Rosie dan Aslan pindah ke sebuah meja yang lebih lebar. Pria itu tidak suka ketika Rosie terang-terangan memanggilnya dengan berbagai jenis panggilan sayang. Setiap teguran yang pria itu layangkan hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri bagi Rosie.
"Tuan Putri, Anda seharusnya tidak boleh bersikap sembrono memanggil orang dengan sebutan yang seperti itu. Orang-orang akan salah paham."
Rosie yang sedang menggigit ayam gorengnya sampai berhenti makan karena merasa Aslan terlalu berisik.
Gadis itu mendorong sebuah piring berisikan sandwich kalkun. "Makanlah, suamiku. Kau pasti lapar."
Mata kanan Aslan berkedut karena sepertinya sang putri sama sekali tidak mendengarkan segala tegurannya. Aslan pun memilih diam membiarkan Rosie mencicipi lebih dari lima belas piring yang disediakan oleh pelayan.
Orang-orang di meja samping menatap Rosie kagum karena tubuh kecilnya bisa menampung seluruh menu yang ada di daftar sedangkan Aslan bahkan tidak minum segelas apa pun.
"Apakah suamimu tidak makan?" tanya seorang pria yang mendekat ke arah Rosie. Pria itu menatap seluruh piring yang Rosie habiskan dalam sekejap mata.
Rosie yang kekenyangan hanya tertawa lebar sambil memegangi perutnya yang terasa penuh. Salah satu kancing di bagian perutnya mulai menyiksanya sehingga Rosie harus melepas beberapa kancing vest untuk bisa bernafas lebih lega.
"Wah … aku belum pernah melihat wanita makan sebanyak dirimu. Saat istriku sedang hamil, ia juga memiliki nafsu makan yang tinggi tapi tidak sampai sepertimu. Kau seperti orang yang tidak pernah makan," ujar pria itu sambil bergurau. Rosie menanggapi gurauan tersebut dengan tawa kencang.
"Kau mau bergabung dengan meja kami? Aku bisa membayarkan bir untuk suamimu," ajak pria itu.
Rosie hampir mengiyakan ajakan tersebut sebelum Aslan menahan tangan pria itu agar tidak menyentuh pundak sang putri.
"Jauhkan tanganmu darinya," ancam Aslan yang tidak suka melihat sang putri bersikap terlalu santai terhadap orang asing.
"Oh, tidak perlu khawatir buddy. Aku hanya ingin mengundangmu dan istrimu untuk minum bersama yang lain."
"Kubilang, jauhkan tanganmu," ujar Aslan sekali lagi dengan semakin mengeratkan cengkeraman pada tangan pria itu.
Rosie bisa melihat rahang pria itu terkatup kencang tanda bahwa pria itu serius dengan ancamannya barusan. Rosie yang tidak ingin Aslan membuat keributan meraih tangan pria itu sambil meminta maaf kepada pria tersebut.
"Maaf atas ketidaksopanan suamiku. Dia sedikit posesif jika berurusan denganku," kata Rosie dan pria itu hanya berdecih meninggalkan meja keduanya.
Dari balik tudungnya, Aslan masih menatap tajam pria itu yang kembali bergabung dengan para pria lain. Aslan pun meraih tangan Rosie. Setelah membayar semua makanan yang dimakan oleh gadis itu, Alan menyeret Rosie untuk pulang.
Hari dengan cepat berubah menjadi malam dan sekarang keduanya harus kembali ke tempat mereka meninggalkan kuda mereka.
"Aslan, bisa kah kita berjalan lebih pelan? Perutku terasa sangat sakit." ujar Rosie sambil menarik tangan Aslan untuk memelankan langkahnya.
Perutnya terasa berat karena terlalu banyak makan. Meskipun begitu Rosie sangat menikmati setiap makanan yang dihidangkan, ia tidak menyangka makanan di kedai dunia fantasi ini terasa sangat lezat hingga Rosie lupa batasannya.
Sensasinya sepertinya membaca buku yang sangat bagus dan terus membalik setiap halaman tanpa henti. Gadis itu melepaskan tangannya dari Aslan dan bersandar pada dinding sebuah rumah. Nafasnya terengah-engah karena membawa perutnya yang sangat berat.
