Chereads / Pesona Sang Duda / Chapter 16 - 16 Cemburu

Chapter 16 - 16 Cemburu

Sudah seminggu Zelin dan David resmi menjadi sepasang kekasih. Hanya saja pertemuan mereka, meskipun satu tempat pekerjaan sangatlah sulit. Mereka hanya berkomunikasi dengan panggilan telepon juga pesan chat singkat. Begitu terus setiap hari. Wajah David lebih berseri dan bersemangat setiap harinya. Begitupun dengan Zelin, hari-harinya selalu bahagia. 

"Apa ada kabar bahagia?" Suara pelan itu mengejutkan Zelin yang sedang menikmati istirahat siangnya di taman. 

"Pak Robi selalu gitu. Ngagetin." Zelin menggerutu tapi bibirnya tetap tersenyum. 

"Maaf ya. Tapi, belakangan ini ku lihat kamu selalu ceria. Beda dengan sebelum-sebelumnya yang kadang menggerutu tidak jelas. Apa ada sesuatu?  Atau kamu sudah memiliki pacar?" Pak Robi penasaran, dan tidak rela jika Zelin memiliki pacar. Ia ingin jika Zelin dekat dengan putranya, David. 

"Bapak ini kepo. Bapak itu kok selalu perhatian ke saya sih? Padahal karyawan perempuan yang lain kan banyak."

Robi setuju dengan itu, ia pun mengangguk. "Kamu itu baik, yang lain juga baik. Tapi, yang membuat saya nyaman ya kamu, Zel. Jangan salah paham, saya sudah tua untuk urusan hal begituan. Kamu memperlakukan saya seperti orang tua sendiri. Jadi saya merasa sedang bicara dan bercanda dengan anak perempuan saya." 

"Memang Bapak punya anak perempuan berapa?" Zelin penasaran, selama ini yang selalu dibicarakan Pak Robi adalah putranya terus. 

"Saya punya anak dua sebenarnya, satu putra dan satu putri. Cuma, putri saya tinggal dengan adik saya di luar negeri. Mungkin seusia denganmu. Tapi, tidak banyak orang yang tahu saya memilikinya. Mereka hanya tahu saya dan mendiang istri saya memiliki satu anak dan itu seorang putra." Ada sorot hangat ketika Robi menceritakan putra-putrinya. 

Zelin mengangguk mengerti, "oh, jadi sekarang putri Bapak masih di luar negeri? Apa sudah nikah?" Tanya lagi.

Pak Robi mengangguk. "Baru saja menikah setahun lalu. Itu yang membuat saya bahagia sekaligus sedih." Robi tertawa hambar.

"Lho, kenapa?" 

"Saya jadi terlihat sangat tua. Putriku sedang hamil muda, tapi ia begitu lemah. Jadi, harus bolak-balik masuk rumah sakit. Saya ingin berkunjung kesana, tapi putriku melarangnya. Itulah sebabnya saya ingin putra saya menikah lagi. Saya sudah terlalu tua dan lelah," jelas Pak Robi dan di kalimat terakhirnya suaranya lebih lembut. 

Kini Zelin mengerti kenapa Pak Robi ingin sekali mendekatinya dengan putranya. Karena Pak Robi kesepian. Ia ingin bersama anak-anak juga cucunya. Mungkin Pak Robi sangat mencintai mendiang istrinya hingga memutuskan tidak menikah lagi. 

~•~•~•~•~

Kevin melihat Zelin yang sedang berjalan sendirian ke arah parkiran. Kebetulan Kevin juga memarkirkan mobilnya di tempat yang dekat dengan motor Zelin. Kevin ingin turun dari mobil dan menghampiri Zelin, namun ketika akan membuka pintu, ia melihat jika David sedang berjalan ke arah Zelin sambil tersenyum. 

"David?" Gumam Kevin. "Ngapain dia-" semua terjawab ketika Kevin melihat David memeluk Zelin. 

Kevin mengurungkan niatnya untuk turun dan tetap memantau dari dalam mobil. Ia juga sedikit merosot supaya tidak ketahuan. Dari tempatnya parkir, ia bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. 

"Kamu kenapa kesini, Mas?" Tanya Zelin yang kaget karena David tiba-tiba datang menghampirinya. 

"Mas?" David tersenyum mendengarnya. 

"Hu-um. Haruskah Om?" Goda Zelin. 

