Sorenda mengetuk pintu kamar sebanyak tiga kali dan dia membuka pintu yang tidak terkunci sebelum mendapati persetujuan dari dalam.
Brenda berbalik, memasukkan sebuah foto kecil kesakunya sambil menyeka air mata. Betapa terkejutnya dia melihat Sorenda masuk dengan nampan berisi menu sarapan ditangannya.
Dia segera mengejar Sorenda dan menyambut nampan itu. "Nyonya. Kenapa nyonya yang membawa nampan ini? Maaf. Saya berada dikamar. Keman nampan ini harus saya antar nyonya?" Timpalan pertanyaan yang dilontarkan Brenda.
Brenda menunduk dengan nampan yang sudah beralih ketangannya.
"Brenda." Ucap Sorenda menyentuh hangat pundak Brenda.
Brenda mengangkat pandangannya. Mata sembab dan pucat. Seperti itulah keadaan yang terlihat pada Brenda saat ini. Mungkin, kondisi hancur pada fisiknya belum seberapa dengan kehancuran batinnya.
Sorenda menatap lekat dan haru. "Makanlah. Untuk menangis kau juga membutuhkan tenaga." Ucap lembut Sorenda.
