanya yang langsung tidak menyukainya.
''bisa bisanya kakek menyuruh gadis kampung ini datang kemari.''
Janice menatap sinis kearah Bina.
'' mereka angkuh sekali.''
''Ishh,papa ada-ada saja,masa dia mencarikan cucunya jodoh modelan seperti ini lihatlah penampilannya.'' Ucap Delina lagi lalu melirik sinis kearah Bina.
''hanya karena penampilan aku diperlakukan seperti ini,jadi mereka melihat orang dari penampilannya saja'' Batin Bina tidak habis pikir.
Apa aku tidak sepantas itu bersanding dengan anaknya,sehingga ia berbicara seperti itu.'' Bina merasa tersinggung.namun ia juga tidak ingin ambil pusing.ia hanya mengingat tujuannya datang kemansion itu .
''gadis seperti ini,pasti hanya akan mengincar harta kak Willi saja, bi.'' Janice ikut nibrung.
Bina menukikkan kedua alisnya.
''hay ,gadis kampung,sebaiknya kau kembali saja keasalmu,kau tidak diterima disini.'' Ucap Janice lagi dengan mulut tajamnya,namun Bina hanya tersenyum kearah Janice.membuat Delina mengerutkan keningnya.
''Hehemm,saya datang kesini karena diundang oleh kakek wijaya,jadi manamungkin saya tidak diterima , kakek Wijaya sendiri yang meminta saya untuk datang kesini,tapi kalau memang keberadaan saya tidak diinginkan disini baiklah,saya akan kembali kekampung saya.'' Ucap Bina santai.
''bagus kalau kau cukup tau diri.'' Ujar Delina.
''Baiklah saya akan pergi,perminsi.'' Bina memutar badannya.
''Tunggu ..'' seseorang menghentikan langkah Bina,membuat ia kembali membalikkan badannya.
Ketika senyuman Bina muncul ketika melihat kakek Wijaya.
''kakek..'' ucap Bina
Dengan senyuman sumbringah kakek Wijaya menghampiri seseorang yang sudah ia tunggu –tunggu itu. Bina mencium punggung tangan kakek Wijaya.
''ya ampun gadis manis, Bina.sudah lama kakek menunggu kedatanganmu.'' Ucapnya sembari memeluk Bina .
Janice menyikut lengan Delina.
''Bibi bagaimana ini,bagaimana kalau dia mengadu kepada kakek?bisa bisa kita diomelin oleh kakek'' Bisik Janice.
''Diamlah kau ..'' guman Delina yang terdengar oleh Janice.
''benarkah kek,kakek menunggu kedatangan Bina ?.'' Tanya Bina lalu melirik sedikit kearah Janice dan Delina.
''tentu, apakah Bina tidak percaya ?'' Wijaya mengurai pelukannya.
''Percaya kok kek.'' Ucap Bina sambil tersenyum lalu melirik sebentar kearah Delina dan Janice.
'' Wijaya hanya melirik kearah anak dan cucunya itu.
Kedekatan Bina dan kakek membuat Delina dan Janice jengkel.
''kalian berdua,kenapa tidak membawa Albina masuk kedalam, malah membiarkan dia berdiri disini.'' Ucap Wijaya dengan sedikit marah kepada Delina dan Janice.
Janice hanya diam saja.
''Papa ..''Delina menatap Wijaya.
''sudahlah,ayo kita masuk Bina.'' Ajak kakek Wijaya kepada Albina tanpa menghiraukan sahutan dari anaknya.
''iya kek..'' Bina hendak menarik kopernya,namun ditahan oleh kakek wijaya.
''jangan,tidak usah,biar janice yang membawakan kopermu.'' Ucap Wijaya.
''loh kakek,kenapa harus aku yang membawakan kopernya..''Janice tidak terima.
''kakek, tidak perlu,biar Bina saja yang membawa koper ini.''
''tidak Bina,biarkan Janice saja.'' Ujar kakek Wijaya.
'' Janice,,, apakah kakek yang harus membawa koper ini ? Tanya wijaya., Bina tamu disini,kita harus memperlakukannya dengan baik''
''i..iya kek,biar Jeni[panggilan Janice] saja yang membawakannya,dengan terpaksa Janice merebut koper milik Bina dengan memberengut.
''terima kasih ''ucap Albina sambil tersenyum manis .
''Ayo cucuku.'' Ajak kakek wijaya .Bina lebih dulu melenggang masuk bersama kakek Wijaya.
''Bibi,lihatlah kakek..''
''sudahlah kau bawakan saja dulu kopernya,daripada kau diusir kakek nantinya.''ucap Delina lalu ikut masuk kedalam rumah.
''Ck...dasar Bibi,bukankah disini aku ingin membantunya menyingkirkan gadis itu,tapi dia malah tidak membantuku didepan kakek.
''hah dia bisa memanggil pembantu untuk membawakan koper ini.''oceh Janice sambil membawa koper masuk kedalam.
''Oh ya kek,kakekku mengirimkan kakek salam.'' Ucap Bina
''Benarkah,,kakek rindu sekali dengan kakekmu itu,semoga kami bisa berjumpa dalam waktu dekat.'' Ucap Wijaya.
''iya kek..''Ujar Bina.
Ruang tamu
''pa,papa harus beristirahat sekarang,saya tidak mau papa sakit lagi ,ingat apa kata dokter papa.'' Ucap Delina.
''Sebentar lagi,papa masih ingin berbincang dengan Bina.''tolak Wijaya.
Delina menghela nafasnya ia sangat jengah melihat keakrapan antara ayahnya dengan Bina.
''kek,benar kata Bibi ,sekarang kakek harus istrihat dulu ya,supaya kesehatan kakek semakin membaik.'' Bujuk Bina.
''tapi kakek masih ingin berbincang denganmu Bina.''
''nanti kita bicara lagi ya, kita masih punya banyak waktu untuk bertukar cerita kok kek.'' Ujar Bina.
Kakek tersenyum.
