Kania tersenyum kecil. Dia memeluk lengan pacarnya tersebut. "Kalau enggak ada Abi aku belum tentu baik-baik saja di Sydney, Om. Aku juga belum tentu sadar kalau aku suka sama Om. Aku mungkin udah dibungkus sama banyak pria."
"jangan ngomong gitu!"
"makanya Om terima kasih sama Abi. Abi jaga aku."
Genta menarik nafasnya kemudian menghembuskannya lagi. "Baiklah!"
Kania merebahkan kepalanya dibahu Genta membuat laki-laki itu terkejut dengan sengatan listrik yang dirasakannya. Kania membuat jantungnya terkejut dengan sangat banyak. "Aku dan Abi memang pria dan wanita tapi Abi enggak menarik sama sekali. Percayalah! Dia enggak matang." Kania mengusap tipis pipi kekasihnya.
"Jika maksud kamu matang itu berarti tua, saya mengakuinya. Dibandingkan dengan bocah nakal itu, saya memang tua."
Kania tertawa kecil. "Dia bukan bocah lagi Om. Tapi iya sih masih rese!"
***