Chereads / Mona "Selamat tinggal diriku yang dulu" / Chapter 3 - CHAPTER 2: Kehidupan

Chapter 3 - CHAPTER 2: Kehidupan

Tak sempat melepas penat di badan, ibunda memberinya sambutan tak terduga....

"MENGAPA KAU PULANG TELAT...?!!!, KAU TAHU KAN, AKU INI SELALU LAPAR SETELAH SEHARIAN BEKERJA...!"

Bentak keras ibu seraya menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"I..., iya bu."

Lekas ia berlari menuju dapur sebelum murka ibunya bertambah, sang ibu menghisap sebatang rokok lalu berdecak lidah, tatapan matanya memandang anaknya sendiri dengan begitu benci.

Diana Amilish, ibu Mona yang sudah hampir kepala empat ini berprofesi sebagai PSK di sebuah rumah bordil yang cukup terkenal di kota ini, ia dan anaknya tinggal di sebuah apartemen kecil yang berada tak jauh dari pusat kota. Dalam kinerja nya terkadang ia juga menerima panggilan dari orang-orang yang minat akan jasa yang ia tawarkan.

Kondisi perawakannya yang masih cantik dan anggun membuat dia tidak sepi peminat, sehingga ia terlalu sibuk dan jarang pulang. Terkadang ia pulang dalam kondisi mabuk dengan tidak atau pun diantar oleh pria tak dikenal, itu membuat anaknya selalu khawatir terhadap kondisi nya.

Ibu Mona sangat jauh dari ciri seorang ibu yang baik, selain tidak memperlakukan anaknya dengan layak, sangat sering ia melampiaskan amarahnya tanpa sebab kepada Mona.

Mulai dari tamparan, pukulan hingga hantaman benda tumpul, semua rasa sakit itu sudah Mona rasakan dari ibu kandungnya sendiri, bahkan derita cacat pada wajahnya disebabkan oleh ibunya sendiri.

******

10 tahun yang lalu, ketika Mona masih duduk di bangku sekolah menengah pertama....

Sejak cilik ia tak pernah tahu siapa ayahnya dan ia tak pernah mendapat perlakuan baik dari ibunya, pada masa ibu nya selalu mengabaikannya tanpa alasan yang jelas, ia lebih memilih untuk fokus pada pekerjaan nya sebagai pegawai di sebuah perusahaan swasta dan pulang larut malam.

Setiap harinya Mona harus memasak sarapan hingga makan malam nya seorang diri, karena ibunda enggan memasak untuknya. Di dapur selalu ada stock makanan instan yang selalu ibunya siapkan.

"Kenapa ibu tidak mempedulikan ku?"

Pertanyaan itulah yang selalu muncul dibenak nya dan sang ibu tidak pernah menjawab.

Kehidupan seperti ini terus berlanjut, hingga ketika Mona menginjak umur 16 tahun, ia mendengar kabar bahwa ibunya akan menikah lagi...

"Ibu, apa benar ibu akan menikah lagi?" tanya Reiya penuh penasaran.

Ibunya hanya berpaling wajah, mengabaikan anaknya.

"Ibu kenapa tidak menjawab?"

Karena ia terus bertanya, ibunya pun merasa kesal lalu menatapnya dengan tatapan marah.

"Bisakah kau diam...?! apa pun yang kulakukan itu bukan urusanmu!" bentak keras ibunya.

Mona kecil terkejut dengan mata berkaca-kaca.

"Tttt... Tapi, aku hanya...."

"Diamlah....! kau harusnya bersyukur aku masih mau memberi mu makan...! jadi sekarang kau hanya perlu diam dan jangan ikut campur, paham...?!"

Mona pun terdiam.

Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan itu terjadi.

Suatu hari calon tunangan ibunya datang berkunjung bersama dengan mertua nya, ketika pertama kali melihat langsung calon tunangan ibunya, disitu Mona merasa tidak nyaman.

Pria yang akan menikahi ibunya itu langsung memandang nya dengan ekspresi menyeringai, seakan ia punya maksud tertentu.

Mona langsung bersembunyi dibelakang kursi lantaran merasa takut, sosok pria yang nampak menakutkan, berperawakan tinggi dengan tato diwajahnya itu lebih memperhatikan Mona dibandingkan ibunya.

Mereka beramah-tamah di ruang tamu, sementara Mona masih bersembunyi dibelakang kursi lantaran masih merasa takut.

"Oh iya, apa itu anakmu?" tanya pria itu.

