"Keluar negerikan belum tentu untuk party supaya bebas. Sekolah yang penting!" adik Tara nomor satu, Talita, berdecak tipis pada puteri tunggal Tara dan adiknya.
"Tara enggak ikut?" tanya Mama Genta.
Kania melirik Genta sejenak. "Papa enggak ikut, Oma." Nyaris seperti bisikan karena Kania begitu gugup.
"Ya udah! Kita makan sekarang, sebelum semuanya menjadi dingin."
Kania dan Genta berpandangan kemudian menganggukkan kepalanya. Pembicaraan di meja makan masih pembicaraan ringan. Sesekali Kania dan Genta berpandangan menanti momen yang tepat untuk bicara sementara dada mereka sudah gugup sekali. Sampai halnya pada acara cuci mulut. Genta menggenggam tangan Kania membuat perempuan itu ikutan berdebar lebih kencang dari sebelumnya.
"Ma, semuanya, Genta mau ngomong sesuatu yang penting." Pria itu mengeluarkan suara baritonnya dengan wajah yang sangat serius.
"Ngomong apa?" nyonya hirawan merespon malas-malasan.