Chereads / Second Wedding / Chapter 17 - Di Restoran

Chapter 17 - Di Restoran

Dirga menyesali perbuatannya kepada Aisyah, tidak seharusnya dia meninggikan suara kepada istrinya. Dirga hanya sedikit panik, tidak menyangka kalau Aisyah akan mengambil bingkai tersebut, lelaki itu hanya tidak mau Aisyah cemburu karena melihat bagaimana mesranya dia dengan Amel.

Di foto itu, nampak Amel dan Dirga yang saling berhadapan, dengan Dirga yang mencium kening Amel. Foto tersebut di ambil tiga tahun lalu, ketika mereka masih sangat romantis. Berbey dengan sekari, jangankan berfoto, saling berpegangan tangan saja, mereka sudah sangat jarang, kecuali jika di depan orang banyak, untuk pencitraan.

"Bro, ini brosur yang kamu minta." Furqan tiba-tiba saja masuk ke ruangan Dirga tanpa mengetuk pintu.

"Oh, sini," ucar Dirga.

"Istri kamu mana? Aku kangen, mau ngerjain dia," tanya Furqan.

Dirga menarik napas. "Dia ngambek," jawab Dirga.

"Loh, kok bisa? Kamu memang payah, yang di rumah marah-marah, yang kedua malah ngambek, sepertinya kamu perlu di ruqyah." Dirga melempar Furqan dengan pulpen yang berada di atas mejanya.

"Dia tidak sengaja melihat foto aku dan Amel," ucap Dirga. Furqan mengkerut kan alis, dia senang akhirnya sahabatnya itu bisa curhat juga.

"Wah, keras banget pengaruh Aisyah, kamu Si Mr. Cool, akhirnya bisa curhat juga," ucap Furqan, lelaki itu tersenyum mengejek.

Dirga mendengus kesal, kepalanya pusing, rasanya mau pecah. "Ternyata punya dua istri itu tidak enak," gerutunya.

"Hahahaha." Furqan tergelak, dia suka sekali melihat sahabatnya pusing.

"Heh, makanya namanya poligami nggak gampang," ejek Furqan.

"Kamu yah, bukannya kamu yang ngasih aku jalan supaya poligami?" tanya Dirga, dia tidak ikhlas kalau dirinya sendiri yang di salahkan, Furqan harus ikut bertanggungjawab.

"Enak saja, kamu yang enak-enak, aku yang kamu salahkan, ogah!" ucap Furqan. Lelaki berdiri dari duduknya, lalu melangkah meninggalkan Dirga yang masih memikirkan bagaimana cara meminta maaf kepada Aisyah.

*****

Dirga mengendarai mobilnya pulang, sejak di kantor dia tak konsentrasi, pikirannya terus melayang kepada Aisyah, apalagi gadis itu sama sekali tak membalas pesan ataupun mengangkat telponnya. Terpaksa dia harus memendam perasaan bersalah ini lebih lama, karena Dirga sudah janji untuk makan malam bersama Amel.

Sesampainya di rumah, lelaki itu segera mandi dan berganti pakaian, Amel belum pulang. Namun, dia sudah mengirim pesan, sebentar lagi sampai.

Benar saja setelah Dirga selesai shalat Maghrib, istrinya datang, Amel segera membersihkan diri, lalu berdandan, jam tujuh malam, mereka sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke restoran, tempat Dirga telah reservasi.

Awalnya Amel sama sekali tidak antusias dengan makan malam yang di tawarkan oleh Dirga, dirinya pikir, makan malam yang di maksud oleh lelaki itu hanya makan seperti biasa. Nyatanya, matanya di buat takjub, ketika mobil memasuki sebuah restoran mewah, dia beberapa kali melirik Dirga, takutnya lelaki itu salah tempat.

Amel baru percaya, ketika mobil sudah terparkir, lalu Dirga membukakan pintu untuknya, lelaki itu juga menggandeng tangan Amel.

Walaupun Amel masih kesal oleh Dirga, tapi karena mendapat perhatian seistimewa ini, tentunya dia sangat senang. Mereka di sambut oleh pelayan dengan ramah.

"Boleh kami bantu, Pak?" tanya pelayan yang menyapa mereka di pintu masuk.

"Boleh tunjukkan kepada kami, meja yang telah di reservasi atas nama Dirgantara?" tanya Dirga.

"Oh, Pak Dirgantara. Mari, saya antar ke meja Bapak," ucap pelayan itu sopan, setelah melihat daftar nama yang telah reservasi lebih dulu.