''Baiklah kalau begitu,Wijaya mencubit gemas calon menantu cucunya itu,kakek tau Bina pasti juga lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh''.
Bina mengangguk
''kalau begitu kau juga beristirhatlah.''
''iya kakek.''
''Janice,tolong antarkan Bina kekamarnya.'' Pinta Wijaya.
''iya kek.'' Janice tidak bisa menolak permintaan kakeknya.
''hus,,aku lagi.''
kakek diantar Delina kekamarnya.
Tinggal Bina dan Janice.
''bisa bisanya dia mendapat perhatian besar dari kakekku ,aku tidak boleh kalah dari gadis ini.lihat saja aku tidak akan membiarkan kau betah tinggal disini.
''oh ya,dimana kamarku? Tanya Bina.
Janice tersenyum sinis pada Bina,ia punya ide licik.
''Baiklah, saatnya aku membuatkan masalah besar untuk dia.''
''mari ikut aku.'' Ujar Janice lalu berlenggok berjalan lebih dulu dari Bina.
Bina pun mengikuti langkah Janice menuju lantai dua.
Merekapun berhenti didepan pintu sebuah kamar yang tertutup dengan rapat.
''aku yakin kak Willi pasti akan marah setelah melihat gadis ini ada didalam kamarnya.''
''ini kamar mu..'' ucap Janice
''terima kasih..'' tanpa menjawab Janice berlalu begitu saja dari hadapan Bina.
''baru hari pertama saja sudah begini perlakuan mereka kepadaku.'' Bina menggeleng –nggeleng menatap kepergian Janice.
Ia menghela nafasnya.
''hah aku ingin beristirahat..'' Bina pun masuk kedalam kamar itu.
''aku yakin kakak pasti akan memarahi gadis kampung itu habis habisan,diakan paling anti ada orang masuk kedalam kamarnya tanpa seizinnya, apalagi menyentuh barang –barang miliknya.'' Guman Janice ditempat persembunyiannya.
Tiba-tiba ponsel Janice berbunyi.
Ia sangat senang karena yang menelepon adalah kekasihnya.
''yes honey..''' Janice .
''........''
''Tunggu disana,aku akan datang..'' Ucap Janice senang bukan main.
''.....''
''I love you too.''
Panggilan pun terputus.Janice pun menatap sekejap kekamar kakaknya.
Bab 2.
Wijaya group
Tampak seorang pria tampan dengan tubuh yang sangat atletis tengah fokus dengan dokumen –dokumen yang ada dimeja kerjanya.
Ceklek..pintu ruangan terbuka.
Seseorang masuk kedalam ruangan William ,ya pria tampan itu adalah Willi cucu dari kakek Wijaya.
''Tuan muda,ini laporan yang anda minta.'' Lisa selaku sekretaris William menyodorkan sebuah berkas dihadapan.
Willi menoleh dan segera mengambil laporan tersebut.
''kau boleh kembali.'' Ucapnya tanpa melirik kearah Lisa.
Sementara Lisa masih sibuk terpesona oleh bosnya itu.
''Ya tuhan.tuan Willi tampan sekali,tapi sayang dia begitu dingin kepada wanita.'' Lisa senyum –senyum sendiri .
''Tapi apa benar rumor yang dikatakan itu,Tuan Willi sudah dijodohkan?''
Willi Melirik kearah Lisa.
'Kenapa kau masih disini?kau tidak mendengar apa yang aku katakan ?''
''eh,,i-iya tuan,,maaf perminsi.'' Lisa menundukkan kepalanya lalu segera berlalu keluar ruangan sambil merutuki kebodohannya.
Setelah sekretarisnya keluar,Willi tampak mengepalkan salah satu tangannya,mata Elangnya menatap tajam seperti ingin menerkam seseorang .
''Entah apa yang dia pikirkan.
Mansion wijaya
Albina telah selesai membersihkan dirinya,ia pun merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur yang lumayan besar tersebut.Bina menatap langit –langit kamar tersebut sambil memikirkan sesuatu.
Flash off.
Sicantik Albina rafasya,setelah menyelesaikan kuliahnya diluar negeri diumur 21 tahun , Bina diberi kepercayaan oleh kakeknya untuk memimpin perusahaan Elmud corp.
Pagi ini Bina telah siap dengan pakaiannya untuk pergi kekantor,ia berjalan tampak sedang menuruni anak tangga.sepatu heel bina terdengar mengetuk –ngetuk lantai sehingga menimbulkannya bunyi,bibirnya tak berhenti memberikan senyuman ,tidak lupa rambut panjangnya yang bergelombang berayun ayun menyentuh punggungnya.
''Pagi kakek ..'' Sapa Bina lalu duduk dikursi depan kakek yang dibatasi dengan meja makan.
''Pagi cucuku ..'' balas kakek.
''ini untuk kakek..'' Bina memungkukkan badannya agar mencapai piring kakek Elmud.
''terima kasih Bina.'' Ucap kakek Elmud.
Bina memberikan kakeknya sebuah roti yang sudah ia dibaluti dengan selai,senyuman tidak pernah hilang dari wajah cantik Bina.tidak lupa pula ia menyiapkan obat jantung sang kakek.
''Iya kakek,sama-sama.''
''Dan ini juga obat yang harus kakek minum,biar kakek cepat sembuh .'' ucap Bina lagi.
''terima kasih..'' sekali lagi ucapan Elmud pada cucunya yang sangat perhatian kepadanya.
''kek.tidak terasa kurang lebih sudah satu tahun Bina bekerja di perusahaan kakek.'' Ucap Bina,
''Kau senang menggantikan kakek diperusahaan?.''
''Senang sih kek,tapi Bina akan lebih senang lagi kalau kakek yang membina Bina dalam memimpin perusahaan.'' Jawab Bina
''kakek sudah tua cucuku,kakek tidak bisa lagi datang keperusahaan untuk membimbing cucu kakek ini.''
''iya juga sih kek.''
''Kenapa?apa Bina tidak senang dibimbing oleh paman herland.
