"Aku pikir kamu akan menyukainya. Ayahmu pasti memikirkan pilihan ini secara matang. Lalu, bukan hal yang buruk, seandainya kamu mencoba mendekatinya setelah merasa kalian akan cocok!"
Badai sepertinya tak pernah menyerah untuk menahan diri.
"Anggun... apa kamu lupa, aku bisa juga melakukan hal yang bisa kamu sesali jika aku sudah berkehendak dan bersemayan dalam tubuhmu?"
Anggun merasa punggung dan lehernya dingin.
"Badai.. apa yang kamu bicarakan?" Anggun sadar bahwa Badai lebih sinting dari bayangannya.
"Membuat kekacauan di rumahmu. Hingga kamu mungkin diusir. Atau menurunkan image jaim-mu di depan anak-anak sekolah. Kamu ingin aku melakukan yang mana lebih dulu?"
Anggun bergidik, "Yang benar saja! Aku tak pernah jaim di sekolah!"
"Tapi, di depan Ketua Osis, kamu begitu!"
"Awas saja! Kalau kamu sampai macam-macam pada Kak Rangga!"
Badai menemukan titik lemah Anggun.
"Karena itu, bersikaplah kooperatif dan hentikan kejahilanmu!"
Suasana hati Anggun menurun drastis.