Di siang hari yang panas, di pertambangan perak desa Koyi, para penambang sedang menambang perak seperti biasa. Terdapat seorang pemuda yang terlihat kelelahan dan seperti mengeluhkan sesuatu di hatinya.
"Sial, pekerjaan ini melelahkan sekali, tempatnya juga panas dan dikelilingi oleh orang mempunyai penyakit aneh, padahal aku ini istimewa, karena di desa ini hanya aku saja yang tidak terjangkit penyakit aneh itu, tapi kenapa aku harus mendapatkan pekerjaan yang melelahkan ini. Upahnya juga tidak sepadan dengan pekerjaan yang dilakukan."
Setelah selesai berisirahat, pemuda tadi pun tidak mempunyai pilihan selain melnjutkan pekerjaannya itu, karena dia juga merasa harus terpaksa tetap bekerja demi mendapatkan uang untuk makan.
Ketika pemuda itu sedang menambang perak, tiba tiba matanya tergores serpihan perak yang ia tambang, dia merasa kesakitan karena matanya itu mengeluarkan darah. Sambil kesakitan dia juga kebingungan kenapa baru kali ini serpihan perak sampai membuat matanya berdarah, padahal selama ini, dia sudah sering terkena serpihan dari perak yang ia tambang, namun ia tidak merasakan apa-apa. Ia pun hanya mengikat matanya dengan kain sobekan bajunya, karena dia paham dia juga tidak mempunyai uang untuk mengobati matanya itu.
Kebanyakan orang orang di desa Koyi pun melakukan hal yang sama jika tubuh mereka terluka, mereka hanya akan berusaha mengikat bagian tubuh yang terluka dengan kain atau semacamnya, berharap agar darah yang keluar bisa berhenti. Sehingga penampilan orang orang di desa itu memang mengerikan, mereka banyak menderita penyakit aneh dan terdapat banyak bekas luka di tubuhnya.
Pemuda tadi menjadi penasaran dengan perak yang melukainya, dia pun mencoba menambangnya dan dia mendapatkan bongkahan perak yang berukuran seperti kepala orang dewasa, saat dia mencoba mengambil bongkahan itu, tangannya terluka dan saat itulah dia sadar kalau serpihan perak yang menggores matanya tadi itu merupakan perak yang sangat tajam. Saat itu, ada pekerja tambang yang sedang memikul hasil tambangnya, dan pemuda itu penasaran seberapa tajam perak tadi. Dia pun mendorong bongkahan tadi menggunakan alat tambangnya ke depan pekerja tadi, dan pekerja tadi tersandung bongkahan tersebut dan jatuh. Pemuda itu pun terkejut ketika melihat pergelangan kaki pekerja tadi yang terpotong gara gara tersandung bongkahan perak tadi.
Karena pekerja tadi terus menjerit kesakitan dan si pemuda itu takut jika ia dituduh karena ia yang menjadi penyebab pekerja tadi kehilangan pergelangan kakinya, pemuda itu pun mengayunkan alat yang biasa digunakan untuk menambang ke arah wajah pekerja tadi. Dan darah berceceran dimana-mana, dan si pemuda itu pun memasukkan bongkahan perak tadi ke wadah besi yang digunakan pekerja tadi untuk membawa hasil tambangnya, lalu ia pergi dari area pertambangan itu.