Setelah selesai bercengkrama, Divya memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Hal itu juga telah disusun oleh Raymond seorang diri. Divya yang sudah merasa sangat malu pun dengan sengaja menutup pintu ketika pria itu ingin masuk ke dalam sana.
"Sayang, kamu telah membuat dahiku terbentur sangat keras," lontar Raymond yang sudah merasa sangat kesakitan.
Divya pun dengan cepat segera membuka pintu itu "Hm, maafkan aku, Sayang. Kau tidak bermaksud ingin membuat kamu terluka. Aku juga tidka tahu kalau kamu telah mengikutiki," kilahnya.
"Ah, apanya tidak tahu? Jelas-jelas aku mengeluarkan suara ketika berjalan. Kenapa kamu suka sekali berbohong?" lontar Raymond dengan tatapan yang masih terlihat menyedihkan.
Divya kembali menatap ke arah dahi sang kekasihnya. "Eh, apa yang kukatakan ini bukanlah sebuah omong kosong belaka, Mas. Aku sudah sangat mengantuk juga. Kamu masuklah kedalam kamar sebelah!"