''Bukan begitu,senang kok kek,cuman,,,, Bina sedikit berpikir.
''Ah sudahlah kek,lupakan saja,,'' ucapnya kemudian,ia tidak mau kakeknya kepikiran dengan dirinya.
''Apa herland terlalu keras kepadamu?.''
''Hehehe,tidak juga,Paman tidak terlalu keras padaku.'' Ucap Bina sambil cengengesan lalu menyeruput teh miliknya.
Kakek menggeleng-menggeleng kepalanya ia tahu cucunya pasti sedikit tertekan dengan pengajaran yang diberikan oleh pamannya sendiri untuk memimpin perusahaan sang Kakek.karena kakek Elmud tahu seperti apa keras anaknya Herland dalam memimpim perusahaannya.
''Aku pamit kerja dulu kek.'' Sambil mencium tangan kakek Elmud.
''Hari ini cepatlah pulang,kakek menunggumu.''
''Ada apa memangnya kek?'' Tanya Bina
''Ada yang ingin kakek bicarakan kepada Bina.''
''Kenapa tidak sekarang saja kek.'' Bina penasaran.
''nanti saja,kakek akan menunggumu pulang bekerja.'' Jawab kakek Elmud.
Bina mengerucutkan bibirnya
''bikin Bina penasaran saja,tapi sudahlah , Bina akan menunggunya sampai nanti malam.'' Ucap Bina sambil tersenyum.
''cucu pintar..'' ucap Elmud sambil mengusap –usap kepala Bina.
Elmud corp
Dikantor Bina sangat serius dalam bekerja,walaupun dia masih muda,namun saat bekerja ia terlihat sangat dewasa dan fokus dengan pekerjaannya,mungkin ia ini berkat bimbingan sang paman .namun meski begitu,demi membangun perusahaan sang kakek, Bina harus kehilangan masa bermainnya selama satu tahun ini,karena kesibukannya ,sudah banyak dari teman-temannya yang pergi meninggalkannya karena kesibukan Bina,namun itu tidak masalah bagi seorang Bina.
Mansion Elmud.
Kakek dan Bina sedang duduk diruang tamu.
''jadi apa yang ingin kakek bicarakan dengan Bina?.'' Ucap Bina yang sudah penasaran sedari tadi.
'' Bina,,kalau kakek ingin meminta satu permintaan kepada Bina,,apakah boleh?'apakah Bina akan mengabulkannya? kakek menatap lekat cucu kesayangannya itu.
Bina menaikan kedua alisnya,
''Jangankan satu permintaan kek,100 ribu permintaan saja pasti akan Bina kabulkan kalau Bina mampu.'' lalu sedikit tertawa kecil.
Kakek pun ikut tertawa.
''kakek hanya butuh satu permintaan,tidak banyak –banyak.'' Ucap Elmud ,seketika tawa Bina juga berhenti.
''Apa memang yang diinginkan oleh kakek sayangku ini?'' tanya Bina
''apa Bina mau mengabulkan keingin kakek?
''Tentu kakek,,apa memangnya permintaan kakek,kakek mau berobat keluar negeri lagi?''
Elmud menggeleng.
''Lalu Apa?
Bina menunggu jawaban dari kakek.
''kakek ingin Bina menikah.''
Deg...mata Bina sedikit melebar.
''kakek tidak salah,atau aku yang salah mendengar?.''
Elmud menggeleng
'' Bina tidak salah mendengar.''
Bina tertawa
''kakek bercanda ,mana mungkin aku bisa menikah kek,kekasih saja Bina tidak punya,dan lagi Bina masih terlalu muda untuk menikah.'' Ucap Bina sembari tertawa kecil.
''tapi kakek tidak bercanda cucuku,kakek serius.''
Degg...
Bina terdiam seribu bahasa.memang tidak ada nada becanda diwajah sang kakek .
''Kakek dan Wijaya sudah sepakat untuk menjodohkan Bina dengan cucu cucunya.''
''Apa...''
''hanya itu permintaan kakek,, Bina maukan menikah dengan cucu kakek Wijaya.''
Bina sedikit shok dengan permintaan kakeknya.
'' Bina..'' panggil Elmud melihat Bina yang diam saja.
''bagaimana mungkin akun menikah denga cucu kakek Wijaya,sementara aku tidak mengenal dia.'' Bina hanya kenal dengan kakek Wijaya sahabat dari kakeknya yang sudah di anggap sebagai kakeknya sendiri .
''apa yang harus aku lakukan,aku tidak ingin mengecawakan kakek,tapi aku..''
'' Bina bisa memikirkan hal ini terlebih dahulu.'' Ucap Elmud.
''kenapa begitu tiba –tiba kek,jujur Bina tidak tau harus menjawab apa,beri waktu bina memikirkan semua ini terlebih dahulu.'' Ujar Albina.
''kakek menunggu keputusan darimu cucuku.'' Ucap Elmud sambil menepuk nepuk bahu Bina. Bina hanya tersenyum .
Beberapa hari kemudian.
Baik dikantor maupun dirumah Albina tampak murung,ia masih memikirkan permintaan kakeknya.beberapa hari ini ia juga mendiamkan kakeknya.
Saat ini ia tengah melamun diruang kerjanya.
Telepon kantor berdering.
''Halllo..''
''...''
''Kenapa bisa,,saya kesana sekarang.''
Bergegas Bina keluar dari kantornya.
Rumah sakit internasional.
''kakek,,kakek,,bangun kek,kenapa bisa begini ,kek.'' Bina sudah terisak sambil memeluk tubuh Elmud yang terbaring dibangkar rumah sakit,banyak alat yang sudah terpasang ditubuh Kakek Elmud.
'' Bina tenang lah terlebih dahulu.'' Ucap paman herland.
''Tidak bisa,bagaimana aku bisa tenang paman,kakek..'' Ucap Bina sembari menangis.
''maaf kami harus memeriksa keadaan Tuan Elmud terlebih dahulu'' kata dokter.
