Chereads / The Gladiol / Chapter 117 - Dia Kakakku

Chapter 117 - Dia Kakakku

Amy duduk di bangku penonton.

Cowok cowok itu mengerubunginya. Amy yang sudah tahu motif mereka hanya dam dan tidak mengacuhkannya.

"Kau Amy dari kelas 9 kan," goda seorang yang berdiri paling depan yang nampak seperti bos. "Kau punya pacar?"

Amy balas menatap pria yang sok itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau tidak lihat? Aku sedang berusaha mengajakmu kencan."

Teman temannya tertawa membuli.

Siswa siswi kelas 9 yang lain begitu melihat Amy dikelilingi oleh para pembuli itu khawatir namun tidak berani mendekat apalagi membantunya karena geng cowok cowok itu adalah anak anak elit yang orang tuanya berpengaruh di sekolah.

"Kencan?" Amy tersenyum remeh.

Mereka menggertakkan giginya.

"Apa yang kau tertawakan? aishh"

"Aku tidak tertawa kok. Aku cuma penasaran, kira kira ada berapa teman kencanmu, kakak kakak?"

"Kenapa? Kau tidak suka kalau pacarku banyak?"

"Hahahaha." empat teman yang bersamanya menertawainya.

Mereka memegang memegang Amy, seperti rambutnya, lengannya bahkan pahanya. Namun Amy berontak dan memarahinya.

"Apa yang kalian lakukan! BR*NGSEK SIALAN!"

"Lihatlah. Gadis ini mengumpat. Hahaha."

Amy berdiri namun si bos itu menarik tangan kecilnya dan kembali mendudukkannya. Ia melempar lengannya dengan ke udara.

"Beraninya kau menyentuhku!"

"Dengan wajah seperti ini, bukankah sudah banyak yang menyentuhmu," lecehnya.

"Ini pembulian dan pelecehan. Kita harus melaporkannya," kata teman sekelas Amy yang masih berada di tengah lapangan.

Tentu saja hal itu menjadi tontonan, dan guru masih belum datang untuk mengisi kelas. Siswa lainnya tidak berani membantu karena mereka anak SMA dan juga anak anak dari orang yang berpengaruh.

"Ketua kelas, apa yang harus kita lakukan?" salah satu siswi mendekati siswa yang menjabat ketua kelas.

"Kita tunggu dulu, kita tunggu sampai mereka pergi dengan sendirinya. Kau tidak tahu karakter anak itu? (Amy)"

Amy melihat teman teman yang di lapangan memandangnya dengan khawatir, terutama ketua kelas. Ketua kelas yang memakai kacamata kotak itu sadar Amy melihatnya.

"Apa yang dilakukan ketua kelas tidak berguna itu?" batin Amy sebal, namun tiba tiba ketua kelas memberinya tanda. Ia menunjuk ke arah pintu dan membuat tanda huruf B dan K dengan jari tangannya.

"Cepat panggil BK, sialan!"

"Aku akan memanggilnya. Kau tetaplah tenang, jangan memukulnya."

Seolah ada percakapan telepati diantara mereka.

Ketua kelas kemudian meminta salah satu seksi keamanan untuk memanggil BK.

"Panggil guru BK kelas 11."

"Kelas 11? Bukan guru BK dari sekolah kita?"

"Tidak, panggil guru mereka saja. Beraninya mereka mengadakan perpeloncoan di sekolah lain saat jam pelajaran begini. Biar guru mereka tahu kelakuan muridnya."

"Baik ketua kelas."

"Aku mengandalkanmu."

Seksi keamanan kelas kemudian berjalan pelan dan hati hati agar kakak kakak senior itu tidak menyadarinya keluar dari lapangan.

"Apa kalian sering membuli anak anak yang lain?"

"Membuli? Kami tidak sehina itu. Kami cuma memilih yang cantik sepertimu." bos mereka mencolek dagu Amy.

Amy melihat aura mereka yang berwarna warni seperti pelangi. Mulai dari si bos mereka yang berwarna merah menyala, yang lainnya ada yang hijau kuning biru dan diselimuti keabu-abuan gelap.

"Dengan wajah seperti ini, bukankah sudah banyak yang menyentuhmu," bisik bos perpeloncoan itu.

"Kau penasaran?"

"Aku sangat penasaran."

"Jadi, apa yang ingin kau lakukan?"

"Kau tidak tahu siapa aku?"

"Apa itu penting?"

"Wah gadis ini…tidak tahu diri sekali kau."

Amy diam, lalu menarik napas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan.

