Nesya yang masih belum mengetahui siapa lelaki yang kini sedang duduk di kursi CEO pun segera melangkah menghampirinya dengan wajah merah padam menahan emosi gadis itu mengepalkan kedua tangannya seakan menggenggam emosi yang kini sedang merajai hatinya.
"Tuan Jack, kenapa Anda membiarkan saja lelaki ini duduk di kursi CEO perusahaan Raharja group," tegur Nesya pada Jack dengan wajah polosnya.
"Nesya, ini semua tidak seperti apa yang kamu lihat, kemarilah dan berdiri di tengah ruangan ini kemudian dengarkan penuturannya," pinta Jack sembari menarik tangan Nesya kemudian menyuruh Gadis itu untuk berdiri di tengah-tengah ruangan tersebut tepat tidak jauh dari meja dimana Erlanga berada.
"Tuan Jack, aku ingin melaporkan lelaki itu karena sudah berani mencium aku dengan paksa, dia sungguh lelaki yang tidak bermoral yang sudah berani menodai bibir polosku ini," gerutu Nesya yang masih tidak terima dengan apa yang lelaki itu lakukan tadi malam.
"Semua wanita ingin sekali di cium olehku tapi gadis bodoh ini malah mempermasalahkan hal seperti ini," gerutu Erlanga dalam hati sembari mengepalkan kedua tangannya.
Entah Nesya mendapatkan keberanian dari mana hingga ia mengutarakan unek-unek didalam hatinya secara gamblang dan juga lugas. Jack terkejut melihat keberanian gadis disampingnya saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu gadis ini terlihat lemas dan juga seperti orang yang hampir mati akan tetapi lihatlah tingkahnya sekarang sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dilihat oleh Jack tadi.
"Nesya, berhentilah bicara dan dengarkan dia baik-baik," pinta Jack pada Nesya karena tidak ingin gadis remaja ini terkena masalah.
"Jack. Keluar kau dari ruangan ini!" titah Erlanga sembari beranjak berdiri dari posisinya sekarang.
"Tapi ....," ucapan Jack langsung terhenti ketika Erlanga mengangkat satu tangannya di udara pertanda jika lelaki itu tidak ingin dibantah.
Nyali Nesya langsung menciut ketika ia mengetahui di dalam ruangan ini hanya ada dirinya dan juga lelaki yang sudah berani mengambil ciuman pertamanya itu.
"Apa kau tahu siapa aku?" tanya Erlanga pada Nesya dengan langkah kaki terus mendekati gadis yang kini mencoba menjauh darinya.
"Kau adalah lelaki tidak sopan," sahut Nesya sarkas. Nada suara gadis itu terdengar gemetar seakan menunjukkan jika saat ini ia sedang ketakutan. Gadis itu mengajak langkah kakinya untuk mundur ke belakang mencoba menjauhi lelaki itu akan tetapi kini tubuhnya malah terpojok ke dinding ruangan ini sehingga membuatnya tidak bisa berkutik dan ketika ia hendak menjauh lelaki di hadapannya ini langsung menguncinya dengan kedua tangan lelaki itu yang sudah bersandar ke dinding.
Gadis ini benar-benar mau cari mati. "Aku adalah CEO Erlanga Raharja pemilik dari perusahaan ini," ujar Erlanga pada Nesya dengan nada suara yang setengah tertahan di tenggorokannya.
"Semua orang juga bisa mengatakan hal itu lebih lagi sikap kamu bukan mirip seperti CEO tapi lebih mirip seperti preman jalanan yang main nyosor saja," ujar Nesya asal. Nesya memang sedang merasa ketakutan sekarang akan tetapi ia tidak ingin menunjukkan rasa takut itu kepada lelaki di hadapannya.
Erlanga mengarahkan satu tangannya untuk merogoh dompet yang ada di saku celananya kemudian menunjukkan kartu identitas miliknya tepat dihadapan Nesya. Nesya membaca dengan teliti nama yang tertera di kartu identitas tersebut dan ia juga mengamati foto yang tertampil di identitas itu.
"Apakah penglihatan ku sedang bermasalah sekarang," batin Nesya. Kemudian gadis itu mengucek kedua matanya beberapa kali lalu kembali melihat foto yang tertera di kartu identitas tersebut. "Dia benar CEO Erlanga pemilik dari perusahaan Raharja," batin Nesya dengan tubuh yang sudah terkulai lemas di lantai marmer ruangan ini.
"Kamu di pecat!" ujar Erlanga pada Nesya tanpa belas kasih.
Nesya langsung membulatkan penuh kedua manik matanya kemudian ia mengangkat pandangannya menatap ke arah lelaki tersebut sembari berkata.
"CEO Erlanga, maafkan saya-saya sungguh tidak tahu jika Anda adalah pemilik perusahaan ini tapi sebenarnya saja juga tidak sepenuhnya bersalah sebab Anda sendiri yang main nyosor ketika ada di dalam lift," ujar Nesya meminta maaf sekaligus mengatai hal buruk pada Erlanga tanpa sadar.
"Apakah kamu sadar dengan ucapan mu itu barusan." Sembur Erlanga sembari mencengkeram lengan Nesya dengan kasar sampai gadis itu meringis kesakitan.
"Sa-sakit sekali, tolong lepaskan saya," ujar Nesya pada Erlanga dengan wajah memelas.
Erlanga tidak merasa kasihan sedikitpun namun, satu detik kemudian lelaki itu langsung melepaskan tangannya dari lengan Nesya setelah melihat satu tetes cairan bening lolos dari pelupuk mata gadis itu.