''kakek..''
'' Bina ,,paman yakin kakek pasti baik –baik saja.'' Paman herland berusaha menenangkan Bina .
''kita keluar dahulu,biarkan dokter manangani kakek.'' Bina mengurai pelukannya.
''kakek ,maafkan Bina.'' Ucap Bina lalu mengecup kening kakeknya.
Bina dan herland keluar dari ruangan kakek dan menunggu diluar selagi dokter memeriksa kakek Elmud.
''Maafkan Bina kek,maafkan Bina.'' Bina menyesal telah mendiamkan kakeknya selama beberapa hari ini.
Tidak lupa Bina melafalkan doa didalam hatinya untuk kesembuhan kakeknya.
Beberapa saat kemudian,dokter keluar dari ruangan kakek Elmud.
''dokter bagaimana keadaan kakek saya?tanya Bina langsung ketika melihat dokter.
''Tuan Elmud berhasil melalui masa kritis.''
''syukurlah.'' Guman herland dan Bina.
''namun saat ini Tuan Elmud masih belum sadarkan diri,dan jantung beliau juga masih sedikit lemah,jadi berhati hatilah saat berbicara dengan beliau.'' Pesan sang dokter.
''baik dok.'' Jawab paman herland ,karena Bina hanya terdiam.
'' Bina hampir terjatuh,untung ada paman herland yang menahan tubuh Bina,matanya sudah berkaca,hingga cairan bening keluar dari sudut matanya.
''ini semua salahku paman.'' Lirih Bina.
''Kenapa kau menyalahkan dirimu Bina,kakek sakit bukan karenamu.'' Ujar paman herland.
Bina menggeleng.
''Ini salah ku paman,aku menyesal mendiamkan kakek,seharusnya aku menerima saja perjodohan itu.''
paman herland menggeleng.
''kau berhak menentukan pilihanmu sendiri Bina,jika kau tidak ingin menerima perjodohan ini,kau tinggal bilang kepada kakek,bahwa kau menolaknya.''
''dan kakek sakit itu bukan salahmu.'' Ucap paman herland sambil mengelus-elus punggung Bina menenangkan,karena saat ini paman herland sedang memeluk keponakannya itu.
''setelah kakek sembuh ,kau bicaralah baik baik kakek,okey.'' Herland mengurai pelukannya.
''Iya paman,terima kasih.''
Herland mengangguk.
''paman akan meminta alifa datang kesini untuk menemanimu menjaga kakek.''
Bina mengangguk sambil tersenyum.
''nah seperti ini,keponakan paman sangat cantik,jangan menangis lagi.okey.'' Herland mengelus pipi Bina.
Bina dan paman herland pun masuk kedalam ruangan kakek.
Setelah satu minggu kemudian.
Kakek Elmud sedang duduk di kursi roda ditepi kolam berenang.
''kakek ..''
kakek menoleh keasal suara,lalu sedikit tersenyum.
''waktunya kakek minum obat,tapi kakek harus makan siang dahulu.'' Ucap Bina.ia senang keadaan kakeknya sudah mulai membaik.
Kakek Elmud mengangguk,tapi Bina tidak melihat keceriaan dari kakeknya.
Bina menyuapi kakek dengan telaten sampai selesai meminum obat.
Setelah itu mereka sama –sama memandang jauh keujung kolam renang.
'' Bina senang kakek kembali membaik.''ujar Bina lalu menoleh kearah kakeknya sambil tersenyum.
Hanya senyuman yang tampilkan kakek Elmud.
''kek,, Bina sangat menyayangi kakek,didunia ini hanya kakek dan paman herland yang Bina punya, Bina tidak ingin kehilangan kakek.''bina menyendekan kepalanya dibahu kakek Elmud,airmatanya sudah menetes.
Elmud mengelus –elus rambut Bina.
''kakek juga sangat menyayangi Bina,kakek tidak akan pernah meninggalkan cucuku yang manja ini.'' Kata kakek Elmud.
Bina sangat senang akhirnya kakeknya mau bicara dengannya.
''jadi apa kakek memaafkan.'' Bina menengadah kearah kakek.
Kakek tertawa.
'' Bina tidak bersalah, apa yang harus kakek maafkan.'' Ujar kakek sambil mengusap kepala Bina.
''Tapi kek, kakek seperti ini karena ulah Bina.'' Ucap Bina merasa bersalah.
''sudah,jangan menyalahkan diri Bina sendiri ya,kakek sakit bukan karena Bina,kakek sakit karena ulah kakek sendiri yang tidak teratur meminum obat .''
''tapi kakek seperti,pasti karena memikirkan Bina bukan,karena...'' Bina menatap lekat kakeknya.
Kakek Elmud tersenyum pada gadis cantiknya yang ada didepannya itu.
''sudah,,kakek sudah tidak memikirkan itu lagi,kakek sudah mengetahui apa keputusan Bina,kakek tidak akan memaksa Bina.'' Ujar kakek Elmud.
Bina mengerutkan keningnya.
''tapi kek,bukankah Bina belum memberi keputusan?''
''Dengan diamnya Bina waktu itu,kakek sudah tau apa keputusan Bina.''
''maafkan kakek ya,kakek benar –benar bodoh sudah meminta hal seperti itu kepada Bina.'' Ujar kakek Elmud lagi.
Bina berdiri dari tempatnya.
''kenapa kakek sok tau sekali,belum tentu Bina menolak perjodohan ini,akhir akhir ini Bina memikir keputusan yang akan Bina ,asal kakek tahu.'' Bina menggembungkan pipinya pura pura merajuk.
Membuat kakek Elmud menoleh kearah Bina.
'' Bina mendiamkan kakek begitu saja,kakek pikir Bina menolak perjodohan ini dan marah kepada kakek.''
Bina tersenyum lalu memeluk bahu sang kakek dari belakang.
'' Bina mau menerima perjodohan ini,kek.'' Ucap Bina .membuat kakek Elmud terkejut sekaligus senang mendengar keputusan dari Bina.
