Lima tahun menjalin cinta memang tidak menjamin sepasang kekasih akan bersama. Begitu juga bagi mereka yang tidak saling mencintai, justru merekalah yang bersatu. Terkadang takdir selalu membuatmu bingung dengan siapa jodohmu sebenarnya.
Dia yang kita pikir sebagai jodoh di masa depan, ternyata bisa berubah dalam sejekap mata. Habib sangat percaya jika jodoh sudah di atur di tangan Allah, tapi bagaimana dia bisa menemukan belahan jiwanya lagi setelah dia kehilangan orang yang benar-benar dia anggap sebagai jodoh?
Pamannya selalu saja menjodoh-jodohkan Habib dengan Aida, anak gadis paman Ruli yang selalu datang ke toko roti setiap akhir pekan. Kalau kata anak jaman sekarang, mereka ibarat dua orang yang di ceng-cengi.
Hingga suatu hari, pamannya menyampaikan pesan yang begitu mengejutkan.
"Apa? Di jodohkan? Apa Paman tidak salah bicara?" tanya Habib lalu berdiri dari duduknya dengan perasaan terkejut dan sedikit kesal.
"Ada apa? Memangnya kamu tidak mau menikah dengan Aida? Dia itu gadis yang baik, dia juga taat agama. Dia lebih baik dari pada Nadia."
"Tapi aku tidak mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai. Lagi pula, belum tentu juga Aida mau menikah denganku 'kan?"
"Justru ini permintaan kedua orang tuanya Aida, Bib. Bibi Zainab sakit, dia ingin putrinya menikah sebelum dia meninggal. Paman Ruli hanya ingin menuruti permintaan terakhir istrinya," sahut bibi Hana pula.
Zainab adalah istrinya paman Ruli, yang tak lain adalah ibunya Aida. Beberapa minggu terakhir, terdengar kabar bahwa wanita itu masuk rumah sakit karena sakit yang di deritanya. Sebenarnya bukan sakit berat, tapi karena dia sudah terlalu tua dan punya riwayat penyakit gagal jantung, jadi dia sering sakit-sakitan.
Kasim sudah terlanjur janji pada Ruli sahabatnya untuk membicarakan masalah perjodohan ini pada Habib, dan hari ini lelaki itu di buat terkejut. Hana menarik tangan keponakannya untuk kembali duduk di sebelahnya.
"Pikirkan baik-baik, pernikahan bukan akhir dunia. Lagi pula mau sampai kapan kamu terus-terusan mengingat Nadia? Sejak dia menikah, kamu bahkan tidak pernah fokus melakukan pekerjaan. Paman dan Bibi hanya berharap kamu bisa melupakan Nadia secara perlahan setelah menikah dengan Aida," kata Hana.
Habib tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Setuju atau tidak, dia belum memberikan jawabannya sampai dia bertemu sendiri dengan Aida di rumah sakit saat berkunjung. Paman dan bibinya mengajak Habib bertemu langsung dengan ibunya Aida yang sedang di rawat.
Keadaannya memang tidak serius, tapi dia kelihatan cukup lemah. Bahkan Aida tidak pernah pergi dari sisi wanita itu, dia terus menemani Zainab. Dari sini Habib bisa tahu betapa cintanya Aida pada sang ibu.
"Kamu lihat sendiri bagaimana keadaannya tadi 'kan? Apa kamu masih menolak untuk di jodohkan? Kasihan Aida, kasihan juga ibunya, mereka sudah berhutang banyak pada keluarga kita, lho!" kata Kasim selama perjalanan pulang.
Semua perkataan itu membuat Habib terus kepikiran. Dia sempat mengobrol bersama Aida saat ada kesempatan, kebetulan Aida keluar ruangan untuk mengambil makan siang ibunya dan Habib menyusul perempuan itu untuk bicara.
"Aku tidak punya pilihan lain, jika memang itu keinginan orang tuaku, maka aku bersedia. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Jika aku tak cukup baik bagimu, lebih baik jangan menikah denganku. Aku tidak mau kamu menyesal di kemudian hari." Begitulah tanggapan Aida saat di tanya oleh Habib.
Semakin bimbang dengan keputusan yang harus dia ambil, tapi Habib juga sadar bahwa selama ini dia menumpang hidup pada paman dan bibinya sejak kedua orang tuanya tiada. Akan sangat kurang ajar rasanya kalau sampai Habib membangkang keinginan mereka.
