Chereads / Pernikahan Itu Indah / Chapter 29 - Meninggalkan Rumah Istrinya

Chapter 29 - Meninggalkan Rumah Istrinya

"Aku pasti akan menolongmu!" ucap Bernard. Otak licik dan jahatnya mulai berkelana. Apalagi ketika wanita itu mempercayakan dirinya untuk membantu. Bernard akan menjadikan kepercayaan itu sebagai kesempatan bagi dirinya mengelabui Zoya dan juga Fahri sekaligus. Bernard akan menjadi penguasa kaya raya yang memiliki segalanya.

"Sayang, untuk langkah pertama kamu harus bisa menunjukkan kepada suamimu siapa kamu sebenarnya. Kamu harus menjelaskan kepadanya bahwa sesungguhnya yang memiliki harta kekayaan yang ditinggalkan oleh ayahmu adalah kamu bukan dia. Kamu harus mengatakan kepada dirinya bahwa dia hanyalah parasit yang menumpang hidup bersamamu. Kamu harus memperkuat jejak kaki mu sebagai pewaris tunggal dari perusahaan ayahmu. Kamu harus bisa mengambil uang 10 triliun dari perusahaan ayahmu apapun caranya. Apakah kamu mengerti?" rencana Bernard sudah dimulai.

Zoya mendengarkan kata-kata Bernard. Dia pulang dengan membawa semangat kemarahan dan kebencian yang dituangkan oleh Bernard ke dalam pikirannya.

***

Fahri sudah berada di dalam rumah dan juga berada di dalam kamarnya. Pemuda tampan itu tak bisa tenang memikirkan tentang istrinya. Zoya pergi begitu saja tanpa meminta izin dari dirinya. Wanita itu bahkan tak peduli sama sekali dengan keberadaan Fahri sebagai suaminya.

Fahri berjalan ke sana kemari, di satu sisi dia ingin menyusul istrinya tetapi di sisi lain dia benar-benar marah dengan kelakuan wanita itu. Dia duduk di atas ranjang dengan wajah penuh kesal.

"Apakah dia sadar jika dia sudah menikah? Berani sekali dia meninggalkanku seperti ini? Berani sekali dia mengabaikan ku begitu saja? Apakah dia sudah tidak waras? Apa yang ada dalam pikirannya?" Fahri berkata kepada dirinya sendiri.

"Tapi, dia adalah istriku. Aku bertanggung jawab penuh terhadap dirinya. Kesalahan yang dia lakukan juga akan berimbas kepada ku. Aku tak bisa membiarkan dia terus melakukan kesalahan. Aku harus menyusul nya," putus pria itu. Dia pun berdiri, mengambil jaket yang terletak di atas kursi dan mengenakan nya. Tubuhnya yang gagah dan juga ya wajahnya yang tampan membuat penampilannya semakin mempesona. Dia mulai melangkahkan kaki ingin meninggalkan rumah itu menyusul istrinya.

Namun saat dia hendak memulai langkah pertama tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Seorang wanita cantik masuk ke dalam kamar tersebut. Wanita itu adalah Zoya. Penampilannya terlihat penuh dengan emosi. Namun selain emosi ada juga rasa lelah yang tampak menghiasi wanita itu.

"Kamu dari mana saja?" tanya Fahri. Pertanyaan itu memancing amarah Zoya. Wanita tersebut melempar tas yang dia bawa dan menatap suaminya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Apa? Apa kamu punya hak untuk bertanya?" tanya Zoya.

"Apa? Apakah aku tidak salah dengar? Bukankah kamu masih istriku? Apakah seorang suami tidak layak bertanya kepada istrinya?" tanya Fahri mencoba menahan emosi yang ada di dalam hatinya. Pria tampan itu sudah sangat marah melihat tingkah istrinya yang meninggalkan dirinya begitu saja tanpa memikirkan minta izin dari pria itu tetapi saat pulang wanita tersebut semakin memancing amarah dan emosi yang ada di dalam hati Fahri.

Zoya tak terima dengan kata-kata yang diucapkan oleh Fahri. Wanita itu mendekati wajah pria tersebut. Wanita itu mendorong tubuh pria itu dengan perasaan marah dan juga benci.

