"Papa... kenapa kau tidak menolong kami?"
"Ya, kenapa kau membiarkan kami terbunuh?"
Di sebuah tempat yang sangat gelap, Isaac mendengar bisikan-bisikan dengan suara yang lirih dan seakan-akan sedang menahan rasa sakit.
"Lily? Bianca? Dimana kalian!? Beri aku kesempatan!" Seru Isaac sembari berlari tanpa arah di tempat yang gelap itu berharap menemukan istri dan anak perempuannya.
"Kau hanya memiliki satu kesempatan tapi kau gagal melakukannya, suamiku." Suara itu terdengar semakin keras dan seperti sedang mendekati Isaac.
"Bianca!? Maafkan aku! Aku sudah melakukan segala yang aku bisa tapi aku tidak bisa membalaskan dendam kalian..." Isaac masih berusaha mencari keberadaan mereka sambil melihat kesekeliling.
"Kau sudah gagal menjadi seorang suami sekaligus sebagai seorang ayah! jika aku tidak bertemu denganmu... aku pasti masih hidup dan memiliki keluarga yang lebih bahagia dengan orang lain sekarang!"
Tiba-tiba sebuah bayangan hitam muncul di hadapan Isaac dan mecekik lehernya. Dengan sekuat tenaganya Isaac berusaha melepaskan cekikan itu, tapi sentuhan bayangan itu seakan menyerap seluruh kekuatan Isaac dan membuatnya tidak mampu melawan.
"Ughh-" Kesadaran Isaac mulai memudar dan sekujur tubuhnya mulai lemas.
"Bergabunglah dengan kami dineraka, suamiku."
Cekikan bayangan itu semakin kuat dan mematahkan leher Isaac.
"AAAAAA!" Isaac pun terbangun dari tidurnya, ternyata itu hanyalah mimpi yang berasal dari trauma yang ia miliki.
"Hey! kau baik-baik saja kawan? Kau mengagetkanku!" Ujar seseorang yang duduk disebelah Isaac.
Ternyata, Isaac tertidur saat sedang berjaga di menara pengawas. Ia tertidur karena bosan berjaga semalaman dan tidak memiliki hiburan disana.
"Uh... Jake? Ah, maaf aku tertidur... Jam berapa sekarang?" Isaac sambil membasuh wajahnya dengan air dari botol minumannya.
"02:30 pagi. Kau jarang beristirahat akhir-akhir ini, lanjutkan saja tidurmu dan biarkan aku yang melanjutkan penjagaan malam ini." Ucap Jake yang sedang duduk santai sambil memegang sniper rifle miliknya.
"Tidak usah, aku sudah dapat cukup tidur barusan. Ngomong-ngomong, apa ada tanda-tanda musuh menyerang?" Tanya Isaac sambil menggunakan teropong miliknya melihat ke arah hutan memastikan tidak ada musuh yang menyerang.
"Tidak perlu khawatir! aku akan langsung tahu jika ada yang menyerang!" Jawab Jake santai.
"Sepertinya aku terlalu meragukan sniper terhebat dalam organisasi yang bahkan diberi julukan si Pencabut Nyawa!" Isaac dengan nada bercanda berharap bisa mengencerkan suasana.
"Tentu! Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup kau bisa bertemu legenda sepertiku! Hahahaha!" Jake tertawa sambil melakukan pose aneh.
"Pfft! Ngomong-ngomong, ini mungkin sedikit tiba-tiba, tapi apa kau memiliki keluarga? maksudku... kau masih muda dan sepertinya bergabung ke organisasi anti-pemerintah yang termasuk aksi terorisme bukanlah sebuah cita-cita, bukan?" Isaac bertanya sambil melihat ke arah langit.
"Yah... bisa dibilang aku tidak memiliki siapapun, tapi alasan utama aku bergabung adalah aku ingin membuat negri ini sebagai tempat yang indah untuk keluargaku nanti. Haha! Alasan yang bodoh, aku tahu." Jake sedikit tersenyum.
"Begitu ya? itu sama sekali bukan alasan yang bodoh, kau menatap jauh ke depan seperti biasanya..." Balas Isaac sambil sedikit memukul bahu Jake
"Ah! malam masih panjang dan aku jadi lumayan lelah. Aku akan mengambil kopi dan sebotol beer!" Jake dengan cepat turun dan berlari ke arah bangunan utama yang tak terlalu jauh dari menara pengawas tempat Ia berjaga.
Beberapa menit berlalu, Isaac masih berjaga di menara pengawas melihat sekeliling. Tiba-tiba sebuah suara membisik ke telinganya.
"Pertemuan kita... adalah takdir... kau... akan menjadi secercah cahaya... di dalam kegelapan..." Suara itu terdengar seperti suara wanita yang membisik ke Isaac.
"Hah!? Apa-apaan barusan? apa kau juga mendengarnya?" Tanya Isaac yang kebingungan
Tiba-tiba, sesuatu muncul dari langit dan dengan kecepatan tinggi mendekatinya Isaac berjaga dan tanpa peringatan apapun "KABOOM!" Ternyata itu adalah sebuah missile kendali jarak jauh yang melesat dan menghantam tepat ke bangunan utama dan menghancurkan bangunan itu.
"Holy sh- Jake!" Isaac dengan cepat turun dari menara dan berlari ke arah reruntuhan itu sambil memegang Dragunov marksman rifle miliknya.
Saat Isaac sampai dilokasi ledakan, gedung yang dijadikan markas oleh organisasi anti-pemerintah itu sudah hancuf dan rata dengan tanah. Mayat rekan-rekan Isaac terlihat jelas sudah hancur lebur akibat terkena ledakan termasuk Jake dan hanya beberapa orang yang berhasil selamat. Ternyata serangan masih belum berakhir, para tentara menyerbu markas mereka dengan meledakkan gerbang utama dan menyerang masuk.
"Sial! Ini penyergapan!" Isaac dan teman-temannya langsung berlindung dan terjadilah baku tembak antara para tentara dan organisasi anti-pemerintah yang tak terelakkan.
Setelah 40 menit, akhirnya pasukan organisasi anti-pemerintah kehabisan amunisi dan memutuskan untuk mundur. Belum sempat pergi dari tempat itu, sebuah grenade mendarat teat di hadapan mereka.
"GRENADE!!" Tanpa pikir panjang, Isaac melompat ke arah grenade itu dan memeluknya berharap meminimalisir ledakan. Isaac hanya bisa menutup matanya dan menunggu ajalnya tiba. Tapi setelah beberapa detik grenade itu tak kunjung meledak, Isaac pun membuka matanya dan melihat semua orang tidak bergerak seakan-akan waktu seperti terhenti.
"Apa...? apa yang terjadi?" Isaac merasa sangat kebingungan dan saat melihat sekelilingnya, tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian putih muncul di hadapannya
"Isaac Drechsler... aku memiliki sebuah permintaan untukmu. Selamatkanlah duniaku dari kepunahan dan kehancuran." Ucap wanita itu sambil memegang kedua pipi Isaac dengan tubuh yang melayang di udara.
***