Mereka di bawa masuk ke bagian dalam gedung, terlihat restoran sangat ramai, bahkan bisa di bilang, tak ada meja yang benar-benar kosong.

Dirga dan Amel di bawa ke belakang, ternyata Dirga memilih tempat outdoor, sehingga mereka sudah berada di sebuah taman yang indah, penuh lampu warna-warni, ada pula lilin dan air mancur.

Amel meremas bahu Dirga, wanita itu tak menyangka kalau suaminya bisa kembali romantis, mengingat sudah lama sekali, mereka tak makan malam seperti ini.

"Silahkan duduk, sebentar lagi kami akan membawakan sajian selamat datang, mohon, Bapak dan Ibu mencatat pesanan di sini." Pelayan menyodorkan sebuah kertas dan buku menu.

Dirga mengambil kertas dan pulpen, lalu menulis semua pesanannya dan Amel.

Setelah selesai, dia menyerahkan kertas tersebut kepada pelayan, lalu pelayan mengulang menyebutkan pesanan Dirga. Lelaki itu mengangguk, setelah pelayan selesai membacakan pesanannya.

"Silahkan di nikmati, kami akan segera menyiapkan pesanan Bapak dan Ibu," ucap pelayan tersebut.

"Terimakasih," ucap pasangan tersebut bersamaan.

"Aku ke kamar kecil dulu," pamit Dirga, Amel mengangguk. Dia mengambil hape dan mulai mengabadikan moment tersebut di media sosialnya.

Diam-diam, Dirga menemui pelayan yang mengantarkan mereka tadi ke meja yang telah dia pesan. Dirga meminta bantuan pelayan tersebut untuk menyimpan kalung yang telah dia persiapan sebelumnya untuk Amel. Pelayan tersebut dengan senang hati menyanggupi keinginan Dirga.

Lelaki itu menyerahkan kalung dan beberapa lembar uang merah untuk tip, pelayan itu bahkan memberi Dirga masukan, jika lelaki itu ingin request lagu.

"Wah boleh juga," pikir Dirga.

Akhirnya Dirga meminta agar pelayan memilih kan lagu yang romantis, karena dia sama sekali tidak update soal lagu-lagu yang sedang trend.

Dengan wajah cerah, Dirga kembali ke tempat duduknya. "Maaf, tadi antri," ucap Dirga.

Amel mengangguk, kali ini dia merasa kalau suaminya sama sekali tak membosankan.

Keduanya mencicipi desert gratis dari restoran, sebagai ucapan selamat datang. Dirga beberapa kali menyuapi Amel, wanita itu tentunya senang dan tidak menolak.

Begitupun dengan Dirga, senyum lelaki itu tak pernah menghiasi bibirnya.

"Mas, aku masih ingat, waktu kita pulang hujan-hujanan, dari nonton bioskop, yang kita ketahuan sama Papa ku, lalu kita di minta putus, di situ aku takut banget, aku kira kamu bakal nurutin kemauan Papa." Amel mengenang kenangan bersama Dirga.

"Hehehehe, yang kita kemalaman pulang, karena kehabisan bensin? Itu aku ingat banget, pas Papa kamu minta aku untuk ninggalin kamu, hidupku kayak berakhir. Aku sampai nangis-nangis di depan Papa," timpal Dirga. Lelaki itu tertawa renyah.

"Iya, aku sampai nggak nyangka, kalau ternyata kita bisa bertahan sejauh ini," ucap Amel.

"Iya, asal kamu tau, aku dari dulu sampai sekarang dan selamanya akan terus mencintai kamu," ucap Dirga.

Wajah Amel memerah, dia beranjak dari duduknya dan memeluk Dirga. Lelaki itu menyambut pelukan istrinya dan tiba-tiba saja matanya tertuju pada sosok wanita yang sedang duduk di meja sebelah mereka, wanita itu menatapnya dengan tatapan kekecewaan.

Tubuh Dirga membeku, tatapan mata mereka saling mengunci, lidah Dirga keluh, wajahnya berubah pucat, tatkala melihat bening kristal telah menggenang di kedua pelupuk mata wanita itu.

Dirga mencoba melepas pelukan Amel, namun istrinya itu masih betah menempel di dada bidang Dirga.

Hingga Dirga hanya bisa diam terpaku, melihat wanita yang sedari tadi menatapnya berdiri, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Albi!"