Keesokan harinya Arielle bangun bersama kelinci-kelinci kecilnya. Mereka selalu mengikuti Arielle kemana pun ia pergi, bahkan ketika gadis itu membersihkan diri atau pun berganti pakaian.
Kelima kelinci itu akan senantiasa mengelilingi Arielle hanya untuk sekedar duduk atau menempelkan tubuh mereka pada kaki gadis itu.
Tania tidak terlalu risih oleh hal itu karena memang sedari dulu Arielle selalu dekat dengan hewan-hewan. Entah apa yang membuat Arielle istimewa, tapi Tania selalu mengagumi kemampuan Arielle yang membuat para hewan itu bisa jatuh cinta kepadanya.
"Hei kalian tetaplah di sini. Aku akan kembali siang nanti," ujar Arielle meminta keluarga kelinci itu untuk kembali ke kamarnya. Mereka tak mendengarkan dan terus mengekor pada Arielle.
"Aku tidak bisa membawa kalian. Aku akan menemui Yang Mulia Raja."
Arielle menggendong salah satu kelinci yang mengikutinya dan membawanya kembali masuk ke dalam kamar. Kelinci yang lain ikut mengekor ke arah Arielle berjalan.
"Tetaplah di sini!" pinta Arielle lebih tegas dengan mengacungkan telunjuknya.
Kelinci-kelinci itu tak mendengarkan perintah Arielle. Mereka tetap melompat kecil ke arah Arielle. Tania terkekeh melihatnya.
"Anda bisa membawa mereka menemui raja."
"Tapi aku harus membuatkan sarapan terlebih dahulu untuknya."
Tania yang selesai merapikan ranjang tidur Arielle pun ikut mengusir kelinci-kelinci itu untuk keluar dari kamar.
"Aku bisa membuatkan sarapan untuk Anda dan Yang Mulia Raja."
Arielle masih ragu. Pasalnya sang raja terlihat seperti bukan orang pecinta binatang. Kemarin saja dengan jelas, pria itu menolak Arielle untuk merawat kelinci-kelinci itu meskipun pada akhirnya pria itu menerima.
Setelah memikirkannya matang-matang, Arielle akhirnya menyerah dan akan membawa mereka bersamanya. Ia memutuskan akan minta izin kepada Ronan agar mengizinkannya belajar di kamarnya hanya untuk hari ini. Ia tidak ingin kelinci-kelinci itu justru mengacau di ruang kerja raja.
Arielle berbalik dan pergi meninggalkan kamarnya. Tania terkekeh melihat kelima kelinci satu keluarga itu mengekor di belakang Arielle.
Arielle menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, merasa malu saat sekelompok ksatria keluar dari istana Blackthorn kemudian berhenti untuk memberi hormat kepadanya. Setelah Arielle melewati mereka, serempak semua kepala ikut menoleh melihat lima ekor kelinci yang mengikuti setiap langkah sang putri.
Beberapa pelayan wanita dan pelayan pria juga melakukan hal yang sama. Setelah Arielle berlalu, dalam posisi membungkuk mereka menolehkan wajah mereka, merasa aneh dengan kelinci-kelinci itu yang memasuki istana.
Ksatria yang tengah berjaga juga tak tahu harus berbuat apa. Sudah jelas Yang Mulia Raja tidak akan suka melihat seekor binatang pun memasuki lingkungan istana terutama bangunan Blackthorn. Namun, karena hewan-hewan kecil itu datang bersama sang putri, mereka pun tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkannya.
Arielle mengetuk pintu ruang kerja milik raja. Ia memberanikan diri membuka pintu tersebut.
Ronan yang baru menikmati kopi paginya sudah menanti kedatangan Arielle. Namun tak disangkanya, gadis itu akan datang secepat ini. Arielle juga tak membawa troli sarapan seperti sebelumnya.
"Masuklah. Kenapa kau berdiam diri di balik pintu?" tanya Ronan. Ia merasa aneh akan sikap malu-malu gadis itu.
Seketika ingatannya kembali pada sore kemarin saat ia mencumbu telapak tangan Arielle.
Ahh…. Apakah hal itu yang membuat Arielle ragu mendekatinya? Sudah ia duga, ia melakukannya terlalu berlebihan.
Ronan meletakkan cangkir kopinya dan mendesah panjang menunggu dengan sabar apa yang ingin Arielle sampaikan.
"Yang Mulia, aku minta izin untuk belajar di ruanganku sendiri hari ini."
Ronan mengangkat satu alisnya. Ia mendesah kecewa sekali lagi. Ia melihat surat yang Arielle tulis di mejanya.