"Aku tahu kamu hanya berpura-pura sok polos hanya untuk menarik perhatianku, dan apakah kamu pikir aku akan langsung percaya saat kau mengatakan jika kamu tidak pernah berciuman dengan lelaki lain," tuduh Erlanga pada Nesya dengan tatapan tajam.
"Saya tidak harus membuat Anda percaya tapi saya mohon jangan pecat saya dan sebagai gantinya saya tidak akan pernah muncul dihadapan Anda lagi dan saya juga akan bekerja dengan baik," ujar Nesya.
Gadis itu mulai merasakan kepalanya pusing kembali dan tubuhnya juga kembali mengigil namun, ia tetap mencoba untuk berdiri dengan tegak bahkan demam yang tadi sudah mulai reda kini kembali lagi membuat pandangan gadis itu terlihat kabur.
Erlanga melangkah menuju meja kerjanya kemudian lelaki itu membuka laci dan mengambil cek kosong beserta pulpen dari dalam sana kemudian kembali melangkah mendekati Nesya yang masih berdiri di tengah ruangan ini.
"Kamu tulis berapapun nominal yang kamu inginkan dan setelah itu pergilah dari perusahaan ini," ujar Erlanga dengan tatapan menyepelekan.
"Mungkin aku memang hidup susah, tapi saya tidak mau menerima uang secara cuma-cuma tanpa bekerja." Tolak Nesya dengan lugas, ia memang butuh uang tapi tidak harus mempertaruhkan harga dirinya lebih lagi Papanya tidak akan suka jika mengetahui hal ini
"Apakah gadis ini bodoh, jika wanita lain sudah pasti akan menerima cek ini dengan suka rela, ataukah dia memiliki motif lain hingga menolak cek dariku," batin Erlanga dalam bungkam.
Nesya menggenggam jemarinya sendiri dengan sesekali mengusap cairan bening yang menetes dari keningnya, atmosfir didalam ruangan ini terlihat mencekam karena kebungkaman Erlanga yang tidak kunjung menjawab perkataan Nesya tadi hingga suara dering ponsel Nesya mulai membuyarkan kesunyian diantara mereka.
"Angkat!" titah Erlanga dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Ba-baik," sahut Nesya pada Erlanga tergagap.
Nesya langsung panik ketika melihat naka Keli tertera dilayar tersebut, Nesya mulai melangkah menjauh sembari membawa ponsel ditangannya kemudian ia menggeser tombol berwarna hijau pada benda berbentuk pipih tersebut.
[Ada apa kak?] tanya Nesya.
[Papa akan segera di operasi dan kita membutuhkan biaya sebesar 70 juta] ujar Keli pada Nesya.
[Kak, darimana Nesya akan mendapatkan uang sebanyak itu,] tanya Nesya balik pada Keli.
[Kamu boleh jual diri jika perlu, aku kau mau melihat Papa mati dan jika sampai itu terjadi maka semuanya salah kamu.] Setelah bicara Keli langsung menutup panggilannya secara sepihak.
Nesya terdiam sesaat dengan wajah pucat dan juga bingung, ia tidak tahu harus melakukan apa kali ini dan disaat gadis itu sibuk dengan pemikirannya sendiri tiba-tiba suara Erlanga mulai menendang gendang telinganya dengan kasar.
"Apakah kau akan berdiri disudut ruangan ini sampai besok." Sembur Erlanga.
Nesya mengangkat pandangannya dan berjalan kearah Erlanga. Gadis itu mulai berpikir untuk menerima cek kosong yang tadi dia tolak tidak masalah ia bisa berhutang pada CEO Erlanga nanti ia akan membayarnya dengan memotong setiap gajinya. Kira-kira seperti itulah yang sekarang sedang dipikirkan oleh gadis malang tersebut.
"Kenapa wajah gadis ini berubah sangat sedih sekali dan siapa orang yang menghubunginya tadi," batin Erlanga sembari mengamati wajah Nesya. Sesaat kemudian lelaki itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa karena tidak seharusnya iya penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis kurang ajar di hadapannya ini.
"Apakah kau berubah pikiran?" tanya Erlanga.
Nesya mulai mengangkat pandangannya kemudian menatap Erlanga dengan mata berkabut yang seakan menunjukkan kesedihan mendalam meskipun dengan bibir yang masih bungkam.
"CEO Erlanga, bisakah saya hutang uang 70 juta dan saya akan berjanji membayarnya di setiap bulan dengan memotong uang gaji saja," ujar Nesya pada lelaki angkuh dan juga arogan yang ada dihadapannya saat ini.
"Kau mencoba untuk mengaturku!" bentak Erlanga tidak suka.
Nesya menjatuhkan kedua lututnya di lantai kemudian memohon pada Erlanga sembari berkata, "CEO Erlanga tolong saya, seumur hidup ini saya akan berhutang budi pada Anda, tapi tolong pinjami saya uang 70 juta karena saya sangat membutuhkannya," pinta Nesya dengan cairan bening yang sudah terburai dikedua pipinya.
Erlanga menatap gadis yang kini sedang berlutut sembari mengangkat wajah kearahnya dan sungguh ini membuatnya goyah hingga langsung menuliskan nominal yang diminta oleh gadis itu pada cek yang ada di tangannya.
"Ini ambilah, kau tidak perlu membayarnya anggap saja aku membayar ciuman kamu waktu itu, kau juga bisa bekerja di sini," ujar Erlanga yang memang sangat gengsi untuk meminta maaf.
"Saya tidak akan mengungkit masalah itu lagi, dan saya juga akan tetap membayar uang dengan memotong gaji saya di setiap bulan," ujar Nesya untuk kali kedua.
"Terserah! Cepat keluar dari ruangan ini." Sembur Erlanga yang sudah mulai pusing menghadapi gadis dihadapannya.