Tara tidak habis pikir dengan semua siklus itu. "Apa kalian bersekongkol membuat gue sakit kepala atau darah tinggi hah?"
Genta menaikkan bahunya. "Enggak tahu. Dia sepertinya terlanjur suka sama Rosa. Gue enggak tahu alasannya kenapa."
Tara menarik nafasnya. Dia ingat, dia pernah melihat anaknya yang nyaman sekali berbicara dengan Rosa meskipun dia orang baru. Jika sudah menyangkut perihal Kania, Tara bisa apa? dia tidak akan banyak protes lagi. dia hanya bisa menarik nafasnya kemudian mempersiapkan dirinya sesabar mungkin.
"udahlah! Kania bilang Rosa hanya butuh pengalaman aja kok! Dari segi pendidikan dia nyambung. Kania optimis Rosa bisa cepat adaptasi."
Tara menggulirkan bola mataya. "Sampai Rosa bisa adaptasi itu gue udah gila duluan menghadapi dia."
***