Chapter 5 - bab 5

"(QS. An-Nisa; 135). Membahas perkara adil. Yang di Maksudkan berlaku adil berarti, memutuskan suatu perkara disesuaikan dengan amal perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin atau kaya siapa yang bersalah harus dihukum. Karena Allah SWT yang maha adil membebani hukum kepada hamba-Nya, disesuaikan dengan kemampuannya, dan di dalam menjatuhi atau memutuskan hukuman disesuaikan dengan apa yang pernah diperbuatnya." jelas Aksa dari arah belakang membuat Yellen tersentak, walau ia mendengar semua penjelasannya.

"Iya nih non Yellen. Saya kan harus adil sama siswa-siswi lainnya. Masa ia saya masukin non.Yellen. Peraturannya kalau udah istirahat baru bisa masuk sekolah." keluh satpam.

Yellen langsung mendengus sebal, melirik kesal ke arah Aksa.

***

Brakkk

Dengan marah Yellen menaruh tas di atas meja dengan kasar. Wajahnya masih mengguratkan rasa marah.

Hidungnya bahkan sudah kembang kempis saat ingatannya mengingat kejadian saat ia di hukum guru BP untuk membersihkan toilet.

Lia yang tahu dengan kondisi sahabatnya sedang tidak baik, memilih melanjutkan permainannya. Walau ia bertanya, dikhawatirkan gunung berapi itu akan meletus, dan ia akan terkena laharnya.

Matanya mulai menyipit tajam, saat ia melihat Aksa dengan tenang masuk ke dalam kelas. bahkan Aksa sekilas melihat Yellen. Namun dengan cuek ia tidak memperdulikannya, ia memilih segera duduk di tempatnya.

Tidak lama guru masuk ke dalam kelas. Di tangannya memeluk beberapa buku tebal, lalu menyimpannya di atas meja.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." salam guru melihat seluruh muridnya yang duduk dengan rapih.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." balas semua siswa-siswi serempak.

Guru Gian berbalik, lalu menulis sesuatu di white bor.

"STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT" setelah menulis judul pembelajar. Gian kembali melihat semua siswa-siswi, terutama Aksa yang juga ikut memperhatikannya.

Kejadian tanya jawab kemarin masih membuat Gian penasaran untuk menguji lebih lanjut kecerdasan Aksa.

"Okhe murid-murid sekarang saya akan menjelaskan secara ringkas. apa itu struktur sosial masyarakat."

Gian mulai menjelaskan, beberapa point penting tentang materi yang di pelajari. Semua siswa-siswi dengan cepat menulis, walau ada beberapa orang yang memilih melihat ke pada temannya karena bingung untuk menyimpulkan secara ringkas, apa yang Gian uraikan.

"Sudah. Sekarang bapak akan test kalian satu persatu." kata Gian membuat semua siswa-siswi jadi tegang.

Bahkan yang baris belakang ada yang menunduk di balik punggung teman agar tidak terlihat oleh Gian.

"Jelaskan struktur sosial masyarakat menurut George C. Hombas. Via ayo jawab!" Tunjuk Gian ,pada gadis yang semenjak tadi terlihat tenang.

Via celingak-celinguk melihat semua orang sudah menatapnya penuh harap. Berharap semoga bisa menjawab pertanyaan, Jadi tidak perlu lagi di lempar ke orang lain.

"A-aku tidak tahu pak." tunduk Via menutup wajahnya dengan buku hingga hanya terlihat mata.

"Kalau begitu kamu Dian!" Tunjuk lagi Gian. Membuat Dian tersentak

"Apa jawabannya?" Tanya Dian panik menanyakan ke temanya yang berada di sebelah.

"Aku tidak tahu." bisiknya yang ikut bingung. Karena ia pun tidak keburu menulis semua penjelasan yang di uraikan Gian.

Merasa tidak ada yang bisa menjawabnya, membuat Gian menggeleng kecil.

"Siapa yang bisa ayo jawab." pinta Gian melirik semua siswa-siswi.

"kalau tidak ada yang bisa jawab. Bapa akan membuat ulangan dadakan hari ini?!" ancam Gian membuat siswa-siswi langsung panik.

