Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

CINTA SIBOCAH TENGIL

viviana_yukata
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.6k
Views
Synopsis
Bagi sebagian orang menjalin hubungan itu perlu mempertimbangkan usia dan juga seberapa dekat dengan seseorang itu. Tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku bagi seorang Haidar Sastra Wiguna. Remaja yang masih duduk di bangku SMA itu tertarik kepada seseorang yang usianya terbilang cukup jauh darinya. Tidak hanya itu mereka juga dipertemukan disaat yang tidak terduga. Yaitu saat Arumi Nesya wanita dua puluh lima tahun yang baru bercerai dari suami yang ketiga. Banyak kesempatan yang mendukung pertemuan mereka hingga akhirnya Haidar jatuh cinta dengan pesona Arumi. Memantapkan hatinya untuk berjuang mendapatkan janda tiga kali itu yang ternyata tidaklah mudah. Selain dari usia mereka yang berbeda, Arumi sendiri adalah wanita mandiri yang berpenghasilan tinggi. Memimpin sebuah perusahaan dan kehadiran Haidar seperti tidak berarti apa-apa baginya. Tetapi Haidar tidak akan mudah menyerah, segala macam dia lakukan untuk mendapatkan cinta Arumi. Membela Arumi dari banyaknya gosip gosip murahan yang merendahkan statusnya. Dengan perlahan Arumi pun mulai luluh dengan perjuangan Haidar dan menerima cintanya. Melalui pasang surut hubungan mereka hingga akhirnya keduanya membangun hubungan rumah tangga. Tetapi nyatanya badai tidak berhenti sampai disana. Di tahun pertama pernikahan mereka, Arumi harus rela kehilangan buah hatinya yang masih di dalam kandungan. Belum sempat meraih bahagia Haidar kembali dihadapkan dengan kepergian Arumi. Separuh nyawanya bagaikan hilang melihat istri yang dia perjuangkan harus meninggalkan dunia. Merawat bayi mereka seorang diri dengan keadaan yang masih kuliah. Tanda tanya besar, akankah Haidar dapat melupakan Arumi dan melanjutkan hidupnya. Atau menyerah dengan menyandang status duda sepanjang hidupnya dan membesarkan putri mereka seorang diri?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertemuan pertama yang ambigu

Hahhhh.

Satu helaan nafas panjang keluar begitu saja dari sela bibir tipis seorang wanita. Wanita berkulit putih dengan hidung mancung serta mata bulat yang dihiasi bulu mata lentik juga alis yang hitam berbentuk melintang di wajah. Arumi Nasya namanya wanita yang tengah menatap figura itu menghembuskan nafasnya dengan paksa.

Melihat foto yang ada di sana mengingatkan wanita itu pada pernikahan yang sudah diakhiri oleh Arumi beberapa hari lalu. Lebih tepatnya satu minggu sudah Arumi menyandang status barunya sebagai seorang JANDA. Kecewa? Tentu saja, perceraian itu bukan yang pertama bagi Arumi melainkan ketiga kalinya.

Arumi menatap foto berbingkai itu sebelum memasukkannya kedalam kardus kardus yang sudah disiapkan. Foto itu hanya kenangan yang harus Arumi singkirkan dari hidupnya sebelum memulai sebuah kisah baru. Ada banyak rasa muncul di hati Arumi setelah perceraian yang ketiga ini.

Arumi merasa kalau dirinya tidak pantas mencintai, dicintai dan menjalin hubungan asmara apalagi sebuah pernikahan. Arumi merasakan sakit di dalam hatinya mengingat betapa gagal dirinya dalam hal itu. Tidak ingin menangisi nasibnya Arumi mengemasi foto foto lama pernikahannya dan membawanya di dalam kardus besar.

"Jadi janda lagi," gumamnya sembari telentang di ranjang memandang langit langit kamar.

Arumi mengerti betapa sulitnya menjadi seorang janda. Bukan hanya harus melakukan apa-apa sendiri tapi juga harus menanggung segalanya dengan tangan sendiri. Tapi yang lebih berat dari itu adalah pandangan orang orang di sekitarnya. Apalagi dirinya masih muda dan lagi lagi harus menjadi janda membuat masyarakat memandang rendah padanya.

Tidak ingin berlarut-larut dalam pemikirannya Arumi mengambil ponsel yang diletakkan di meja disamping ranjang. Menghubungi sebuah nomor yang tersimpan di sana dengan cepat dan langsung tersambung.

[Hallo, Arumi. Ada apa?]

