Genta menggeliat mendengar ocehan Kania di dekat telinganya. Hanya butuh beberapa detik bagi Genta untuk membuka matanya secara sempurna. "Bagaimana saya bisa ingat kalau kita tidak berhenti semalam?" ujar Genta menguap kecil. "Christ sudah bangun?" tanya Genta.
Kania menganggukkan kepalanya. "Nih, aku siapin jus buat Om. Biar segar lagi."
Genta tersenyum. "saya suka itu."
"Aku tidak suka kemana arah pikiran Om itu, genit!" ujar Kania mencubit rusuk suaminya. Genta hanya bisa tertawa dengan bahagia. "Saya suka kamu perhatikan seperti ini."
Kania mengerutkan hidungnya. "Tentu aja harus diperhatikan. Kalau Om udah pulang akan ada orang lain yang memperhatikan."
"Sayang, jangan mulai …"
"Lho aku bicara fakta. Si ular itu juga memperhatikan jadwal Omkan?" cibir Kania.
"Yeah, tapi itu urusan pekerjaan."
Kania merebahkan kepalanya di paha Genta. "Om, apa nanti saat kita udah pulang kita enggak tinggal sama papa?"
"Saya sih terserah kamu aja, Ka'."