''benarkah itu..'' ucap kakek Elmud antusias.
''ck... Bina serius kakekku sayang.'' Duduk didepan sang kakek.
Dengan rasa senangnya sang kakek memeluk cucunya,ia sangat bahagia dengan keputusan Bina.
Mereka saling mengurai pelukannya,kakek Elmud tidak berhenti –hentinya bersyukur dengan keputusan Bina. Bina juga merasa bahagia,melihat terpancarnya aura kebahagiaan diwajah sang kakek.
''kakek akan memberikan kabar bahagia ini,kepada kakek Wijaya.'' Ujar sang kakek.
''hemmm,tapi tunggu dulu kek, bagaiman cara Bina mengenal keluarga calon suami Bina .'' Ucap Bina membuat sang kakek menukikkan kedua alisnya.
''aku ingin mengenal terlebih dahulu seperti apa keluarganya.'' Ujar Bina lagi.
Kakek Elmud tampak berpikir.
'' Apa Bina tidak percaya dengan kakek Wijaya? Dia orang baik.'' Tanya Elmud.
Bina menggeleng
'' Bina percaya kakek Wijaya orang baik kek,tapi Bina hanya ingin mengenal keluarga cucu kakek Wijaya,serta cucunya juga.'' Ucap Bina sambil tertawa kecil.
'' Bina sudah mengenal cucu kakek Wijaya,karena saat kecil kalian sering bermain disini,kalian sangat akrab waktu itu,Willi anaknya sangat baik dan juga penyayang.''
''itukan waktu kecil kek, sekarang pasti sudah banyak perubahan dalam dirinya.'' Ujar Bina.
''baiklah,kakek akan memberikan tantang kepada Bina,tinggallah selama tiga bulan dirumah kakek Wijaya agar Bina lebih mengenal kelaurga beliau.''
''baiklah kak,, Bina setuju.'' Ujar Bina.
' ''aku tahu mereka sangat kaya dan mertabat,yang ingin aku lihat adalah isi hati keluarganya,apakah mereka menghormati semua orang,aku ada ide.''
''baiklah Bina akan tinggal bersama keluarga kakek Wijaya selama 3 bulan, Bina ingin mengenal Willi dan membuatnya jatuh cinta kepada Bina,begitu pula dengan Bina.karena Bina tidak ingin tidak ada cinta didalam pernikahan kami nantinya.'' Ujar Bina
'Kakek Elmud tersenyum sembari mengangguk.
' ''terima kasih kek.'' Kata Bina dengan diiringi senyuman sembari menggenggam tangan kakeknya.
Mereka sama sama menikmati angin segar yang ada diada dikolam berenang.
''Kakek tidak setuju Bina berpakaian seperti,apa kata kakek Wijaya dan keluarganya nanti.'' Ucap Elmud setelah penampilan cucunya.
''gantilah Bina seperti biasanya,.'' Pinta kakek.
''kakek dengarkan Bina dahulu, Bina berpakaian seperti ini, hanya ingin menguji keluarga kakek Wijaya,apakah mereka akan memandang rendah Bina atau tidak, Bina yakin kakek Wijaya tidak akan mempermasalahkan pakaian Bina tapi keluarganya bagaiamana?
''tapi Bina lihat lah ini,rambut kepang dua,kaca mata tebal,cucu kakek sepertui gadis culun.''
Bina tertawa dengan komentar sang kakek atas penampilannya.
''tapi masih tetap cantik dan manis kan kek.? Goda Bina.
''cucu masih tetap manis da cantik,tapi pakaiannya.''
''sudahlah kakek,jangan permasalahkan penampilan Bina lagi,hari Bina akan berangkat kerumah kakek Wijaya,kakek doakan Bina supaya Bina selamat sampai tujuan,mungkin Bina akan tiba besok.''
''ini lagi,kau memutuskan untuk menaiki kereta umum, Bina pamanmu herland bisa mengantar Bina pergi dengan pesawat pribadi.''
Hemmmm
'' Bina tidak mau naik pesawat pribadi kakek, Bina ingin mencoba sesuatu yang baru,psawat kakek bikin Bina mabuk perjalanan.'' Ujar Bina lagi.
Huh,,huh,huuuh..
''cucuku ini banyak alasan saja.'' Kakek Elmud mengacak acak rambut Bina .
''kakek rambut Bina ,berjam jam Bina mencoba menyatukan mereka.''kakek Elmud hanya tertawa.
''ya sudah kakek baik –baik ya disini,paman dan Alifa pasti akan sering datang melihat kakek.''
''hemmm,kau juga yang cucuku,baik- baik dirumah calon mertuamu.''
''iya kakek.'' Bina pun mencium tangan serta memeluk sebentar kakek Elmud.
Flash on
Wijaya group.
Jam telah menunjukkan pukul 21:00 Willi baru saja menyelesaikan pekerjaanya,ia tampak membereskan semua berkas berkas yang ada diatas meja kerjanya.ia melirik kearah ponsel yang sedari tadi abaikan.
Ada beberapa pesan dari Delina ibunya.
''Jadi dia sudah datang .''tersenyum sinis.
''hah ,,aku tidak perduli..'' ia meletakkan ponselnya kembali.
Setelah berberes ,Willi mematikan lampu ruangan kerjanya,lalu berjalan menuju losmen dengan salah satu tangan dimasukkan kedalam saku.disana sudah ada supir yang menunggunya.
Mansion Wijaya
Willi masuk kedalam kamarnya,ia segera membersihkan dirinya,lampu penerangan didalam kamar cukup redup,karena hanya lampu tidur yang hidup.karena merasa lelah Willi langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur.setelah terbaring dan membalikkan tubuhnya,ia baru menyadari ada seseorang disampingnya,matanya sempat terbuka karena merasakan aroma seseorang ,aroma ini mengingatkan Willi kepada seseorang yang selama ini ia cari.
''kenapa aromanya sama persis..''
