"Aku baik kok. Tapi aku mau minta maaf sama tante kalau barangnya enggak aku dapatin." Kania menggigit bibirnya merasa bersalah.
"Kania, its okay. Yang penting kamu bisa keluar. Enggak perlu pikirin barang itu. barangnya bisa dicari kamunya kalau sampai terjadi yang buruk, tante enggak bisa memaafkan diri tante seumur hidup tante," desah Lastri.
Kania melihat keluar. Genta menggelengkan kepalanya. Ia memberi isyarat pada mamanya agar tidak menyebutkan keadaan Genta yang sedang terluka. Kania menggigit bibirnya tapi dia mengerti maksud Genta. Menunggu kabar Kania aja dia panik apalagi menunggu kabar dari Genta. Bisa-bisa Lastri jantungan kalau mereka mengatakan yang sebenarnya.
"Ya tadi aku dibantuin Mas Genta." Kania tidak menyebutkan luka Genta sesuai dengan permintaan laki-laki itu. "Aku enggak tahu kalau enggak ada mas Genta gimana jadinya aku!" Kania berbisik lirih diakhir kalimatnya. Matanya masih berkaca-kaca syok mengenang kejadian yang baru saja terjadi.