"Hufft … aku tidak kuat berjalan lagi. Aku akan tunggu di sini saja, kau yang ambil kudanya." perintah Rosie sambil menyandarkan tubuhnya di dinding rumah.
"Inilah akibatnya jika terlalu serakah. Anda seharusnya tahu kapan harus berhenti."
"Baiklah … baiklah .. aku telah mendapatkan pelajaran hidup untuk tidak terlalu serakah oleh pengalaman ini," ujar Rosie yang tidak ingin mendengar teguran Aslan yang tiada habisnya.
Aslan menarik lengan Rosie untuk kembali berdiri tegak. "Saya tidak bisa meninggalkan Anda sendirian di tempat seperti ini. Anda harus kembali berjalan dengan saya."
Rosie mengerang tak ingin lanjut berjalan. Perutnya terasa sangat tidak nyaman sekarang. "Aku tidak mau, aku janji tidak akan kabur. Lagipula bagaimana bisa aku kabur dengan perut seperti ini."
Aslan mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti jalan pikiran sang putri. Gadis itu seakan-akan tidak mengerti atas bahaya yang mengintai. Meninggalkan gadis itu seorang diri bisa mengundang berbagai kejahatan. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat kepadanya?
Aslan tidak memperdulikan pengakuan sang putri. Jika ia terus mendengarkan keinginan gadis itu, yang ada mereka akan bermalam di pinggir jalan. Meski pun butuh usaha yang lebih karena Rosie terus menolak untuk berjalan, Aslan terus menyeretnya hingga keduanya tiba di tempat kuda mereka diikat.
Nafas Rosie tengah dan ia tidak kuat lagi untuk berdiri. Ia melihat sekelilingnya yang sepi. Begitu juga Aslan yang melepaskan tangannya dari lengan Rosie hingga gadis itu memilih duduk di atas tanah.
"Di mana kuda kita?" tanya Rosie yang sudah sangat lelah.
Aslan mengitari wilayah tersebut untuk memastikan jika ia telah kembali ke tempat yang benar tempat mereka mengikat kedua mereka. Rosie memiliki firasat buruk tentang ini. Aslan memegang pelipisnya karena merasa begitu sial di hari ini.
"Apa aku bilang kan? Ini bukan tempat yang baik untuk menyimpan kuda. Terus sekarang bagaimana?"
Aslan tidak memperdulikan pertanyaan gadis itu. Ia terus mencari keberadaan kudanya tetapi hasilnya tetap nihil.
Aslan pun berjalan ke arah Rosie dan menatap gadis itu yang sedang duduk di atas tanah.
"Kita tetap harus kembali ke kastil. Setelah itu aku bisa menyuruh beberapa orang untuk mencari keberadaan kuda-kuda itu."
"Bagaimana caranya?"
"Kita jalan kaki."
"No way! Aku tidak mau! Aslan, perutku sedang sangat sakit sekarang!"
"Kita tidak punya pilihan lagi, Yang Mulia," balas Aslan mencoba menjelaskan keadaan mereka saat ini kepada sang putri. Mereka harus segera kembali ke istana.
Dari surat yang Howland berikan, pria itu bilang jika kemungkinan ia akan kembali malam ini. Saat ini malam belum begitu larut. Masih ada waktu untuk mereka kembali ke kastil sebelum Howland tiba.
Aslan melihat Rosie yang tidak nyaman dengan perutnya. Ini adalah akibatnya jika menjadi seseorang yang rakus. Jika yang di depannya ini bukanlah seorang putri kerajaan atau adik dari Howland, Aslan pasti sudah lama meninggalkannya.
Di usianya yang ke tujuh belas tahun, Aslan telah mengucapkan ikrarnya pada prosesi pengangkatannya sebagai ksatria. Di sana ia telah berikrar untuk melayani dan melindungi keluarga Villiers. Dan Rosie adalah salah satu bagian dari keluarga Villiers, dengan begini jika Aslan pulang seorang diri artinya sama saja dengan dirinya mengkhianati janjinya sendiri.