"Nanti. Jika ada yang tanya tentang hubungan kita. Bagaimana aku jelaskan garis besarnya pada mereka, Dai? Aku tak mau dituduh jadi orang ketiga diantara kalian. Dan sejak tadi pagi, kita terus menghindar. Tapi tatapan tajam mata mereka sangat menyakitkan jika kuperhatikan."
Badai menatap kosong ke depan.
"Kalau begitu, kamu acuhkan saja mereka. Tak kamu pedulikan mereka. Dan tutup matamu rapat-rapat saat kamu melewati mereka!"
Anggun menahan dongkol. Ingin rasanya Anggun mencubit wajah kaku Badai. Sungguh tak ada gunanya dia berwajah tampan. Jika kelakuannya masih saja sedingin es.
"Dai!! Ini serius. Jangan bercanda deh!" Anggun coba membujuk.
Badai mendesah.
"Jika begitu, bilang saja kamu dan aku lebih dulu saling suka. Lalu, ayahku yang gila karena keracunan sinetron. Menjodohkan aku dengan gadis pilihannya tanpa bertanya lebih dulu pendapatku! Aku menolak perjodohan itu. Aku juga sebisa mungkin berharap perjodohan itu tak pernah terjadi!"
Anggun menyikut pundak Badai.