"Hallo, Sinta. Aku ingin mengajakmu keluar nanti malam," sambung Arumi.

[Nanti malam, ya? Baiklah, aku tidak ada pekerjaan nanti malam.]

"Ditempat biasa, ya. Jam delapan, e ... tidak tidak setengah delapan saja," titah Arumi pada Sinta sebelum mematikan panggilan suara itu.

Arumi meletakkan ponselnya di sembarang tempat dan berdiri menuju ke dalam kamar mandi. Hari sangat terik seharian yang membuat Arumi banyak menghabiskan tenaganya untuk membereskan barang-barang milik mantan suaminya. Membuat tubuh wanita itu lengket dan penuh keringat. Arumi menutup pintu kamar mandi itu rapat rapat padahal hanya dirinya yang ada di sana. Karena wanita itu tinggal sendiri di apartement yang dibelinya.

Arumi membuka satu persatu pakaiannya hingga tidak sahelai benang menempel di tubuhnya. Arumi perlahan menghidupkan shower dan menaruh dirinya di bawah guyuran air dingin dari sana. Cukup lama sebelum tangannya mengambil sabun cair dan mengusapkan keseluruh tubuh. Dari leher, tangan, dada, perut, paha dan juga kaki diusap lembut dan sensual.

Arumi membilas tubuh sexy dan mulusnya mengambil handuk memakai dan keluar dari kamar mandi. Dengan menggunakan handuk sebatas dada Arumi mendudukkan dirinya di depan cermin rias yang ada di kamar. Memoles beberapa tabur bedak dan juga gincu di wajahnya sebelum mengeringkan rambutnya yang basah.

Merasa penampilan dan riasan di wajahnya sudah pas rambut nya juga sudah tertata rapi Arumi mengambil beberapa potong pakaian dan mencocokkan mana yang cocok dipakainya malam ini. Arumi menjatuhkan pilihannya pada sebuah dress hitam tanpa lengan. Mengambil dress itu dan memakainya dengan sepatu hak tinggi dengan warna senada.

Arumi memandang penampilannya sendiri di sebuah kaca seluruh badan. Bahunya yang mulus terekspos sempurna lekuk ditubuh Arumi juga sangat jelas terlihat. Ditambah belahan yang tinggi di bagian bawah membuat paha putih miliknya terlihat menggoda. Arumi merasa puas dengan penampilannya dan tersenyum bangga.

Arumi mengambil tas dan mengisinya dengan beberapa lembar uang serta telepon genggamnya tidak lupa dia masukkan ke sana. Kunci mobil juga tidak dilupakan wanita itu sebelum keluar dari pintu apartemennya. Dengan lenggak-lenggok tubuh semampai Arumi menuruni tempat itu menggunakan lift.

Untungnya sudah sedikit larut sehingga Arumi sedikit lega karena tetangganya sudah banyak yang menghabiskan waktunya di dalam kediaman masing-masing. Kalau tidak Arumi pasti jadi perbincangan para biang gosip melihat penampilannya yang seperti itu. Arumi menaiki mobilnya mengemudi dengan kecepatan sedang menuju ketempat dimana dia sudah membuat janji.

Arumi memandang dengan lekat tempat di hadapannya sudah hampir setahun belakangan wanita itu tidak menjamah tempat itu. Dengan pelan dan takut Arumi memasuki tempat itu memberanikan diri. Pemandangan yang hampir tidak terlihat karena penerangan yang minim dan juga musik yang memekakkan telinga. Arumi mencari Sinta yang katanya sudah sampai lebih dulu di tempat itu.

Melihat temannya yang duduk disalah satu kursi di hadapan bartender Arumi segera melangkah dan menghampiri. Arumi ikut duduk di samping Sinta dan memandang sekeliling sebelum meminta bartender membuatkan minuman untuknya.

Sinta memperhatikan Arumi dari ujung kepala hingga ujung kaki wanita itu. Dan Sinta menyeringai lalu meminum air di gelasnya. Lalu beralih lagi kepada Arumi dan menatapnya lekat lekat.

"Kenapa melihat ku seperti itu? Aku masih manusia!" bentak Arumi membuat Sinta tertawa.

"Kau lucu sekali, Arumi," ledek Sinta dengan tawanya yang tidak begitu terdengar karena kerasnya musik di sana.

"Apa yang lucu? Apa tidak boleh aku mengajakmu kemari?" sungut Arumi.

"Boleh, kenapa tidak? Yang aneh kau selalu mengajakku kemari setelah kau bercerai dengan suamimu. Ha ha" balas Sinta terkekeh.

