"Kenapa aku tidak bisa melihat auranya? Aku bahkan tidak menyentuhnya, tapi telapak tanganku terasa terbakar seolah dimantrai," batinnya.
Amy menahan sakit di telapak tangan kirinya yang masih berasap. Tanda semacam itu adalah tanda seseorang yang tengah memantrainya atau sengaja memunculkan aura dari tubuh indigo Amy. Tanda itu seolah permulaan bahwa seseorang tengah mengancamnya atau ingin melukainya secara terang-terangan melalui mantra khusus. Tentunya, orang yang bisa melakukannya tanpa ritual adalah orang berkekuatan supranatural tinggi.
Amy berlarian kembali ke rumah sakit untuk memastikan bahwa Bu Nadia baik-baik saja. (cek bab 7)
Flashback selesai
Saat itulah ia pertama kali mendapat kutukan ilusi yang sama dengan Alfa, yaitu korban akan merasakan banyak ilusi di kepalanya, pikiran dan ingatannya berputar putra dan dikacaukan dari dalam dan secara psikisnya. Sama dengan Alfa yang dirancang untuk memiliki obsesi yang berlebihan pada Amy hingga membuatnya kecanduan alkohol, Alfa terus menyalahkan dirinya, padahal itu adalah efek dari mantra kutukan ilusi yang ditanamkan pada dirinya.
Dan untuk saat ini mantra penyamar yang dimiliki Valen yaitu mengubah penampilannya menjadi orang lain tidak bisa ia gunakan akibat kutukan yang diberikan Taka melalui Rowlett kemarin. Okta tidak bisa melakukan apapun. Ia terpaksa menyembunyikan Valen lebih lama, bahkan ia tidak tahu sampai kapan, karena pergerakannya pasti diketahui oleh Taka.
"Jadi apa yang kau ingin aku lakukan?" tanya Valen.
Okta nampak berpikir sejenak.
"Untuk saat ini diamlah."
"Tapi Ramon pasti akan…"
"Itu biar aku yang mengurusnya. Ramon pasti masih berusaha menyingkirkan Rataka. Kau tidak bisa melakukan tugasmu selama Taka mengetahui gerak gerikmu (dari kutukan penghubung). aku akan mencari cara lain."
"Apa pilar lain juga melaksanakan tugas itu?"
"Entahlah. Aku yakin Genio pasti melakukan sesuatu."
Ting tong!
Tiba tiba bel kamar berbunyi. Valen dan Okta saling pandang.
"Ah sialan, itu pasti layanan kamar lagi? Arghh."
Valen mengacak rambutnya.
"Layanan kamar?" Okta nampak bingung menatapnya.
"Iya, kemarin saat kau tidak ada di sini aku harus menyamar menjadi perempuan dan menerimanya."
"APA? Menyamar menjadi perempuan? Tapi mantra penyamarmu kan…" Okta berpikir sejenak lalu tiba tiba tertawa. "Apa kau melakukannya secara manual? Haha." Okta menahan tawanya.
"Kau tertawa? Kau menertawaiku huh?"
"Kau sungguh sungguh melakukan itu? Bagaimana?"
"Sudahlah sana, urusi pelayan yang satu itu!"
Okta berdiri sembari membuka kacamatanya dan meletakkannya di meja. Ia lalu menuju pintu. Seorang pegawai perempuan yang kemarin mendorong meja troli, di atasnya ada sebotol wine dan juga salad.
Okta melirik sajiannya itu. Pegawai perempuan senyum senyum dan tiba tiba memberi wink padanya (mengedipkan sebelah mata dengan nakal.
"Ha?" Okta tidak habis pikir apa yang dilakukannya.
"Ini kan masih jam segini? Apa tidak apa apa menerima pelayanan spesial?" tanya Okta.
"Saya tahu kalau kekasih anda ada di dalam, Tuan." Pegawai itu menaikkan kedua alisnya dan tersenyum seolah olah mengetahui segalanya.
Okta tidak habis pikir pegawai itu sangat suka cerita cerita perselingkuhan seperti sinetron sinetron. Ia bahkan berjinjit berusaha melihat isi kamarnya, namun Okta dengan sigap menutupinya dengan tubuh kekarnya dan tidak membuka pintu lebar lebar.
"Apa yang anda lakukan?"
"Ah maaf tuan kalau and tidak nyaman, tapi silahkan diterima pelayan spesial ini."
Okta menghela napas.
"Permisi…tapi…apa yang anda pikirkan itu tidak benar."
"Apa?" pelayan itu menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangan seolah olah pura pura terkejut. Tentu saja Okta tahu kalau itu hanya akting semata, pegawai ini memang suka ikut campur kalau ada pasangan VIP menyewa kamar di motel itu.
