Chapter 82 - Pekerjaan di ATS

Saat ini Raya tengah mengawasi berbagai tempat di kota melalui layar-layar monitor di hadapannya. Sudah 3 bulan lamanya mereka menyelidiki kasus yang melibatkan pembunuhan Maryam Louis, tapi mereka tidak mendapatkan kemajuan apapun mengenai kasus tersebut.

Duduk di sampingnya adalah Arany. Wanita muda itu dengan sabar mengawasi layar monitor, sama seperti yang Raya lakukan.

"Nah, Arany... apakah kau mengetahui perkembangan mengenai kasus yang satunya lagi?"

Raya merasa sangat bosan, karena tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini, jadi dia menanyakan hal tersebut pada rekan kerjanya itu.

Arany melirik sebentar ke arah Raya dengan pandangan tidak suka, sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan darinya.

"Sayang sekali, tidak ada perkembangan apapun, kita ditugaskan untuk melakukan hal ini juga untuk mencari petunjuk mengenai keberadaan mahluk itu, apa kau sudah lupa itu? Kau seharusnya sudah menyadari bahwa tidak ada hal aneh apapun yang tertangkap di layar monitor itu!"

Arany berkata sambil menunjukan ke arah layar-layar monitor yang berada di depannya dengan nada yang kesal. Sepertinya berbicara dengan Raya membuat dirinya merasa sangat kesal.

Hal yang memicu Arany menjadi sangat kesal seperti itu, kemungkinan besar memang adalah perdebatan mereka mengenai kasus menghilangnya Arya. Raya sempat menyarankan untuk melakukan penyelidikan ke semua tempat yang ada secara menyeluruh untuk mencari ruangan rahasia yang mungkin menjadi tempat persembunyian Arya.

Raya sudah mengetahui fakta bahwa ada beberapa tempat yang menyimpan jalan rahasia yang dibangun oleh para mahluk itu untuk melarikan diri, tapi entah kenapa, Arany benar-benar menentang hal tersebut.

Raya masih ingat apa yang dikatakan oleh wanita muda itu.

"Apa kau benar-benar ingin melanggar privasi masyarakat umum hanya untuk mencari satu orang?"

Tentu saja Raya tidak ingin melakukan hal tersebut, tapi ini berkaitan dengan nyawa seseorang, jadi tindakan ini perlu untuk dilakukan.

"Nyawa lebih penting dari pada privasi!"

Meskipun Raya sudah mengatakan hal tersebut, tapi Arany malah menatapnya dengan tajam.

"Kau hanya ingin mencari seorang pria yang bernama Arya, kan?"

"Ya, tentu saja... kita tidak bisa membiarkannya begitu saja!"

"Tapi kau ingin menemukannya saat dia belum tentu melakukan suatu kejahatan apapun!"

"Kita harus bertindak, sebelum sesuatu terjadi! Jika kita terlambat, maka akan ada nyawa orang yang menghilang!"

"Tapi pria yang bernama Arya itu belum tentu melakukan pembunuhan!"

"Apa yang kau bicarakan!? Apakah kau tidak melihat apa yang terjadi di rumahnya?! Ibunya baru saja meninggal dan dia menghilang entah kemana! Apakah kau berpikir itu tidak aneh?! Kau pasti sadar bukan, bahwa kemungkinan dia menjadi pembunuh Ibunya sangatlah besar!"

"Justru Aku yang ingin mengatakan 'Apa yang kau bicarakan?!' .... Kenapa kau sudah menuduhnya melakukan kejahatan seperti itu, padahal kau tidak memiliki bukti yang kuat!?"

"Kami memiliki banyak bukti yang bisa menjelaskan bahwa manusia serigala yang kita temui waktu itu adalah Arya Louis!"

"Meski begitu, Aku tidak berpikir bahwa dia adalah orang yang membunuh Ibunya sendiri!"

"Lalu siapa lagi kalau bukan dia?!"

"Tentu saja orang lain!"

"Kenapa kau bisa yakin terhadap hal tersebut?"

"Apa kau tidak membaca laporan tentang wawancara dari sahabatnya yang bernama Rio itu? Menurut keterangannya, Arya adalah orang yang sangat peduli pada Ibunya... meskipun dia bersifat agak dingin pada orang lain, tapi hanya pada Ibunya dia bisa bersikap sangat lembut!"

"Lalu apakah kau lupa bahwa mahluk-mahluk yang berawal dari manusia telah kehilangan kemanusiaan mereka? Arya bisa saja mengalami hal yang sama dengan mereka... dia bisa saja kehilangan kemanusiaannya dan membunuh Ibunya sendiri!"

"Lalu bolehkah Aku bertanya satu hal?"

"Apa itu?'

