Kania memejamkan matanya rapat-rapat. "Bukan mama yang menjadi faktor utamanya, Om?" desis Kania.
Genta mengerutkan keningnya mendengar perkataan Kania. pria itu bersiap dengan alibi lain yang jelas saja belum tentu bisa membaca semuanya. "kamu masih tidak bisa memaafkan saya?" tanya Genta. "Beri saya kesempatan untuk membuktikan bahwa …"
"Bukan itu, Om!" Kania menggelengkan kepalanya pada Genta.
"Lalu?" tanya Genta menaikkan alisnya tidak mengerti.
"identitasku," desis Kania.
Genta menggigit bibirnya. Pria itu tercenung selama beberapa saat menatap Genta. "Tapi kamu punya ktp disini sayang. Kamu sudah resmi menjadi …"