Chereads / MY AMAZING LIFE / Chapter 4 - Kecelakaan

Chapter 4 - Kecelakaan

Tidak terasa sudah hampir setengah tahun aku masuk Sekolah Menengah Pertama, setiap harinya selalu ada saja hal-hal yang diluar ekspetasiku yang terjadi. Selama hampir 6 bulan ini aku selalu diantar dan dijemput oleh ibuku, aku tau terkadang ibu harus menyempatkan waktunya untuk menjemputku padahal dia sedang ada pekerjaan. Jika ibu tidak datang menjemputku, biasanya aku akan pulang dengan jalan kaki bersama teman-temanku. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumahku hanya sekitar 15 menit jika jalan kaki, itu tidak terlalu jauh ditambah lagi aku jalan kaki bersama teman-teman sehingga tidak akan terasa sama sekali.

Lalu sampai suatu hari saat aku baru sampai dirumah, aku melihat sebuah sepeda motor baru terparkir didepan rumahku. Aku pikir itu adalah motor milik orang yang menumpang parkir didepan rumahku, jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Aku masuk kerumah dan mencari ibu untuk menanyakan sayur apa hari ini karena aku sangat lapar. "Assalamualaikum buu, ibu dimana?" teriakku mencari ibu. "Waalaikumsalam, ibu didapur nak." jawab ibu. Mendengar itu aku segera berlari menuju kedapur, dan melihat ibu sedang memotong seikat bayam. "Ibu, apa menu masakan ibu hari ini?" tanyaku pada ibu. "Ibu buat sambal ikan dengan sop ayam." jawab ibu. "Oke aku makan dulu bu" ucapku pada ibu.

Setelah mengambil sepiring nasi dan juga lauknya, aku duduk disebelah ibu yang sedang memotong sayur itu. Aku mengamati ibu yang memotong bak seperti seorang chef profesional. Saat sedang makan aku teringat dengan motor yang ada didepan, tidak ada siapapun dirumah ini kecuali ibu. Jadi siapa pemilik motor baru itu. "Bu, tadi saat mau masuk aku melihat motor baru didepan. Itu milik siapa bu? Aku tidak melihat ada orang disini." tanyaku pada ibu. "Oh,itu adalah motor milikmu." jawab ibu. Mendengar itu aku langsung kaget hingga tersedak, aku tidak percaya dengan yanh dikatakan oleh ibu. "Motorku? Siapa yang membelikannya bu? dan kenapa membelikannya untukku?" tanyaku yang penasaran kepada ibu. "Itu adalah motormu yang ayah belikan, ibu tidak bisa selalu mengantar dan menjemputmu setiap hari. Terkadang ibu punya urusan yang tiba-tiba jadi tidak bisa menjemputmu. Ayahmu juga kasihan melihatmu selalu jalan setiap hari. Jadi, ibu dan ayah putuskan untuk membelikanmu motor." jelas ibu. "Tapi kan, aku tidak terlalu membutuhkannya bu. Aku juga tidak masalah jika harus berjalan, lagipun aku masih belum terlalu lancar membawa motor bu." ucapku pada ibu. "Nanti juga akan lancar jika sudah terbiasa."ujar ibu.

Sebenarnya aku sangat senang mendapat motor baru karena hampir semua teman-teman disekolahku juga menggunakan motor, tapi aku juga khawatir jika aku tidak bisa mengendarai motor itu dengan baik. Aku terus berlatih mengendarai motor, hingga 3 bulan lamanya. Akhirnya aku benar-benar bisa mengendarai motorku dengan baik, aku juga memutuskan untuk membawa motorku kesekolah. Sebelumnya aku juga meminta ibu untuk membelikanku sebuah helm, karena bagaimanapun aku adalah pengendara dibawah umur dan aku juga harus memperhatikan keselamatanku sendiri.