"Kamu? Kamu suamiku? Atas dasar apa kamu bisa berkata seperti itu. Bukankah tugas suami adalah memberi nafkah kepada istrinya? Lalu apa yang kamu berikan kepadaku? Kamu bahkan hidup dari harta kekayaan aku?" kata-kata itu benar-benar menyakitkan. Hati Fahri hancur karena nya. Dia tidak menyangka jika dirinya begitu rendah di mata istrinya. Dia tak mampu menjawab kata-kata yang baru saja diucapkan oleh wanita itu.

"Kenapa? Kenapa kamu diam? Kemana nyali yang sudah kamu tunjukkan kepadaku. Kemana keberanian yang selama ini ada di hadapanmu?" wanita itu semakin menyerang suaminya saat dia menyadari bahwa dirinya berada di atas kekuasaan pria tersebut.

Fahri hanya tertegun, dia hanya berusaha melakukan yang terbaik ke dalam pernikahan itu. Dia hanya ingin menjadi suami yang baik dan menjalankan amanah yang telah diberikan kepada dirinya. Fahri juga tak menginginkan pernikahan itu. Fahri juga tak pernah meminta menikah dengan wanita seperti Zoya.

"Lalu, apa maumu?" satria itu mulai terdesak ke dia pun bersuara. Suara itu mengagetkan Zoya. Jika Fahri memutuskan untuk bercerai maka dia pun tak akan mendapatkan apa-apa. Zoya mundur beberapa langkah menghindari suaminya.

"Kenapa kamu tak menjawab? Apa maumu? Aku akan penuhi semua kemauanmu?" lanjut pria itu.

"Apakah kamu ingin agar kita berpisah?" tanya Fahri.

"Aku juga tak menginginkan pernikahan ini. Aku juga memiliki impian dalam pernikahanku sendiri. Aku memang miskin, keluargaku adalah keluarga miskin tetapi aku tidak pernah menyesal terlahir sebagai orang miskin. Karena kebahagiaan bukan hanya milik orang kaya saja. Justru kebahagiaan lebih banyak dirasakan oleh orang yang tak punya." Zoya terdiam. Tetapi dia ingat akan kata-kata Bernard yang mengatakan bahwa Fahri tidak akan pernah mau menceraikan dirinya. Mengingat kata-kata itu, wanita tersebut justru kembali menantang Fahri.

"Ok! Ceraikan aku. Tinggalkan rumah ini. Karena rumah ini bukan milikmu!" Zoya menantang pemuda tampan yang berdiri di hadapannya. Fahri hanya bisa menggeleng kepala. Harga dirinya kini sudah diinjak oleh wanita itu.

"Kamu tak boleh membawa apapun dari rumah ini. Karena kamu datang juga tidak membawa apa-apa," lanjut wanita itu. Kata-kata itu sebenarnya tak serius. Dia hanya mencoba menakuti suaminya. Tetapi Fahri adalah pria yang memiliki harga diri. Dia tak mau dan tidak rela jika wanita itu menginjak kehormatannya.

"Baiklah, aku pergi!" hanya itu kata-kata yang diucapkan oleh Fahri. Setelah itu dia pergi meninggalkan istrinya. Membuat wanita itu diam seribu bahasa. Zoya tak percaya jika Fahri benar-benar pergi meninggalkan rumah itu. Hatinya bertanya-tanya, apakah pria tersebut benar-benar tak menginginkan semua harta kekayaan yang dimiliki. Hatinya bertanya-tanya apakah mungkin Fahri hanya bersandiwara saja.

Kepergian Fahri membuat Zoya merasa bingung. Jika mereka berdua benar-benar bercerai maka dia juga tak akan mendapatkan apapun dan semua itu akan membuat Bernard marah kepada dirinya.

Zoya berjalan menuju balkon rumah besar tersebut. Dari atas sana terlihat Fahri sedang berjalan kaki meninggalkan rumah istrinya. Dia tak membawa apapun bahkan dia tak membawa sebuah barang pun selain yang melekat di tubuhnya. Dia bahkan meninggalkan jam tangan dan juga ponsel yang diberikan oleh Florida. Pemuda tampan itu hanya membawa rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Perjalanan pernikahannya ternyata tak bisa bertahan lama. Pria itu tak bisa menepati janjinya kepada sang ibu untuk mempertahankan rumah tangga tersebut. Kali ini kata-kata istrinya sudah melampaui batas dan dia tak mampu lagi menerimanya.