Petak!!
Doddy ternyata sudah menyuruh salah seorang asisten rumah tangga untuk mengambil sebuah cambuk. Menghentakkan cambuk itu ke lantai. Badai tampak geram.
Setelah dulu, alat itu sering Doddy gunakan untuk menghukum Badai dan membuatnya jerah.
Demitri masuk ke ruang tengah setelah mendengar suara kencang dari sana.
"Tuan. Tolong jangan emosi. Jangan lampiaskan kemarahan Tuan dengan cara ini!"
Demitri coba membujuk Doddy. Badai agaknya kali ini harus khawatir. Dia tidak takut bila dipukul. Tapi, resiko tambahan yang harus ditanggung seseorang bila dia sampai terluka. Membuatnya tidak bisa menjadi tenang dan menerima saja hukuman dari ayahnya.
"Dasar! Anak durhaka! Demi gadis macam itu kamu berulang kali mengkhianati ayahmu!?"
Badai terus bersembunyi di balik tubuh Demitri. Dia tak akan biarkan ayahnya melukainya.
"Tuan, tolong berhenti. Tuan Muda pasti sudah menyesali perbuatannya. Jadi tolong pengertian Anda!"