Dia juga butuh orang yang bisa membantunya melupakan Nadia, mungkin menikah dengan Aida adalah jalan terbaik untuk melupakan mantan kekasihnya. Tak peduli dengan cinta antara mereka, dia hanya berpikir bagaimana caranya menghilangkan sosok Nadia dari pikiranya.
"Ah, yang benar kamu?! Kamu tidak sedang bercanda 'kan, Bib?" tanya Kasim yang ingin mendengar jawaban Habib sekali lagi.
Di meja makan pagi ini, Habib dengan terang-terangan mengatakan pada Kasim, bahwa dia bersedia menikah dengan Aida. Meski dia tidak begitu mengenal sosok wanita itu, tapi Habib tidak peduli. Dia hanya ingin menuruti perintah paman dan bibinya sebagai bentuk rasa terima kasih atas kasih sayang mereka selama ini.
Lagi pula tidak ada gunanya hidup menyendiri, siapa tahu Habib bisa jauh lebih bahagia setelah menikah dengan Aida. Toh dia juga seorang wanita mandiri yang sudah bisa menghasilkan uang sendiri, Habib tidak perlu khawatir tentang apapun lagi.
"Mungkin Bibi benar, menikah tidak harus dengan orang yang kita cintai. Karena cinta juga tidak menjamin kebahagiaan," balas Habib seadanya.
Mereka tentu senang dan langsung mengabari keluarga Aida pagi itu juga. Semua orang terdengar begitu bahagia, terutama ibunya Aida yang berangsur sembuh sejak hari itu. Segala keperluan pernikahan langsung di siapkan oleh Ruli sampai ke KUA.
Setengah bulan setelahnya, Habib dan Aida resmi menikah dengan menggelar acara akad di sebuah masjid besar yang ada di kota itu. Di hadiri banyak orang, teman kantor Aida, bahkan sampai rekan kerja Ruli dulu.
Entah apa yang Habib rasaan ketika dia membuka penutup wajah Aida setelah ijab qabul. Antara lega, senang dan bingung. Aida yang tidak biasanya di poles make up tebal, seketika berubah menjadi barbie.
'Ya, Allah. Benarkah dia istriku?' bingung Habib membatin.
"Hei, kenapa diam saja? Ulurkan tanganmu, Aida mau menciumnya," kata Hana menepuk pundak Habib. Membuat lelaki itu langsung terperanjat dan tersadar.
Apa yang terjadi padanya? Dia seketika terkesima melihat kecantikan Aida di hari pernikahan mereka. Terutama di malam pesta pernikahan. Aida adalah putri pemilik pabrik cengkeh di kota Jambi, tak heran kalau pesta pernikahannya di gelar begitu mewah di sebuah hotel mewah.
Bahkan ada beberapa orang yang mengambil potret mereka di pelaminan dan mengunggahnya di sosial media. Bagi mereka yang bekerja di bidang wedding organizer, tentu saja pemandangan indah seperti itu akan menjadi postingan menarik di kanal sosial media mereka.
Dan foto itu pun sampai di tangan Nadia, dia memegang ponselnya dengan getaran hebat. Habib? Dia menikah?
"Jadi, dia alasanmu meninggalkanku?" tanya Nadia pada sebuah foto yang ditampilkan sebuah akun.
Nadia langsung mengambil kesimpulan dengan opininya sendiri. Habib memang sengaja menjodohkan dirinya dengan Ahmad, karena ternyata Habib sudah memiliki kekasih di Jambi. Benar-benar alibi yang luar biasa.
"Kamu lihat apa?" tanya Ahmad yang datang tiba-tiba di belakangnya.
"Tidak, bukan apa-apa," jawab Nadia yang langsung menyembunyikan ponselnya di meja.
Dinikahkan dengan lelaki lain, sementara kekasihnya meninggalkannya tanpa alasan. Tahu-tahu sudah menikah dengan wanita lain setelah empat bulan, sungguh pengkhianatan yang luar biasa. Nadia hanya tersenyum menyadari nasib malangnya.
"Kudengar Habib sudah menikah, apa kamu tahu itu?" tanya Ahmad.
"Kamu tahu dia menikah dengan siapa?"
"Namanya Aida, dia anak sahabat paman Kasim. Wajar kalau mereka menikah, mereka juga teman masa kecil."
Nadia hanya mengangguk sambil mengumpat kasar.