Risma menarik napas dalam, dihembuskan kembali dengan kasar. Kembali di tatap layar ponsel, foto yang barusan dia terima dari nomor yang tidak dikenal membuat hatinya terasa perih. Kenapa selalu saja begitu, setiap Rido dekat dengan perempuan manapun dan siapapun, Risma selalu merasakan panas yang mebakar dadanya.
" Ris... kenapa bengong" Ogi yang entah dari mana datangnya telah berada di samping Risma.
." Ehm..." Risma hanya berdehem pelan, ogi melirik ke arahnya dan kini keduanya duduk berdampingan di bangku kayu kantin yang tak begitu ramai.
" Rido mana?" tanya Ogi sambil matanya tetap menatap ke arah depan, entah apa yang di pandangi sahabat Risma dan Rido ini. ya, mereka bertiga, Risma, Ogi dan juga Rido, bersahabat sejak SMP. Hal itu pula yang membuat ketiganya memilih SMA yang sama.
Risma bertetangga dengan Ogi, sedangkan Rido anak orang kaya di komplek sebelah kampung Risma dengan Ogi.
" Mana ku tahu"
Hingga jam istirahat usai, Rido tak juga muncul di kantin, Risma dan Ogi segera kembali ke kelas masing masing. Di kelas 11 ini ketiganya berbeda kelas hanya Risma dan Rido yang masih satu kelas, tidak seperti kelas 9 lalu, mereka bertiga satu kelas.
Saat Risma telah duduk di kelas, Rido baru muncul, dia cengengesan ke arah Risma. Risma tahu jika dia bersama perempuan kelas sebelah, anak 11 C yang bernama Hana, dengan kulit putih bersih dan tuturnya yang lembut. Berbeda dengan Risma yang cuek dan lebih tomboy, mungkin karena selama ini banyak bergaul dengan Rido dan Ogi.
" Ris" sapa Rido sambil duduk di samping kanan Risma.
Risma hanya menoleh, tanpa menjawab sapaannya.
" Aku jadian sama Hana" dengan antusias Rido menceritakan saat jam istirahat dirinya tak bersama Risma dengan Ogi di kantin. Risma hanya menjadi pendengar setia ceritanya. Seperti biasa jika dia bercerita tentang perempuan yang tengah dekat dengannya. Bukan hanya kali ini saja, beberapa kali Rido jadian dengan beberapa perempuan, meski tak pernah berlangsung lama Beruntung ceritanya kali ini dihentikan dengan langkah Pak Bustanul yang bersiap memberikan materi tentang moral dan kecintaan pada negara, PPKN.
Apapun yang disampaikan guru tambun ini tak satu kalimatpun yang mampir di otak Risma. Pikiran Risma masih melayang jauh mencoba menerka, siapa pengirim foto Rido yang tengah menggenggam Hana, tujuannya apa mengirimkannya pada Risma. Hinga bel jam terakhir berbunyi, Risma masih tetap tak tersentuh materi yang di sampaikan Pak Bustanul. Dengan malas Risma bangkit dari kursi, diselempangkannya tas di pundak dengan asal.
" Ris... mau langgsung pulang?" Rido berjalan di sampingnya. Risma hanya mengangkat kedua bahu.
" Nongkrong aja di tempat biasa, Ogi udah ku chat juga"
" Iya" jawab Risma pendek pendek.
Risma da Rido berjalan ke arah tempat parkir, dimana biasanya Ogi menunggu mereka berdu.
" Ya udah tunggu bentar di parkiran, aku temui Hana dulu"
Risma tak menghiraukan, terus saja berjalan menuju tempat parkir, dilihatnya Ogi sedang duduk di atas motornya sambil berbincang dengan beberapa temannya.
" Gi, " saat Risma telah berada didepannya, yang lain entah mengapa langsung bubar.
" Mana Rido" tanya Ogi.
" Namuin Hana katanya" kata Risma sambil duduk di samping Ogi.
" Gi, lihat ini" Risma menunjukan ponselnya, dimana terpampang foto Rido yang tengah menggenggam tangan Hana.
" Siapa yang ngirim" Ogi menatap Risma.