"Iya, aku mengadopsinya," jawab ibu Mona tanpa ragu.

Sungguh ucapan yang menusuk bagi Mona yang sedang mendengarkan percakapan mereka.

"Oh... begitu, bolehkah aku melihatnya?"

"Silahkan saja."

Pria itupun mendekati Mona.

Mona sama sekali tak mau memandangnya, raut wajah yang mencurigakan itu sungguh membuat Mona bertambah takut, apalagi ketika melihat tangannya hendak mengusap kepalanya.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakiti mu, bukankah sebentar lagi kita akan menjadi keluarga?"

Begitulah ucap manis nya, namun raut wajahnya nampak berkata sebaliknya, nampak seperti ular berbisa yang menemukan santapan nya.

"Namaku Roland, siapa namamu?" tanya halus pria itu, tetapi Mona tidak menjawabnya karena masih takut.

Tak berselang lama ibu Mona datang dengan membawa secangkir teh ditangannya.

"Bagaimana kalau kita minum teh dulu, aku sudah menyiapkan nya," ujar Ibu Reiya.

"Kedengarannya bagus, mari kita minum."

Pria itupun menjauh, namun ia masih melirik ke arah Mona.

Ramah-tamah di ruang tamu pun berlanjut, disitu ibu Mona nampak sangat bahagia tanpa tahu apa yang sudah menanti nya.

Beberapa bulan berlalu....

Pertunangan antara mereka berdua pun terjadi, janji suci telah diucapkan dan ciuman antar sepasang suami istri yang sah pun telah dilakukan.

Mereka resmi menikah, ibu Mona mengira ini adalah awal kebahagiaan hidupnya.

Sebulan pertama mereka menikah, masih tidak ada masalah hanya saja Mona masih menjaga jarak dari pria itu.

Suatu hari, sore itu sepulangnya Mona dari sekolah....

"Ibu, aku pulang," ucap Mona sambil melepas kedua sepatu nya.

Tidak ada yang merespon salamnya...

"Ibu? kau dirumah?"

Untuk kedua kalinya tidak ada jawaban.

"Ibu pasti pulang malam," batin Mona.

Mona pun pergi menuju kamarnya seusai melepas sepatu, ia sudah berada tepat didepan pintu kamar lalu membukanya perlahan.

"Selamat datang."

"A... Ayah?!"

Betapa terkejutnya Mona melihat pria yang ia takuti kini berada dalam kamarnya, secara mendadak ayah tiri nya itu menarik paksa dia masuk ke dalam kamar.

"Ayah apa yang— Hummpp!"

Pria itu membungkam paksa mulut Mona.

"Tenanglah, aku hanya ingin menunjukkan betapa sayangnya aku padamu."

Perlahan-lahan pria itu meluncuti seragam sekolah nya, sungguh Mona ingin melawan namun apa daya, dia kalah kuat.

"Hummmp!!!"

Mona meronta-ronta tak karuan.

Tak lama kemudian sudah tak ada lagi sehelai benang pun yang menempel ditubuhnya, ia menangis dan meronta keras meski itu semua percuma.

"Aku sudah menantikan ini sejak lama, aku tidak dapat menahan perasaan ku," ucap halus pria itu.

Mona berusaha menjerit dibalik mulutnya yang terbungkam, jari-jemari mencengkram erat tangan pria biadab itu.

"Meski kau bukan dia, namun aku ingin kau tahu betapa aku mencintaimu seperti aku mencintai nya dulu..."

Tak satupun perkataan pria ini yang dimengerti oleh Mona, ia tidak tahu apa yang dibicarakan nya.

Bersamaan dengan itu, ayah tiri nya melemparnya ke atas tempat tidur sambil menutup bibirnya dengan tangan kanan.

Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk meronta, tubuhnya sudah sepenuhnya tak berdaya, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis sambil melihat tangan ayah tiri nya menjarah sembarangan ke seluruh bagian tubuh nya.

Tubuh Mona mulai gemetaran bahkan mengompol saking takutnya, ia berharap ibunya akan segera datang menolongnya walaupun itu mustahil.

"Ibu....! Tolong....!"

Sayang ia hanya bisa berteriak dalam batinnya.

"Astaga kau mengompol, apakah kau takut? jangan takut, seperti yang kukatakan sebelumnya, akan ku tunjukan betapa sayangnya aku padamu," ucap lirih ayah tiri tepat ditelinga putri nya yang pasrah.

"Hummmp.....!!!!"

Disinilah awal dari hancurnya kehidupan Mona.

Chapter 2-end