Chereads / Sebuah Takdir Tuhan / Chapter 28 - Mood Buruk

Chapter 28 - Mood Buruk

Bella berangkat menuju sekolah nya dengan menggunakan mobilnya, Bella kali ini tidak berangkat dengan Jessy melainkan sendirian.

Bella mengehela nafasnya panjang, "Gue yang gini ajah udah ngedumel, tapi tadi bi Inah yang mendapatkan masalah besar gitu ajah bisa sabar," ujar Bella dalam hati yang masih saja menyamakan dirinya dengan bi Inah.

Bella mengambil ponselnya dan mulai menelpon bundanya, Bella menurunkan gas mobilnya agar kecepatan nya juga berkurang, tidak baik juga jika Bella tengah nelpon tapi terlalu cepat juga.

"Assalamualaikum Bun," ujar Bella yang menyadari bahwa bundanya telah menjawab telpon darinya.

"Waalaikumsalam, ada apa sayang?" Tanya bundanya yang mendengar suara anaknya seperti mencemaskan sesuatu.

Bella menghela nafas nya panjang, setelah itu Bella menceritakan semua apa yang barusan ia dengar dari cerita Bi Inah kepada bundanya.

"Oh jadi itu permasalahannya, yaudah kamu tenang saja, nanti bunda coba bicarakan dengan ayah kamu, nanti coba bunda bujukin ayah kamu agar mau membantu bi Inah," jelas bunda Rossa.

Bella tersenyum. "Makasih banyak ya Bun," jelas Bella yang merasa bahagia mendengar itu jika bundanya mendukung apapun yang Bella inginkan.

"Iya nak, sama-sama, kamu sekarang berangkat sekolah ya? Kok suaranya berisik gitu? Kayak lagi di jalan," tanya bunda Rossa dan di balas Bella senyuman.

"Iya Bun, Bella masih di jalan," balas Bella. Bunda Rossa pun mengaggukan kepalanya.

"Oh yaudah, kamu berangkat saja sana, hati-hati ya di jalan, jangan ngebut," jelas bunda Rossa dan dibalas anggukan kepala oleh Bella.

"Iya Bun, kalo gitu telponnya Bella matiin ya? Assalamualaikum," jelas Bella.

"Waalaikumsalam," setelah mendengar bundanya menjawab salamnya, dan tak lama juga telponnya juga berakhir, Bella meletakan kembali ponselnya kedalam tasnya.

Setelah itu Bella kembali pokus kearah jalanan dan melanjutkan perjalanan yang menuju ke sekolahnya.

Tak membutuhkan waktu lama, Bella pun sampai di sekolah nya, "Buset dah, udah ramai ajah nih sekolah," ujar Bella dalam hati dan Melihat jam tangannya.

"Pantesan ajah udah ramai, bentar lagi upacara di mulai," jelas Bella dalam hati dan cepat-cepat memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.

Bella bergegas langsung masuk kedalam kelasnya, dan ternyata memang benar saja kelasnya juga sudah ramai.

"Eh Bell, lu kok tumben jam segini baru nongol ajah? Petugas upacara udah siap-siap tuh," jelas Vina dan membuat Bella menghela nafasnya kasar.

Dirinya baru saja berlarian tak karuan, dan sekarang bisa-bisanya Vina mengatakan menyuruh Bella untuk menyiapkan upacara?.

"Tapi lu tenang ajah Bell, nggak perlu khawatir, soalnya lu udah di gantiin kok sama Cornel, jadi kita berangkat ke lapangan sama-sama," jelas Manda membuat Bella melongo.

"Ha? Yang benar saja? Tumben banget tuh anak mau gantiin gue jadi petugas upacara?" Tanya Bella yang tak seperti biasanya Cornelia seperti ini.

"Ya nggak tau, mungkin setan yang merasukinya udah keluar kali," jelas Manda dan seketika semuanya pun terkekeh.

"Tapi beneran si Cornel yang gantiin Bella?" Tanya Vina yang tidak tau itu. Manda pun mengaggukan kepalanya, "Iya tadi dia sendiri yang bilang katanya dia mau gantiin lu hari ini ajah," jelas Manda dan berhasil membuat Bella mengehela nafasnya lega.