"Kenapa?" tanya pria itu sedikit kesal.
"Um… ada beberapa kondisi yang membuatku tak bisa tinggal di ruangan ini. Aku tak ingin membuat Anda tak nyaman, Yang Mulia."
"Apakah karena kejadian kemarin sore maka sekarang kau menghindariku?"
"Huh?"
Kejadian kemarin sore?
Arielle mengingat-ingat apa yang mereka lakukan dan seketika wajahnya merona. Bahkan telinganya juga terasa panas. Arielle pun berdeham untuk menghapus ingatan itu. Jantungnya kembali berdebar lebih cepat.
Ronan bangkit meninggalkan kursinya. Ia meletakkan kedua tangannya pada saku celananya dan berjalan pelan ke arah pintu tempat Arielle bersembunyi.
"Bu-bukan itu, Yang Mulia," jawab Arielle malu.
"Bukan? Lalu apakah ada alasan lain?"
Arielle segera menarik beberapa kelinci dengan kakinya yang kemudian ia sembunyikan dalam rok gaunnya saat Ronan semakin dekat. Ia melakukan hal itu agar tidak ketahuan bahwa ia membawa hewan ke dalam bangunan istana.
Ronan membuka pintu ruangannya lebih lebar dan melihat sekeliling gadis itu, tetapi tak menemukan siapa-siapa. Namun, saat Ronan ingin melangkah mundur, Arielle segera memeluk pria itu dan menarik Ronan ke arahnya agar tidak mundur.Ronan sangat terkejut akan sikap aneh Arielle.
"Ada apa?" tanya sang raja keheranan.
Arielle mendongak dengan wajah cemberut.
"Anda hampir menginjak seekor kelinci," ujar Arielle merasa bersalah.
"Kelinci? Di mana? Di ruanganku?"
Arielle melepaskan pelukannya dan membiarkan pria itu kembali meletakkan salah satu kakinya kembali. Ronan pun melihat ke belakang dan benar saja, ada seekor kelinci berbulu putih bersih tengah duduk dengan damai menatap ke arahnya. Ronan menggeram pelan dan kelinci itu pun masuk semakin dalam ke ruangan kerja pria itu.
Ronan kini beralih menatap Arielle meminta penjelasan namun gadis itu hanya menunduk malu. Ronan semakin tak bisa berkata-kata saat melihat sebuah kepala berwarna putih muncul dari dalam rok gaun milik Arielle. Gadis itu menutup wajahnya yang memerah.
"Me-mereka tidak ingin meninggalkanku sendirian…." gumam Arielle di antara telapak tangannya.
Ah, Ronan paham sekarang.
Pria itu mengangkat tubuh Arielle begitu mudah. Arielle yang terkejut segera menahan tubuhnya dengan memegangi kedua bahu sang raja.
"Y-Yang Mulia?"
Beberapa ekor kelinci pun melompat berserakan ke seluruh penjuru ruangan raja saat pelindung mereka diangkat. Ronan tak kunjung menurunkan Arielle. Pria itu justru membawa Arielle dalam dekapannya. Kedua tangannya dilingkarkan di bawah bokong gadis itu untuk digendongnya.
Ronan berbalik membawa gadis itu masuk setelah menutup pintu ruangan kerjanya. Ia tak memperdulikan kelinci-kelinci itu yang mulai menaiki sofanya. Dengan salah satu kakinya ia mengusir salah satu kelinci itu untuk meninggalkan meja kerjanya.
Ronan pun meletakkan Arielle di atas meja kerjanya. Dan pria itu mengistirahatkan tubuhnya di atas kursi. Ia mendongak sedikit, tersenyum melihat wajah Arielle yang merona.
"Katakan dengan jujur, apa yang membuatmu ingin belajar di ruanganmu sendiri?"
Pria itu mengistirahatkan kedua tangannya di sisi tubuh Arielle dengan santai. Salah satu jemarinnya bermain dengan kain gaun gadis itu menunggu Arielle menjawab.
"Um… kelinci-kelinci itu… tidak ingin meninggalkanku sendirian dan aku tidak ingin mengganggu Yang Mulia dengan tingkah mereka…."
"Kenapa tidak kau tinggalkan di kamar lalu kunci kamarnya?"
"Tidak semudah itu… mereka tak pernah membuat jarak denganku… dan aku tidak tega meninggalkan mereka sendirian."
"Kalau begitu kau tak perlu khawatir. Kau bisa belajar di sini bersama kelinci-kelincimu."