"Eum, aku tidak tahu kamu percaya soal ini atau tidak. Tapi, aku berharap kamu mendengarkannya karena di sana ada petunjuk tertentu yang bisa kamu ketahui, Veo." Poresa mengatakannya dengan suara lirih. Kali ini, Veo mencoba mengiyakan permintaan Poresa. Mereka berdua berjalan ke arah seorang lelaki paruh baya yang duduk di sebuah kursi panjang.
"Aku adalah salah satu perhiasan dunia, tak ada yang namanya kemarahan. Apalagi sebuah keangkuhan." Lelaki tua yang duduk di kursinya seketika bersuara lantang. Sambil membawa sebuah tongkat panjang. Ia mengulurkan tongkat itu ke arah Veo dan Poresa.
"Apa?" tanya Poresa dan Veo. Mereka berdua saling melempar pandangan. Tak lama kemudian, sang kakek bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah keduanya. "Apa yang ingin kalian lakukan di sini, Nak?" tanya lelaki itu dengan suara lirih. Veo dan Poresa saling melempar pandangan. Hendak memberikan isyarat siapa yang akan memberikan jawaban. Akhirnya, Veo mencoba menjawabnya.