"Memang menurut anda apa yang saya pikirkan?"
"Sudahlah, jangan pura-pura. Saya tahu yang anda pikirkan. Ini sama sekali bukan seperti itu, jadi tolong berhenti kepo dengan kehidupan saya dan kekasih saya. Dia tidak nyaman di sini. Anda paham?"
"Tenang tuan, saya mengerti, saya…"
"Ini buka seperti sinetron yang anda tonton, jadi saya mohon amat sangat sebagai guest yang datang di sini, tolong sekali…jaga privasi saya dan jangan ikut campur kehidupan saya. Saya memang datang bersama kekasih saya ke mari, apa itu salah?"
"Tuan…"
"Dan lagi, saya bisa menuntut anda dan manajer tempat ini atas pelayanan yang tidak nyaman serta memberi rating yang buruk di internet. Anda mau saya melakukan itu semua?"
"Astaga, apa anda mengancam saya?"
"Apa anda menganggapnya begitu? Kalau anda sadar harusnya anda tahu, jangan melewati batas, anda mengerti?!"
"Ba..baiklah Tuan, maafkan atas kelancangan saya. Ke depannya saya akan menjaga privasi anda dan tidak melewati batas. Mohon untuk menerima layanan spesial ini dari kami."
Okta melihat sajian salad and wine di sana. Ia menolak dengan sopan.
"Maaf saya tidak minum alkohol di siang bolong, kekasih saya juga tidak vegetarian, maaf kami tidak bisa menerimanya, silakan kembali."
Brak!
Pelayan itu tertegun dengan sikap kasar pengunjung itu.
"Ah kasar sekali dia." namun sesaat ia juga sadar bahwa dirinya juga salah karena terlalu kepo dan penasaran pada kehidupan orang lain.
"Tapi aku kan sudah mengetahui siapa kekasihnya, dia sangat cantik. Hihi." Pegawai itu tersenyum senang mengingat kemarin malam dia berhasil bertemu dengan kekasih dari pemilik kamar itu, bahkan ia mengetahui namanya.
Flashback
Ting tong!
"Siapa itu?" pikir Valen. "Okta tidak mungkin membunyikan bel untuk masuk kan?"
Valen lalu melangkah mendekat ke pintu dan mengintip di lubang tengah pintu. Betapa terkejutnya itu adalah pegawai perempuan yang sangat penasaran dan kepo terhadap hidup para tamu.
"Astaga! Apa yang dia lakukan?"
Valen mondar mandir ke kanan ke kiri, bingung harus berbuat apa.
"Aku tidak bisa berubah menjadi perempuan sekarang ini sialan!"
"Layanan spesiaaaal!" teriak pegawai perempuan itu dari luar.
"Waduhh! Apa yang harus aku lakukan?"
Valen berlari memeriksa almari dan tidak ada baju perempuan di sana. Hanya ada deretan jas dan kemeja putih dan juga kaus putih polos milik Okta.
"Memang apa yang aku harapan dari lemari milik laki laki?"
Tiba tiba Valen melit dua mangkuk kecil di atas meja. Ia lalu kepikiran melakukan sesuatu.
Ia memakai jepitan di rambut pendeknya yang lurus, menatanya bak perempuan berambut pendek yang elegan, membuka celananya dan menyisakan kemeja putihnya, sayangnya kemejanya terlalu pendek. Ia mengambil kemeja Okta yang panjang karena dia lebih tinggi darinya. Lalu mengoleskan lipstik di bibirnya, dan memakai kemeja itu ditambah dengan dua mangkuk yang ia masukkan ke dadanya. Ia bercermin dan melihat penampilannya dari ujung kaki hingga kepala.
"Untung saja kakiku tidak berbulu. Aiishh sial! Apa aku harus berdandan seperti ini?"
Valen akhirnya membuka pintu dan menyapanya ramah.
"Maaf, saya lama membuka pintunya." Valen tersenyum ramah dan mengecilkan suaranya seperti perempuan.
Pegawai perempuan itu melongo saat melihat Valen.
"Astaga! Anda…"
"Eh? Ada apa? Kenapa melihat saya seperti itu?"
"Anda cantik sekali…"
"Howeeekkk!" seolah alter ego Valen tengah muntah muntah. Sepertinya ada yang salah dengan pegawai kepoan ini.
"Ahahaha. Anda terlalu memuji saya," Valen tersenyum lebar.
Pegawai itu memandangi Valen dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Mata anda sangat lentik, bibir anda sangat kecil dan imut, kaki anda astaga…putih dan halus, dan …"