Keesokan harinya, untuk pertama kalinya aku berangkat menggunakan motorku.Setelah berpamitan pada ibu aku langsung menyalakan motor dan bergegas berangkat kesekolah, aku mengendarai motorku dengan sangat hati-hati dan pelan karena bagiku keselamatanku adalah yang nomor satu. Setelah sampai disekolah aku langsung memarkirkan motorku di parkiran yang memang sudah tersedia disana, aku memarkirkannya dengan sangat hati-hati karena aku takut motorku mengenai motor orang lain. Setelah berhasil memarkirkan motor, aku langsung bergegas masuk ke kelas. Di perjalanan menuju kelas, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku. "Hei Zahra, tunggu aku" teriaknya memanggil ku. Aku menoleh kebelakang dan ternyata dia adalah sofia teman sebangkuku, kami belum begitu dekat tapi kami selalu berusaha untuk menjadi teman yang baik. "Oh hai sofia, tumben nih hari ini kamu tidak terlambat. Biasanya selalu terlambat." ucaoku pada sofia. "hehe, iya nih...Hari ini adik ku tidak sekolah jadi aku tidak terlambat." jawab sofia. Sebenarnya aku penasaran kenapa adiknya selalu menjadi alasannya untuk terlambat, apakah dia tidak bisa berangkat lebih awal dibandingkan dengan adiknya? Entahlah, aku juga tidak memperdulikan itu karena itu bukan sesuatu yang harus menjadi urusanku. Kami berjalan bersama menuju kekelas, saat sampai dikelas kami langsung duduk ke bangku kami dan tidak lama setelah kami duduk bel masuk pun berbunyi. Kami memulai hari dengan diawali belajar seni budaya, dan itu sangat menyenangkan.

Kami mengawali hari dengan semangat hingga tidak terasa sudah waktunya jam pulang, aku menuju keparkiran untuk mengambil motorku. Saat sedang menuju keparkiran Sofia datang lagi kepadaku. "Oh wow, sekarang kamu mengendarai motor kesekolah? Keren banget. Aku juga pengen pake motor tapi gak pernah dibolehin." ucap sofia. "Ya kamu kan punya sopir yang selalu siap mengantar dan menjemputmu, kalo aku kan terkadang ibuku sibuk apalagi ayahku jadinya tidak ada yang bisa antar jemput." jawabku. "Iya juga ya, oke deh kalo gitu aku duluan ya... Bye Zahra." teriaknya padaku sambil berlari. Sofia adalah teman paling aneh yang aku miliki, dia memiliki sifat paling random. Tapi ya, dia sangat baik walaupun orang kaya tapi dia tidak pernah sombong. Itulah yang membuatku mau berteman dengannya.

Setelah sampai diparkiran, aku langsung mengeluarkan motorku. Dan ya, mungkin jika orang melihat bagaimana aku mengeluarkan motorku mungkin orang itu akan tau bahwa ini adalah pertama kalinya aku benar-benar mengendarai motor. Aku menghidupkan motorku dan berjalan perlahan keluar dari sekolah, aku membawa motorku dengan sangat pelan karena situasi saat itu sangat ramai. Semuanya sangat lancar awalnya hingga saat aku sampai disimpang pertigaan jalan, aku melihat seseorang ingin menyebrang. Aku pun langsung mengurangi kecepatanku, melihatku mengurangi kecepatan bukannya langsung menyebrang dia malah menunggulu. Aku yang berpikir mungkin dia belum mau menyebrang pun langsunh menyalipnya, namun saat aku menyalipnya tiba-tiba dia langsung menyebrang dan kecelakaan pun terjadi. Aku sadar jika dia ingin menyebrang saat itu, karena itu aku sedikit menjauh darinya. Tapi aku tidak bisa menghindari tabrakannya karena jika aku terus menghindar maka kami juga akan menumbur penjual gorengan di tempat itu.

Setelah itu, kami berdua sama-sama terjatuh. Untungnya aku tidak apa-apa tetapi orang yang tadi menjadi lawan kecelakaan ku kakinya tergores hingga dia menangis kesakitan. Awalnya aku tidak menyadari siapa yang jatuh bersamaku saat itu karena aku sangat panik. Aku takut dan tidak tau harus berbuat apa. Dan ya, saat aku melihat wajah orang yang mengalami kecelakaan bersamaku aku menjadi semakin takut. Orang yang menjadi lawan kecelakaanku ternyata adalah kakak kelasku yang sangat aku takuti, bukan karena dia galak tapi karena reputasinya yang terkenal sebagai primadona di sekolah ku.