Kania tertawa kecil mendengar perkataan Genta. "Luar biasa!" ujarnya sambil memindai semua furniture yang ada disana. dia menyibak jendela dan bersorak girang mendapatkan pemandangan yang diinginkannya. Inilah alasannya kenapa Kania sangat menyayangi ayahnya. Laki-laki itu mengerti dengan selera puterinya.
"Wah, padahal saya berharap kamu kecewa dengan pilihan Tara biar saya bisa membujuk kamu."
Kania tertawa kecil. "Aku mau menikmati ini dulu. See you om!" Kania memutuskan telepon dari Genta secara sepihak.
Kania membuka matanya. Ini hari keduanya dia menikmati udara Australia. Benar-benar tanpa Genta dan Tara. Kania merasa baik-baik saja sampai saat ini. Dia tenang-tenang saja karena perpisahannya dengan Genta yang terakhir termasuk yang damai. Perut Kania terasa lapar. Dia harus makan di luar karena Kania belum mengisi kulkasnya. Dia sangat malas melakukannya kemarin.