"Saya bisa menjawabnya pak." unjuk Yellen meninggikan tangan kanan ke atas.

Gian menoleh lalu tersenyum "silahkan jawab."

"Menurut George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari."

Gian mengangguk, membenarkan penjelasan Yellen. Sukses itu membuat semua orang bernafas lega.

"Sekarang coba sebutkan menurut para ahli di Indonesia ?. Siapa yang tahu boleh acungkan tangan, jangan kalah dengan Yellen." kata Gian kembali melihat semua muridnya.

"Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Struktur sosial adalah keseluruhan hubungan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu lembaga-lembaga sosial, kaidah-kaidah sosial atau norma-norma sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial." Jelas Aksa melihat Gian yang langsung tersenyum, karena pancingannya sudah dimakan.

"Ada lagi?"

"Pengertian struktur sosial menurut Abdul Syani yaitu suatu tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok atau dasar."

"selanjutnya adalah Pengertian struktur sosial menurut D. Hendropuspito struktur sosial yaitu suatu skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, agar organisme masyarakat berfungsi sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan tiap-siap bagian untuk jangka waktu yang cukup lama." Jelas nya kemudian langsung terdiam. Karena semua siswa-siswi di kelas, hanya mampu melongo tanpa bisa berkata apa-apa

"Aku membaca di buku tadi." tambah Aksa mengangkat buku membuat semua orang langsung berdecak, berfikir kalau Aksa memang menjawabnya tanpa melihat buku.

Gian terdiam, tidak mudah percaya dengan apa yang di ucapkan Aksa. Saat menjelaskan, mata Aksa terlihat tidak berada dalam satu titik.

Bila memang Aksa membaca buku, maka matanya akan fokus melihat satu titik. terkadang ia akan melirik ke kanan atau ke kiri, itu membuktikan kalau Aksa tidak membaca buku. Walau kepalanya tidak bergerak, tapi matanyalah yang bergerak.

"Pak boleh saya permisi." ijin Aksa berdiri yang di beri anggukan Gian.

Dengan langkah cepat Aksa keluar kelas, jatungnya sudah berdetak cepat. Lagi-lagi ia sudah kebablasan menjawab semua pertanyaan.

melihat tatapan Gian tentu Aksa bisa menyimpulkan ada tatapan menyelidik di setiap tatapannya. Dan itu benar-benar membuat Aksa khawatir.

"Kenapa Lo di luar kelas?" sapa Roy menepuk pundak Aksa

"Gue menjawab semua pertanyaan pak Gian . Kelihatan banget dia curiga sama gue." panik Aksa, kemudian berjalan pergi di ikuti Roy di sisinya.

Bahu Roy terangkat

"Kalau menurut gue itu bukan masalah. Udahlah..biarin semua orang tahu kepintaran elo. Walau Lo menyembunyikannya, pasti akan ketahuan juga." saran Roy enteng, namun malah membuat Aksa bertambah cemas.

Yang selama ini Aksa khawatirkan terjadi juga, semua orang mulai menyadari kelebihannya. Selama ini, Aksa menyembunyikannya dari semua orang.

Alasannya karena ia tidak ingin di manfaatkan, itulah yang menyebabkan Aksa pilih-pilih saat mencari teman.

Apalagi setelah Aksa ikut kedalam Detektif Swasta Indonesia. membuat ia tidak terlalu banyak bergaul dengan semua orang, khawatir akan ada orang yang mengenalinya lebih jauh, dan itu akan menghambat pekerjaanya hingga sulit mendapatkan informasi.

Yah.. Aksa adalah seorang detektif, semenjak dua tahun yang lalu. Saat itu seorang pria tua menawarkan pekerjaan kepada Aksa. karena melihat kemampuan Aksa saat membantu kasus bunuh diri di sekolahhnya.

Cara berpikir yang cepat, dan selalu menalisis dengan tepat apa-apa yang mencurigakan yang masih berkaitan, membuat pria tua itu langsung menawarkan pekerjaan tanpa berpikir ulang.

"Lo pingin permen gak, gue punya satu lagi buat Lo." Roy mengeluarkan sesuatu dari saku, kemudian memberikannya pada Aksa.

Bukanya menerima Aksa malah melihatnya dengan tatapan menyelidik.