Arumi menatap Sinta tajam, "Jangan meledak ku Sinta!"

"Itu kenyataan. Kau tidak ingat dulu sekali setelah perceraian mu dengan Noval juga kedua kalinya setelah dengan Riyan dan sekarang," jelas Sinta membuat Arumi menatapnya semakin intens dan membunuh.

"Kalau kau tidak bercerai mungkin kau tidak akan mengajakku kemari, kan?" tanya Sinta memastikan.

Arumi tahu kalau dia bukanlah seorang wanita yang sering berada di tempat tempat seperti itu. Tapi benar seperti penuturan Sinta Arumi datang ke tempat itu hanya di saat tertentu saja. Seperti sekarang misalnya dan juga beberapa waktu setelah sidang perceraiannya dikabulkan oleh hakim.

Sinta paham betul bagaimana Arumi bisa sampai mengajaknya ketempat yang remang-remang dan berisik itu. Tentu saja untuk melupakan masalahnya dan menenangkan otak dari panasnya masalah yang menimpa dirinya. Sinta sebagai teman yang baik harus siap dengan segala konsekuensi dari nasib percintaan Arumi.

"Sudah tahu pakai tanya segala!" pasrah Arumi membuat Sinta semakin menertawakan wanita itu.

Dengan kesal dan tipisnya kesabaran Arumi membanting tasnya kemeja menenggak habis minuman yang disodorkan bartender. Meletakkan gelas kosong dengan sedikit keras membuat bartender dan juga Sinta menatap Arumi dengan tatapan bingung.

"Mau ketoilet dulu, jagain tas aku jangan sampai hilang," katanya sambil berdiri dari tempat duduknya.

Sinta hanya mengangguk dan melihat Arumi yang sudah berjalan sedikit jauh darinya. Arumi berjalan sampai ketoilet dengan aman membuang hajatnya dan keluar dari sana. Tapi saat ingin melangkah keluar kakinya tersandung membuat tubuhnya melayang.

Arumi sudah bersiap menahan sakit jika harus terjatuh. Merasakan sakit karena itu tidak seberapa baginya dibandingkan dengan sakit karena luka percintaan dan perceraiannya. Tapi bukannya sakit Arumi malah merasa bagian empuk di dadanya diremas. Arumi membuka matanya dan melebarkannya karena sepasang tangan berada disana.

Dengan cepat Arumi melepaskan tubuhnya dari tangan yang sedang meremas-remas payudaranya. Matanya membulat dan pandangannya seakan mematikan melihat seorang lelaki berdiri di depannya.

Plakk.

Tamparan keras mendarat di sebelah pipi laki-laki itu hingga menimbulkan bekas kemerahan. Arumi sudah tersungut oleh emosi karena dengan lancang lelaki itu meremas apa yang tidak seharusnya ditambah lagi lelaki itu terus memandangi bagian yang sedikit terekspos itu membuat Arumi semakin murka. Sedangkan lelaki yang ditampar oleh Arumi hanya memegang pipinya yang panas.

"Kurang ajar, dasar mesum!" bentak Arumi sambil menginjak kaki laki-laki itu sebelum pergi begitu saja.

Belum hilang rasa panas di pipinya lelaki itu harus merasakan sakit di kakinya juga. Laki-laki itu menahan sakit di kaki dengan berjalan aneh.

"Wanita aneh, udah ditolong bukan bilang makasih malah ditampar diinjak juga."

"Awas aja kalau ketemu lagi, ku cium itu bibirnya sampai bengkak. Tapi boleh juga ukurannya sampai nggak muat di tangan, ha ha ha."

Lelaki itu tertawa mengingat tangannya yang memegang benda kenyal tadi hingga meremas nya. Bahkan lelaki itu melihat tangannya dan tahu seberapa besar benda itu. Hingga sebuah tepukan menyadarkan, "Haidar, woi! Ngapain lu cengar-cengir di sini sendiri?"

"Cengar-cengir matamu! Lihat nih pipi sama kaki gue sakit, bego," balas nya dengan sedikit berteriak.

"Ya, sialan! Sakit kuping gue, balik dah. Dicariin anak anak itu," kata Dery pada Haidar.

"Bantuin lah, sakit ini kaki," titahnya dengan merentangkan tangannya.

Mau tidak mau Dery membantu Haidar dan memapahnya untuk keluar dari toilet. Dengan sedikit pincang Haidar berjalan dari sana dibantu temannya. Kesalahannya memang mengundang malapetaka hingga tidak bisa berjalan dengan benar.

To be continued.