David menarik tubuh Zelin hingga merapat ke tubuhnya. "Mas saja. Aku lebih suka itu, aku bukan om-om yang ramai diperbincangkan karena suka daun muda." David kembali menggoda Zelin sambil mengusap kepala Zelin. 

"Mas, ini masih di hotel. Kalau nanti ada yang lihat bisa gawat. Aku beneran nanti dibilang simpanan bos." Zelin panik karena David yang semakin mendekati tubuhnya ke arah Zelin. 

"Aku tidak peduli, kamu memang simpanan aku saat ini. Tapi, jika kamu sudah siap, dan kondisi hotel sudah jauh membaik, ku pastikan, kamu bukan lagi simpanan ku. Melainkan kekasih hatiku. Aku kangen terus sama kamu, Zelin. Pelet apa yang kamu gunakan untuk menjerat hatiku?"

Zelin tertawa dan seperti ada letupan kembang api di dalam dadanya. Ia bahagia sekali, meskipun mereka masih sembunyi-sembunyi. "Itu namanya kualat, Mas.  Karena saat pertemuan pertama kita, kamu kurang ajar sama aku." Zelin membicarakan saat David yang tiba-tiba menciumnya dan Zelin menamparnya. 

David juga teringat hari itu dan ikut tertawa, "tamparan itu yang membuatku tidak bisa tidur." David mengusap pipi Zelin yang merona. "Itu pertama kali dalam hidup aku ditampar wanita. Dan hal itu pula yang membuat aku tidak bisa tidur sepanjang malam." 

Zelin tersenyum sendu, ingin rasanya Ia memeluk David. Tapi, belum ada keberanian, ia takut dibilang agresif atau kegatelan. Apalagi ini masih kawasan tempat kerja. Jika ada yang melihat, akan semakin salah paham. 

"Pulang bersamaku," ajak David. 

"Motornya?"

"Biar Jo yang urus. Kamu naik bersamaku di mobil. Kita kencan dulu, gimana?" Bisik David di kalimat terakhirnya. 

Zelin berpikir sejenak. Sebenarnya ia ingin pergi pulang bersama David. Tapi, lagi dan lagi ia takut asumsi orang lain. "Jangan begitu, nanti malam saja kamu datang jemput aku ya. Sekarang kita pulang masing-masing. Kalau motor diurus sama Jo, pikiran karyawan lainnya makin liar."

David menarik nafas panjang. Ia sedikit kecewa karena Zelin selalu memikirkan penilaian orang lain. Namun, semua yang diucapkan Zelin benar adanya. Saat ini yang karyawan tahu adalah David pria yang beristri. Jika ia masih menurut dengan egonya, yang menjadi korban adalah Zelin. 

"Ya sudah, aku akan mengikutimu dari belakang. Biar Jo aku suruh pulang saja. Kita masing-masing kan? Kamu dengan motormu, aku dengan mobilku. Ayo!" David mencoba menyemangati dirinya sendiri dan juga Zelin. Hubungan mereka masih sangatlah rentan dan begitu muda. Belum ada sebulan, baru seminggu. Jadi, David harus bersabar untuk semua kemungkinan yang ada. 

Zelin mengangguk dan mulai memakai helm. Sedangkan David masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesinnya. Zelin berkendara lebih dulu, dan tidak lama kemudian David mengikuti dari belakang mengemudi dengan pelan. 

Kevin yang menguping sejak tadi nampak cemburu. Ia mendengus kasar dan menarik dasinya melonggar. Karena ia merasa sesak dan panas. 

"Jadi mereka berpacaran? Zelin dengan David? Brengsek! Aku tidak akan biarin Zelin masuk perangkap David. Aku pastikan Zelin akan kembali kepadaku. Lihat saja nanti." Kevin menyalakan mesin mobilnya dan mulai melaju. 

"Semudah itu Zelin melupakanku? Padahal aku hanya berselingkuh sekali. Tapi dia malah justru minta cerai. Apa jangan-jangan Zelin dan David sebelumnya ada main belakang dengan David? Lalu Friska? Apa jangan-jangan David selingkuh dengan Zelin? Menjadikan Zelin simpanannya? Seperti dulu aku menyimpan Sely di belakang Zelin? Hah, kegilaan macam apa ini. Takkan aku biarkan Zelin menjadi wanita simpanan David. Aku akan membuat mereka berdua menjauh." Pertanyaan dan ancaman keluar begitu saja dari mulut Kevin yang sedang terbakar cemburu. Ia tidak ingin Zelin jatuh ke tangan pria lain. 

-----> Bersambung