"Apakah ada dari mahluk-mahluk yang kau sebutkan itu yang membunuh keluarganya sendiri?"

"Soal itu..."

Raya tidak bisa memberikan jawaban untuk pertanyaan tersebut. Itu bukan karena dia tidak memiliki jawabannya, hanya saja dia tidak menemukan adanya kasus dimana mahluk-mahluk itu yang membunuh keluarga mereka sendiri. Satu-satunya kasus yang bisa menjadi contoh dari pertanyaan Arany adalah kasus Arya Louis, tapi kebenaran kasus tersebut masih menjadi misteri. Jadi Raya tidak bisa memberikan satupun contoh kasus seperti itu pada Arany.

"Kau tidak dapat menemukan satu kasus seperti itu, kan?"

Pertanyaan Arany telah membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Pada akhirnya Raya menyerah pada rencana tersebut.

Meskipun dia memenangkan debat dengan Arany waktu itu, sepertinya rencana Raya tidak bisa diterima oleh atasan mereka, karena tindakan tersebut hanya akan menimbulkan banyak kepanikan yang tidak perlu. Mereka juga akan kesulitan memberikan alasan yang kuat untuk melakukan tindakan tersebut. Jadi rencana Raya memang tidak akan berhasil sejak awal.

Raya kembali menatap layar-layar monitor yang masih tidak menunjukan keanehan ataupun sesuatu yang menarik.

"Apakah kau masih marah tentang kejadian itu?"

Raya kembali bertanya. Pada akhirnya dia tidak bisa merasa nyaman dengan suasana canggung di antara mereka, belum lagi dia harus mengakui bahwa dia merasa bosan, jadi mencoba mengobrol kembali dengan Arany mungkin bukan keputusan yang buruk.

"Menurutmu?"

"Rencana itu sudah kubuang jauh-jauh... Aku tidak berencana untuk melakukan tindakan gegabah seperti itu lagi!"

Keheningan kembali mengisi suasanan di antara mereka. Arany nampak ingin mengatakan sesuatu, dia melirik sebentar ekspresi wajah Raya, lalu menghela nafas, sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.

"Apakah Ayahku yang membuatmu berpikir tentang rencana itu?"

Raya terdiam selama beberapa saat. Arany hanya menutup mulutnya sambil menunggu Raya untuk memberikan jawaban padanya.

"Bukan Ayahmu yang membuat rencana seperti itu... Aku hanya berpikir bahwa si Arya itu mungkin saja saat ini sedang mengalami saat-saat yang sulit, jadi kurasa lebih baik kita segera membunuhnya dan mengakhiri penderitaannya!"

Arany langsung menatap tajam pada Raya saat dia mendengar jawaban tersebut. Kebencian jelas terlihat di matanya.

"Apa yang kubicarakan! Kenapa kau bisa mengatakan hal kejam seperti itu!?"

"Itu karena dia tidak mungkin tidak merasa sengsara dengan keadaannya saat ini! Dia tiba-tiba berubah menjadi monster, lalu tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri! Apa kau berpikir bahwa itu bukan hidup yang sulit!?"

"Meskipun itu benar, itu bukanlah hakmu untuk memutuskan apakah hidup sengsara atau tidak!"

Raya tahu bahwa dia tidak mungkin meyakinkan Arany apapun yang dia katakan. Kata-katanya tidak mungkin sampai pada wanita muda itu.

"Kau mungkin menyesal, jika kau tetap membiarkannya!"

Meskipun Raya sempat berpikir bahwa Arany tidak mungkin mendengarkan apa yang dia katakan, tapi saat Raya mengucapkan kata-kata itu, mata Arany berhenti menatapnya dengan tajam dan penuh kebencian.

"Apakah kau pernah kehilangan seseorang yang berharga bagimu?"

Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Arany. Sepertinya dia salah paham bahwa Raya telah kehilangan seseorang yang berharga baginya.

"Beruntungnya tidak... tapi banyak orang yang telah kehilangan!"

"Apa kau membicarakan tentang Ayahku?"

Ray sempat terkejut mendengar pertanyaan Arany itu. Benar juga, jika Jagt kehilangan seseorang yang berharga baginya, itu mungkin juga bisa berarti bahwa Arany juga mengalami hal yang sama dengan Ayahnya.

"Bukan hanya Ayahmu... tapi banyak orang lainnya..."

Arany terdiam. Sepertinya dia mengakui bahwa apa yang dikatakan oleh Raya memang benar, tapi dia tetap tidak bisa menerima hal tersebut.

"Meskipun itu untuk melindungi banyak orang, kau tetap tidak boleh seenaknya menghilangkan nyawa seseorang!"

Raya mulai mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Arany.

"Apakah kau ingin mengatakan bahwa itu hanya akan menciptakan rantai balas dendam?"

