Johan pulang dalam keadaan lesu. Dia sedih sekali, sedih melihat orang yang dia sayangi begitu hancur. Lebih hancur ketika patah hati.
Selama ini Johan berpikir kalau dia sudah sangat memahami David, tapi ternyata belum sama sekali. Pada kenyataannya dia tidak tahu apa yang selama ini David pendam sendirian sebagai beban.
Johan menunduk dan meneteskan air mata. Di rumah sebesar itu, rumah milik Robi mendiang ayahnya David. Johan dan David dibesarkan bersama. Meskipun mereka tidak sedarah, tapi Robi memperlakukan mereka sama.
Kini Johan sendirian di dalam rumah sebesar itu. Memang ada banyak orang di dalam rumah itu, hanya saja mereka semua pekerja.
Ibunya pun memilih untuk kembali pulang ke daerah puncak. Untuk mengurus kebun dan rumah di sana bersama adik Johan.
"Aku harus bagaimana, Pak?" Johan menangis bicara seolah-olah memang ada Robi di hadapannya.