Willi tidak melakukan apapun kecuali,memeluk seseorang yang ada disampingnya itu,tidak terasa ia cepat tertidur dan tidur dengan tenang.
Keesokan harinya.
''Kenapa tidak ada suara apa –apa,apa kak Willi belum sadar bahwa ada gadis kampung itu di dalam kamarnya.'' Ujar Janice yanh sudah berdiri didepan pintu kamar Willi.
Janice berinisiatif mengetuk untuk mengetuk pintu kamar Willi.
Membuat keduanya terbangun [Willi dan Bina]
''Aaaaa..'' teriak Bina lalu langsung menutup mulutnya.
Willi mendudukkan tubuhnya.
''Si-siapa kamu..'' kata Bina ,,saat bangun tidur sudah ada pria tampan yang tertidur disampingnya sambil memeluknya .membuat ia terperanjat dan berteriak selain mendengar ketukan pintu.
''Kak Willi,Bangun kak ,kekek menyuruh kita untuk sarapan..'' teriak Janice dari luar.
Bukannya mendengarkan Janice ,Willi malah menoleh kesampingnya dengan wajah dinginnya.
''bisa tidak kau tidak berteriak,suaramu bunyi kapal pecah,cempreng sekali..'' ujar Willi sembari turun dari tempat tidur ,lalu pergi menuju kamar mandi.
'' hah ,kapal pecah? suaraku bagus tau,,hey aku belum selesai..'' teriak Bina lagi Willi keburu menutup pintu.
''berani sekali dia tidur dikamarku.'' Ucap Bina lagi.
Bina melihat kesekeliling kamar.
''Ups sepertinya ini bukan kamar untukku..''ucap Bina setelah melihat disain kamar yang lebih dominan kewarna yang disukai oleh laki –laki, Bina juga melihat ada beberapa foto pria tadi dan juga barang barang milik pria itu.
Bina juga mendengarkan suara janice.
''Janice pasti yang sudah mengerjaiku,dia memberikan aku kamar yang salah..'' Ucap Bina lagi sedikit geram.
''apa tujuannya coba..''
''sabar Bina mungkin baru awalnya.'' ujarnya pada diri sendiri.
Dididalam kamar mandi.
Willi menatap dirinya sendiri dikaca wastafel,ia merasa kesal sendiri,kenapa kemaren malam ia menjadi tidak terkendali hanya kerena aroma yang dimiliki oleh gadis itu sama dengan aroma gadis yang selama ini ia cari.
''ah sial..''
''siapa yang mengijinkan gadis itu masuk kekamarku.'' Kesal Willi ,ia mencoba menenangkan dirinya dengan mencuci wajahnya.
Setelah keluar dari kamar mandi,Willi melihat Bina sedang membereskan barang –barang miliknya.
''cepat keluar dari kamarku,jangan pernah lagi masuk kedalam kamarku sembarangan ,apalagi menyentuh barang-barangku.'' Ujar Willi dengan penuh penekanan lalu ia mengambil handuk dilemari.
''tampa kamu suruh ,aku juga akan keluar dari kamarmu ini,lagian siapa juga yang menyentuh barang –barang mu.'' Ucap Bina yang kesal melihat wajah dingin Willy.
Willi hanya diam tidak menanggapi ocehan Bina.
'' laki- laki ini tampan ,tapi jutek sekali,dia bisa menyuruhku keluar dengan cara baik baik bukan.''
Bina menatap sinis kearah Willi begitu pula dengan Willi.
''lagian aku masuk kedalam kamar ini,juga karena ulah adikmu,dia bilang ini kamar untukku,jadi salahkan saja adikmu itu.''ucap Bina.
'' berani sekali gadis itu bicara padaku.''
Bina pun keluar dari kamar Willi.
Janice terkejut pintu kamar terbuka.
''Kau...''
Bina tersenyum kepada Janice,Janice melirik kebelakang Bina.tidak ada tanda-tanda kakaknya muncul.
''Ada apa Jen?
Janice mengrinyitkan keningnya.
''Dimana kakakku..?.'' Janice balik bertanya sambil berpangku tangan.
Bina memutar matanya kekanan dan kekiri,lalu sedikit tersenyum.
''akan ku kerjai balik wanita ini.''
''Ada ,,kakak mu sedang bersiap –siap untuk pergi kekantor.'' Jawab Bina.
''Benarkah,dia tidak marah kau berada dikamarnya,apa dia mengusirmu?.'' Tanya Janice lagi
Bina menggeleng
''Tidak,dia tidak marah,aku sudah bilang bahwa kamu menunjukkan aku kamar yang salah,tapi tenang dia tidak marah kok,bahkan dia juga baik.'' Kata Bina.
''terima kasih ya,berkat kamu ,aku bisa mengenal kakakmu secara langsung.'' Ujar Bina lagi.
''Aneh sekali,kenapa kakak tidak memarahi gadis ini,apa dia menyukai wanita model begini,,selera kak Willi rendah sekali.'' Kesal Janice
''oh ya,dimana kamarku yang sesungguhnya,aku ingin memindahkan barang-barangku?.'' Tanya Bina.
''disana ..'' jawab Janice ketus,lalu berlalu pergi dari hadapan Bina.
Dalam hatiya Bina tertawa puas.
''kamu mau mencoba ngerjain aku,aku juga bisa ngerjain kamu Jeni.'' Batin Bina.
Semua keluarga Wijaya yang tinggal dimansion telah berkumpul dimeja makan yang terbilang sangat meawah sekali.
'' pagi semuanya..'' sapa seseorang lalu menunjukkan senyuman termanisnya kepada semua orang.
Semua orang menoleh keasal suara.
''pagi..'' kakek Wijaya dan Renard.
''hanya kakek dan papa Renard yang membalas senyuman dan sapaan dari Bina.
Sementara Willi ia hanya melihat sekilas kepada gadis culun itu.ia tampak acuh kemudian melanjutkan sarapannya.
Sementara Delina dan Janice mereka malah sibuk berbisik menggunjingkan Albina.