Arany menganggukan kepalanya.

"Percuma saja kau memikirkan hal seperti itu! Jika kau tidak bisa melakukan hal apapun, kau hanya akan membuat orang lain kehilangan nyawa mereka!"

"Tapi bukankah ada cara lain supaya kita bisa berteman dengan mereka, kan? Kita tidak perlu membunuh untuk menjaga kedamaian!"

"Itu tidak akan berguna, Arany!"

Sebuah suara yang bukan milik Arany ataupun Raya terdengar di ruangan itu. Mereka berdua dengan segera melihat ke arah sumber suara tersebut. Di sana berdiri Jagt dengan tangan di silangkan dan wajah yang menakutkan.

"Jika kau mencoba berteman dengan mereka, mereka hanya akan menipumu... kau mungkin akan menyesal, karena telah berteman dengan mereka... seperti yang telah kualami!"

Perkataan Jagt membuat Raya dan Arany sama-sama terkejut. Kabar bahwa Jagt pernah berteman dengan mahluk itu adalah kabar yang baru bagi mereka.

"Mereka adalah mahluk menjijikan yang pintar berpura-pura baik.... kau mungkin hanya akan berakhir sebagai alat mereka, jika kau sampai tertipu dengan tampang mereka!"

"Tapi... itu sama dengan manusia, kan? Di dunia ini ada orang yang jahat dan orang yang baik, kan? Jadi mereka pasti juga sama!"

"Itu memang benar dalam kasus manusia, tapi berbeda dengan mereka... tidak ada orang baik di antara para mahluk menjijikan itu!"

"Tapi, Ayah..."

"APAKAH KAU TIDAK TAHU BAHWA KAU KEHILANGAN IBUMU, KARENA ULAH MEREKA!!!"

Teriakan menakutkan Jagt menggema di seluruh ruangan itu. Beberapa orang yang berkerja di ruangan itu bersama Raya dan Arany menengokan kepala mereka ke arah Jagt berada untuk menyaksikan apa yang terjadi.

Sementara itu Raya melihat Arany dengan pandangan terkejut. Wanita itu saat ini menundukan kepalanya dengan pandangan yang sedih, jadi kemungkinan besar Arany memang mengetahui hal yang dikatakan oleh Ayahnya.

Ini adalah pertama kali Raya mendengar hal tersebut, jadi Raya tidak tahu harus berkata apa. Sejujurnya dia cukup terkejut dengan informasi barusan. Meskipun dia sudah menduga bahwa terjadi sesuatu pada anggota keluarga mereka, tapi dia tidak menyangka akan mendengar hal itu di saat seperti ini.

"Tapi Ayah... apa yang terjadi pada Ibu, bukanlah alasan untuk membenci segala hal..."

Arany mengatakan hal itu dengan suara pelan sambil mengalihkan pandangannya. Sepertinya dia tidak sanggup melihat ke arah Ayahnya.

"Aku tidak membenci segala hal, Aku hanya membenci para mahluk menjijikan itu!"

"Tapi Ayah..."

"Jika kau masih ingin mengatakan omong kosong, lebih baik kau segera keluar dari sini!"

Arany nampak ingin meneteskan air matanya, tapi dia berhasil menahannya.

"Aku mengerti..."

Setelah mengatakan itu, Arany segera pergi meninggalkan ruangan itu dan perkerjaan yang diserahkan padanya.

Raya sempat ingin mengejarnya, tapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Meskipun dia mengejar Arany, dia tetap tidak akan bisa membantunya, jadi dia memutuskan untuk membiarkannya sendirian untuk sementara waktu.

"Kembali berkerja!"

Setelah Jagt mengatakan hal tersebut, semua orang yang perkerjaannya terhenti akibat keributan yang dibuat oleh Jagt tadi, kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Begitu juga dengan Raya yang kembali melanjutkan perkerjaannya yang membosankan di ATS.

Setelah memastikan bahwa semua orang telah melanjutkan perkerjaan mereka masing-masing, Jagt segera meninggalkan ruangan tersebut.

Meskipun dia tidak mengatakan apapun tadi, tapi saat ini Raya tengah memikirkan banyak hal. Meskipun Arany telah kehilangan Ibunya oleh perbuatan dari mahluk-mahluk itu, tapi kenapa dia masih mencoba untuk membela mereka? Sejujurnya, Raya tidak bisa memikirkan jawaban apapun untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dia hanya bisa memikirkan bahwa tindakan Arany sangat tidak rasional. Apa yang membuatnya bisa berpikir seperti itu?

Meskipun dia tidak tahu jawaban untuk pertanyaan itu, tapi dia merasa bahwa Arany sedang menyembunyikan sesuatu dari semua orang.