" Mana aku tahu" jawab Risma sambil mengangkat kedua bahunya.
" Biarkan aja," jawab Ogi datar. Tapi tidak hatinya, ada rasa sakit melihat foto itu, namun akan disimpannya jauh rasa sakit ini, jangan biarkan kedua sahabatnya tahu.
Rido nampak berjalan kep arah mereka, raut mukanya nampak penuh bahagia.
" Yo kita cabut, Hana nunggu di belokan depan, ga papa kan dia ikut?" ucap Rido. Risma hanya mengangguk, kemudian duduk dibelakang Ogi, yang mengikuti laju motor besar milik Rido.
Hana berdiri di pinggir warung, sesekali kepalanya menoleh ke arah kanan, beberpa siswa yang dikenalnya menyapa basa basi. Dari kejuhan nampak Rido dengan sepeda motornya menuju ke arah dirinya.
" Ayo naek" ajak Rido, ketika sepeda motor itu berhenti tepat di depan Hana. Hana mengangguk, lalu segera duduk di bonceng Rido. Dari balik punggung Ogi, Risma mentatapnya, ada rasa tak menginginkan pemandangan itu adalah sebuah kenyataan. Matanya terasa panas, dia membuang pandanganya ke arah yang lain.
Rido memacu motornya dengan kecepatan sedang, Ogi yang berboncengan dengan Risma mengikuti dari belakangnya. ' Kenapa nggak duluan aja sih' gumam Risma dalam hatinya.
Dihadapan sebuah cafe kecil, Rido berhenti dan memarkirkan motornya, begitu juga Ogi. Lantas mereka berempat masuk kedalam cafe tersebut, dan memilih duduk lesehan di tempat yang paling pojok.
" Oh ya sayang, ini Ogi dan Risma, dia tuh sahabat aku banget sejak SMP. " Rido, mengenalkan Risma dan Ogi pada Hana, padahal mereka satu sekolahan yang nggak mesti di kenalkan.
" Widih maen sayang aja" seloroh Ogi.
" Kaya beda negara aja di kenalin, aku tahu juga dia itu Hana" Risma memaksakan tersenyum. Hana hanya mengangguk pada Risma.
" Ya kan gue kenalin secara, dia itu cewek gue, jadi sekarang kita berempat kalau nongkrong" Rido berdalih, sambil memamerkan senyumnya.
" Ya kalau udah jadian ya selamat bro, gue ama Risma sih asik asik aja. Cuma masa cewek lo di ajak nongkrong disini, kan kasian, sekalian syukuran jadian sekali kali di mall apa" kata Ogi.
" Gampang nanti kapan kapan ketempat yang lo mau bro, sekarang yayang Hana mau tau tempat kita nongkrong" jelas Rido.
" Yayang, lebay lo" kata Risma.
" Iya biasa aja kale ya nggak Han," kata Ogi melirik ke arah Hana.
" Iya, aku juga nggak enak di panggil lebay" kata Hana yang sejak tadi hanya tersenyum.
Kesabaran Risma benar benar di uji, dirinya harus menyaksikan kemesraan Rido pada Hana. Meski ikut tertwa seperti bahagia, namun jauh di kubuk hatinya menyimpan luka yang begitu dalam. Bahkan melebihi luka ketika Rido bersama pacar yang lain sebelum Hana. Kenapa ini terjadi, luka ini begitu menyayat, meski tak berdarah.
Menjelang sore Rido mengajaknya pulang, tentu ini merupakan kabar bahagia buat Risma. Sebenarnya sudah dari tadi Risma mau pulang, dirinya sudah tak sanggup harus menyaksikan Kemesraan sahabatnya itu.
" Cabut yu" ajak Rido.
" Ya udah, yu Ris" Ogi bangkit, dan menoleh ke arah Risma. Risma hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ogi, Rido dan Hana berada di belakangnya.
Risma berada di boncengan Ogi, ingin rasanya dia segera sampai kerumahnya, ingin segera mengadukan keluhkesah dan kegalaun hatinya pada bantal kesayangannya. Meski dirinya juga tak begitu memahami apakah dia cemburu atau hanya sekedar tak rela Rido bersama hana.