''pa ,inikah calon menantu kita?..'' tanya Renard.
'' Iya... '' kakek Wijaya mengangguk.
''Albina duduklah,kita sarapan sama- sama.''
''I-iya kakek..'' ujar Bina.
Bina tidak tau harus duduk dimana,ia sedikit bingung,karena kursi yang kosong ada disamping Janice dan juga Willi.
''Dudulah didekat Willi..'' sahut Renard.
Willi menghentikan kunyahannya sebentar, lalu menatap kearah Bina.
''kenapa dia menatapku seperti itu,seperti mau memakan orang saja.'' Pikir Bina
''baiklah paman..'' jawab Bina,ia tidak peduli dengan tatapan Willi.
''namamu Albina bukan?.'' Tanya Renard lagi.
''Iya paman...'' jawab Bina
''Nama yang cantik,secantik orangnya.'' Puji Renard kepada Bina.
Delina dan Janice merasa ingin mual mendengar ucapan Renard.mereka berdua saling berdelik.
'' ha,Paman bisa saja kalau bercanda,saya biasa saja paman.'' Ujar Bina tersipu malu.
''Saya tidak sedang bercanda,saya berkata apa adanya''ujar Renard lagi.
''Terima kasih paman.''
''Saya ayahnya Renard papi dari Willi..''
Bina hanya mengangguk sambil tersenyum.
''Saya Albina dan Willi akan lebih saling mengenal lagi.'' Ujarnya lagi.
''baik paman.'' Ujar Bina sambil melirik kearah Willi yang tampak diam saja.
sementara Janice merasa kesal saat Bina duduk berdampingan dengan kakak sepupunya itu.
''Aku tidak sudi memiliki menantu kampungan seperti ini.'' Lain halnya dalam hati Delina.
''aku akan membuat semua orang tidak menyukai gadis ini,agar dia cepat pergi dari mansion ini,enak saja dia mendapatkan kakakku yang tampan ini,kak Willi harus menjadi milik kesya,supaya aku bisa diuntungkan.batin Janice sambil menarik salah satu sudut bibirnya.
'''Bagaimana menurut mu Renard,apakah Bina cocok untuk cucuku Willi?.'' Tanya Wijaya.
Renard memperhatikan Anak dan calon menantunya.
''Ada sedikit kemiripan diatara mereka ,pa. Semoga kalian berjodoh.'' Ujar Renard.
''papi malah ikut –ikutan papa mendukung gadis ini,mirip dari mananya?,dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anakku yang tampan dan juga kaya raya .''
''Baguslah kalau juga papa..'' ujar Kakek Wijaya.
Selesai sarapan,semua orang hendak akan pergi bekerja,tinggal Bina sendiri dimeja makan.
Bina berdiri dari kursinya ia hendak membereskan piring kotor.
''bagus,,sepertinya tempat yang paling cocok untuk kau itu ada didapur,jangan lupa cuci piringnya sampai bersih .'' tukas Janice dengan nada meremehkan.
Bina hanya menatap Janice tampa ingin menjawabnya kata-katanya.
'' Kek,papi. Aku barangkat..'' ujar Willi sembari mencium tangan Renard dan Wijaya.
''tunggu,,kau harus membawa Bina kekantor Will.'' Tahan Wijaya.
Membuat kening Willi berkerut.
''kenapa aku harus membawa dia kekantor,dia hanya merepotkanku saja nantinya,kek.
Wijaya menggeleng.
''tidak akan,justru dia akan membantu meringankan pekerjaanmu.'' Ujar kakek Wijaya.
Wiili hanya tersenyum sinis
''gadis seperti itu bisa apa ,dia hanya akan membuatku repot,tapi aku tidak bisa melawan kakek.''
''betul kata kakek Will,jangan melihat seseorang dari penampilannya saja,kita tidak tahu kemampuan Albina bukan.'' Pangkas Renard.
''terserah kakek dan papi saja.'' Willi tidak ingin berdebat lagi dengan kakek dan papinya itu,ia lebih memilih untuk pergi.
Kakek melirik kearah Bina ,kakek menghampiri Bina ketika melihat Bina membereskan mejan makan.
''Janice,,kenapa kau membiarkan Bina membereskan meja makan,itu bukan tugas dia,ada pelayan yng akan membereskannya.'' Marah kakek pada Janice yang masih berdiri memantau Bina.
''Aku tidak tahu kek,,dia sendiri yang ingin membereskannya.''Janice sedikit merinding saat kakek memarahinya.
''Seharusnya kau melarangnya.'' Ujar kakek Wijaya.
''iya kakek,,maafkan Jeni.'' Sahut Janice.
''kakek,jangan marahi Janice,dia tadi sudah melarang Bina kok , tapi Bina sendiri yang ingin berinisiatif untuk membersihkannya.''
'' Bina jangan membela Janice,kakek tau dia dan Bibinya tidak suka dengan kedatangan Bina kesini .'' ujar kakek lagi.
''Janice ,kalau kau masih tetap tidak menyukai keberadan Bina disini,kakek terpaksa akan mengirimmu kembali ke orang tuamu,paman Renard akan mengurus dokumen keberangkatanmu.
''Yah,Jangan dong kakek,,aku tidak mau tinggal sama mami dan daddy,mereka sibuk bekerja .'' mohon Janice sambil menyatukan kedua tangannya.
''aku janji akan berteman baik dengan Albina.'' Melirik ke Bina. Bina tersenyum.
''awas kau nanti Bina.''
''kalau tidak ingin kakek pulangkan berbuat baiklah dengan Bina.'' Ucap Wijaya lagi.
''Iya kakek..'' padahal dalam hati Janice sudah mendongkol.
Kakek marah karena ia melihat Janice berani memerintah Albina.
''Albina..'' panggil Wijya.''
''Iya kek..'' sahut Bina.
''Kakek dan kakekmu sudah setuju, agar kalian saling mengenal satu sama lain,untuk sementara kakek akan menempatkan kamu diperusahaan kakek sebagai sekretaris Willi,bagaiaman apa kamu setuju?
