Genta tersenyum tipis seberapa keras dia menahannya. Pria itu tidak berkata-kata sampai pada akhirnya dia memeluk Kania. "Sayang, saya tidak bermimpikan?" ujar Genta.
"Aku pikir aku sudah tidak waras."
Genta menggelengkan kepalanya. "Kamu masih waras saya yang gila," ujar Genta memeluk Kania sangat erat untuk mencurahkan perasaannya. Pria itu menatap puteri tunggal Tara itu kemudian mengusap tipis pipi Kania.
"Yuk, mumpung semuanya ada disini. Bagaimana kalau kita mengumumkan juga hubungan kita?" ucap Genta menarik tangan Kania lagi untuk memasuki aula. Tapi Kania menahannya membuat Genta mengerutkan keningnya.
"Kenapa, Ka'?" tanya laki-laki itu pada perempuan yang baru saja menjadi pacarnya itu.
"Om, gimana kalau kita sembunyiin dulu semua orang," desis Kania.
Genta mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanyanya tidak mengerti.
Kania menggigit bibirnya. "Aku belum siap menghadapi semua orang."