"Oh syukur deh kalo gitu, bisa Sedikit berkurang beban hidup gue," ujar Bella dengan penuh senangnya, bagaimana tidak senang? Biasanya tidak ada satu orang pun yang mau menggantikan posisi Bella.

Sekali pun ada yang mau menggantikan nya, guru tidak ada yang mau mengijinkannya, dan masih tetap menyuruh Bella yang jadi membaca undang-undang.

Untung Bella anak yang berbakti kepada guru, jika tidak, mungkin tidak seperti ini pengorbanan Bella selama ini.

"Yaudah ayolah kita ke lapangan, bentar lagi udah mau mulai nih," ajak Iva dan mereka pun mengaggukan kepalanya dan mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan sekolah.

*****

Jam istirahat sekolah pun tiba, dimana semua siswa dan siswi menuju ke satu arah, kemana lagi kalo bukan kantin?

Namun berbeda dengan Bella, entah mengapa rasa malas dan mood buruknya Masih menempel di dalam dirinya. Padahal beban pikirannya sudah di bantu sedikit tadi.

Namun sama saja, Bella masih malas untuk melakukan apa-apa. "Bell, ke kantin yuk, gue lapar nih," ajak Manda, Bella dengan mudahnya langsung menggelengkan kepalanya.

"Lah kenapa?" Tanya Manda dan membuat Bella menatap kearah Manda dengan tatapan lesu.

"Gue nggak mood hari ini, lu pergi sendiri ajah lah," jelas Bella dan membuat Manda melotot.

"Lah? Ngapain lu nggak mau ngomong dari tadi sih? Tau gitu kan gue bisa pergi sama Iva dan Vina kan? Nggak perlu nungguin lu," ujar Manda yang tak terima.

Bella membolakan mata nya malas. "Lagian yang nyuruh lu buat nungguin gue siapa?" Tanya Bella, seketika Manda pun terkekeh.

"Nggak ada sih," balas Manda Dengan cengengesan. Manda berdiri dari duduk nya, "Oh iya, gue mau ke kantin, mau titip sesuatu nggak?" Tanya Manda karena siapa tau Bella juga nitip.

"Boleh deh, Ciloknya Neng Afifah ajah," jelas Bella dan memeberikan uang kepada Manda. Manda pun menerima nya.

"Udah itu ajah?" Tanya Manda dan dibalas anggukan kepala oleh Bella. "Iya," balas Bella dan membuat Manda mengaggukan kepalanya.

"Oh iya sekalian gue nyontek tugas rumah yang kemarin itu ya? Tugas gue hilang," pinta Bella dengan menunjukkan mata indah nya.

Manda yang melihat rayuan maut itu pun membolakan matanya. "Yaudah iya, ambil ajah sendiri di dalam tas, gue mau ke kantin dulu," jelas Manda dan berlalu dari sana.

Bella pun langsung mengambil buku dari dalam tasnya Manda, setelah itu mulai menyalin semua tulisan Manda kedalam bukunya.

Di dalam kelas tidak hanya Bella, melainkan banyak juga teman-teman Bella yang baru saja kembali dari kantin, contohnya Bastian dan kawan-kawannya itu.

Bella tak menghiraukannya, sampai akhirnya ada seseorang yang menghampiri mejanya, dan berhasil membuat Bella terkejut.

"Hai Bella cantik, udah lama juga ya kita nggak ketemu," ujar seseorang pria yang berdiri di depan meja Bella. Bella yang mendengar itu pun Langsung mendongakan kepalanya.

"Dito," gumam Bella terkejut melihat nya, bagaimana ini? Apa yang Bella lakukan? Bella tak bisa menghindar lagi saat ini.

Dan Bella juga tidak bisa mengumpat lagi seperti biasanya, di luar kelas dan di depan pintu kelas Bella banyak teman-teman Dito yang menjaga disana.

Sedangkan Bella? Bella hanya sendirian disini, sahabat-sahabat nya yang biasanya melindungi Bella kini jauh dari Bella, dan hanya tersisa teman laki-laki sekelasnya yang kini hanya bisa menonton Bella yang tengah ketakutan.

bingung, panik, semua menjadi satu Bella rasakan. Sekarang ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

Bersambung...