''hah,gadis kampung ini akan menjadi sekretaris kak Willi?,hahahhha,kakek ada –ada saja,bisa apa dia.'' Bati n Janice.
''Sekretaris kek? Apakah Bina akan mampu kek,bagaimana kalau Willi tidak setuju, Willi pasti akan malu mempunyai Sekretaris seperti Bina, kek.
'' kakek yakin Bina pasti mampu..''
''sudah sana, Bina ganti pakaianya,nanti akan ada supir yang mengantar Bina kekantor.''pinta Wijaya.
''Baik kek..'' ujar Bina lalu pergi kelantai 2 untuk kekamarnya.
Setelah berganti pakaian dengan pakaian kerjanya, Bina langsung keluar Rumah,hal itu mendapat perhatian dari Janice.
''sekretaris apaan gayanya seperti itu,aku jamin kak Willi pasti tidak akan betah melihat si Bina itu .dasar kampungan,heh.''
Albina masuk kedalam mobil yang sudah menunggunya sejak tadi setelah sang supir membukakan pintu untuknya.setelah manaiki mobil Bina baru sadar ternyata ada Willi didalam mobil itu.
''kau...'' tunjuk Bina.
''turunkan telunjukmu itu,siapa kau berani menunjuk-nunjukku.'' Ucap Willi dengan wajah datarnya.
perlahan Bina menurukan jari telunjuknya.
''apa yang kau lakuan didalam?,kau sudah membuatku menunggu lama.'' Geram Willi,tidak pernah ia menunggu seseorang seperti ini.
''maaf,,aku baru saja diberitahu kakek,jika harus ikut denganmu.'' Jawab Bina sambil menatap mata elang Willi.
''gadis ini berani manatapku ,biasanya semua orang tidak akan berani menatap mataku,tapi dia,mata ini..Willi pun mengelakkan pandangannya dari Bina.
''sudahlah ayo jalan..'' perintah Willi kepada supir.
Diperjalanan mereka hanya saling diam,Willi sibuk dengan tabletnya namun Bina tidak luput dari perhatiannya
''pakaianmu tidak mencerminkan seorang sekretaris,sebaiknya kau bekerja dirumah saja tidak kantor.'' Sindir Willi.
Bina melirik sejenak kearah Willi,lalu memperhatikan pakaiannya,ia sedikit memperbaiki kaca matanya.
''hanya ini pakaian bagus yang kupunya,maksudmu bekerja dirumah itu apa?,jadi asisten rumah tangga?
''apalagi kalau bukan itu..'' jawabnya datar.
Bina menatap sinis kearah Willi.
''jangan mentang –mentang pakaianmu bagus,aku bisa insecure? Tidak akan.'' Bina berdelik kesamping jendela mobil.
''bukan denganku,tapi dengan karyawanku nantinya,bahkan cleaning service saja pakaiannya lebih bagus dan rapi dari pada kau.''
''kau lebih cocok jadi pembantuku,bukan calon istriku.'' Ucap Willi datar tampa melirik Bina sedikitpun.
Ucapan Willi membuat Bina sedikit tersinggung,buru –buru ia menoleh kearah Willi
''ish,,sombong sekali tuan muda ini,apa semua laki- laki kaya sepertimu?jangan pernah melihat seseorang dari penampilanya.'' Ucap Bina lagi,lalu memangku kedua tangannya.
Willi menarik kedua sudutnya walau terlihat samar.
''walaupun ia menghina Bina ,tapi Entah kenapa ia sangat nyaman berada disampingnya,Willi merasakan aroma gadis yang ia carinya ada melalui Bina.ia melirik kearah Albina yang tengah sibuk melamun sambil manyun,terlihat lucu bagi Willi,tapi ia tidak bisa mengepresikan diwajahnya.
''apakah segitunya kau ingin dijodohkan denganku,sehingga kau mau bekerja diperusahaan kakek,bahkan kau tidak memiliki kemampuan untuk menjadi seorang sekretaris.'' Ucap Willi lagi setelah beberapa saat.
''heh,kau jangan terlalu kepedean ya,siapa juga yang ingin sekali berjodoh denganmu,aku hanya ingin menyetujui permintaan kakekku untuk mengenal dirimu selama 3 bulan,dan jika dalam tiga bulan tidak ada cinta diantara kita,maka perjodohan ini akan dibatalkan.
''aku tentu tidak akan jatuh cinta padamu.''ucap Willi.
''terserah,,kau pikir aku akan jatuh cinta kepada laki –laki sombong seperti kau,tidak akan pernah.'' Sahut Bina.
''kalau bukan karena kakek dan kakeK Wijaya ,aku malas berusan dengan orang sombong dan dingin seperti pria ini.'' Batin Bina.
Ternyata diperusahaan Wijaya group sudah tersebar bahwa Ceo mereka sudah dijodohkan dengan seorang gadis yang berasal dari kampung.
Mereka semua meremehkan calon istri dari atasannya sendiri,banyak diantara mereka yang tengah mempergunjingkan bina,ada beberapa diantara yang merendahkan gadis kampung itu,pasti dia tidak akan bisa apa-apa,terutama menggunakan alat-alat teknologi canggih dijaman kini.
Mobil telah berhenti tepat didepan pintu utama Gedung Wijaya group.
Supir membukakan pintu untuk Tuan dan Nona nya.
Willi melenggang masuk begitu saja tampa mempedulikan Albina ,sementara Bina ditatap sinis oleh beberapa karyawan dan mereka saling berberbisik.
Didalam gedung ''hey tunggu aku..'' Bina berusaha mengejar Willi untuk menyamakan langkah mereka.
Para karayawan tercengang saat melihat bosnya berjalan dengan seorang gadis yang sangat kampungan.
''mereka semua melihat kearahku.'' Batin Albina berusaha menyembunyikan wajahnya.
hallo jangan lupa like dan komen ya kalau kalian suka dengan ceritanya😊