"Kelas 11-3, Nino Dharmatirta, putra seorang pemilik perusahaan elektronik, 180 senti, 55 kilogram, IQ 105, tidak menguasai apapun selain menghabiskan uang orang tua…"

"Apa yang diracaukan gadis ini!" teriak salah satu anteknya.

Bos diantara mereka yang bernama Nino itu maju ke depan dan menggertakkan giginya lalu berbisik namun suaranya ditekankan. Ia marah pada Amy.

"Apa yang kau lakukan? Kau mempermainkanku? Kau pikir kau siapa?"

"Apa lagi?" Amy mendongak dan menatapnya. "Kau ingin semua orang di sini mengenalmu kan, Tuan Muda?"

"Kau akan berakhir hari ini."

"Kau tahu? Aku tidak pernah melihat orang sebodoh kau."

Dari jauh Ketua kelas melihat keadaannya semakin panas. Amy sepertinya sengaja memancing keributan.

"Aku sudah bilang untuk menahannya." Ketua kelas menghela napas. "Dasar tidak sabaran."

Nino memegang pergelangan tangan Amy dan menekannya dengan kuat, hingga ada bekas kuku di punggung tangannya dan sedikit berdarah. Amy menahan sakit.

"Aku tanya, apa yang kau lakukan, gadis ja*ang?"

"Harusnya aku yang tanya? Apa yang kau lakukan di gedung sekolah lain dan mengganggu gadis lemah sepertiku?" Amy memperhatikan wajah anggota geng Nino . "Aku akan mengingat wajah wajah ini beserta identitas kalian satu per satu."

"Aku tanya apa yang kau lakukan?!!" teriak Nino hingga suaranya menggelegar di gedung olahraga.

Termasuk para antek anteknya yang agak takut begitu juga dengan informasi yang dibeberkan Amy.

"Apa gadis itu tahu semuanya?" bisik bisiknya.

"Entahlah. Kau takut br*ngsek?"

"Woi, siapa bilang? Kau yang takut kan?"

Amy melihat ante anteknya itu mulai takut, ia tersenyum menyeringai.

"Kau yang mulai, jadi kenapa kau yang takut?" kata Amy pada Nino sembari menatapnya menantang.

"Dasar gadis murahan!"

"Kenapa? Kau takut pada gadis murahan ini?" Amy melempar tangannya yang menekan kulitnya hingga ada bekas kuku Nino di tangannya, dengan kasar

"Lihatlah!" Amy menunjukkan lukanya. "Kau berani menyentuhku bahkan membuatku terluka. Kau…" Amy mendekat dan membisik ke telinga Nino.

Antek anteknya mulai mundur ketakutan. Entah kenapa mereka takut padahal hanya gadis biasa, sebenarnya itu bukan hanya Amy, namun juga fyber yang muncul dan membuat antek antek itu merinding.

"Kenapa aku merasa takut ya?"

"Aku juga merinding, nih."

Nino mendengarkan bisikan Amy yang entah mengapa juga menyebabkannya merinding.

"Kau kira kau masuk kandang kucing? Kau masuk kadang harimau sialan. Aku tidak selugu yang kau kira br*ngsek!" Amy menjambak rambutnya dan mendorongnya ke belakang.

Untung saja antek anteknya yang berdiri di belakangnya menangkap tubuhnya.

"Hahahaha," tawa Amy menggelegar. "Hoi geng culun! Kalian sangat lucu, hahaha."

Teman teman sekelas Amy terkejut dan tidak percaya melihat reaksi Amy, begitu juga ketua kelas. Ketua kelas akhirnya melangkah mendekat, namun baru sampai di depan anak tangga menuju yang menuju kursi penonton, tiba tiba pintu terbuka, seseorang berdiri di sana.

Beberapa saat sebelumnya, seksi keamanan berlari di lorong menuju ruang BK SMA. Namun tak sengaja ia menabrak Dio yang tengah santai membaca buku sembari berjalan santai di koridor. Hingga bukunya jatuh.

"Astaga maafkan aku, Kak." ia mengambilkan buku Dio dan memberikannya tergesa. Ia sadar bahwa itu adalah kakaknya Amy yang cukup populer.

Dio melihat seragamnya dan langsung mengetahui bahwa dia murid smp.

"Kenapa siswa smp ada di sini?"

"Anu, Kak. Itu…kau kakaknya Amy ya…"

"Ada apa?"

Setelah mendapat penjelasan, Dio dan juga siswa itu berlari ke gedung satunya melewati koridor penghubung untuk menuju lapangan.

Dio membuka pintu gedung olahraga dan mendapati ketua kelas yang berjalan mendekat dan geng siswa yang sedang membuli dan mengerubungi adiknya.

"SHIT!"