Ia menganggukkan kepalanya ragu. Tidak berkomentar banyak membiarkan Abrahamnya melakukan hisapan rokok beberapa kali. "Tadi siang mama kamu bertemu Sia dan mamanya. Mereka ngobrol-ngobrol dan mama kamu suka."
Ia tersenyum mendengar ceritanya Abrahamnya. "Dari dulu siapa sih yang enggak disukai mama dari teman-teman aku." tahu kalau Talita yang keibuan itu mudah akrab dengan banyak orang.
"Maksudnya ibu tertarik menjadikan Sia sebagai menantu."
Kali ini laki-laki itu benar-benar menghentikan acara makannya. Dia menjadi tidak berselera seketika dengan dada yang berkecamuk. "Maksudnya, mama dan ayah ingin aku menikah dengan Sia gitu?" Dia meminum air terlebih dahulu. "mama ada-ada aja deh."
Abraham menggelengkan kepalanya. "Kamu sudah hampir tiga puluh tahun Ezra bahkan Tasya, sepupu kamu sudah menikah dari dua tahun yang lalu. Ayah dan mama mengerti kalau kamu masih muda. Tapi tahun depan kamu kepala tiga. Ada baiknya kamu mulai mempertimbangkan soal pasangan."
"Pa, aku …"