239 PSD
Laila tidak henti-hentinya mengucap rasa syukurnya karena telah dipertemukan oleh Zelin dan Evan. Meskipun ini adalah keputusan yang sangatlah berat. Tapi, demi melindungi mental anak-anaknya, Laila pun mengalah. Dia pun sebenarnya juga takut dan mengalami trauma yang berat. Daripada dia harus berlarut-larut dalam bayang-bayang rasa traumanya. Lebih baik dia lepaskan dan Kembali menata hidup yang baru bersama ketiga anak-anaknya.
"Ma, kenapa nangis?" Kafka mendekati Laila yang sedang menangis selepas sholat subuh.
Laila menoleh dan menghapus air matanya yang menetes di pipinya. Lantas dia pun memeluk si sulung dengan rasa menyesal yang teramat sangat.
"Bang, Mama sayang banget sama Abang. Jangan tinggalkan mama ya Bang. Kalau seandainya mama dan papa berpisah, bagaimana dengan perasaan Abang sendiri?" Laila menatap lekat mata si sulung.