Ezra menganggukkan kepalanya. "Om Tara memang gitu. Dia perhatian sebagai suami. Juga sebagai seorang ayah untuk Kania. Dia banyak mengalami kehilangan dalam hidupnya. Dia mungkin enggak mau kehilangan dengan hal yang lainnya. Sorry, tapi lo pasti tahu lebih banyak tentang Om Tara. Kan isterinya."
Rosa menggelengkan kepalanya. "Enggak! Pak Tara lebih banyak menutup dirinya selama ini. Aku baru tahu kalau dia punya adik dan kehilangan orang tuanya juga. Pak Tara hampir enggak pernah terlihat bersedih. Jadi aku pikir kehidupannya begitu sempurna selama ini. Dia memiliki puteri dan isteri yang sangat mencintainya. Aku juga tidak pernah tahu kalau dia berkonflik dengan mertuanya."
Ezra menganggukkan kepalanya mendengar cerita Rosa. "Gitulah! Hanya dengan mertua yang perempuan. Mertuanya yang laki-laki sudah lama memberikan restu."
Rosa menganggukkan kepalanya. "Segalanya pasti lebih sulit lagi setelah Om Tara menikah denganku."