Raymond segera menghentikan aktivitasnya saat mendengarkan ucapan Divya. "Sayang, kenapa kamu memerintahkanku untuk menghentikan pergerakan ini?" tanya Raymond merasa sangat buncah.
"Talinya sudah dilengkapi dengan serpihan kaca. Nant tanganmu juga bisa terluka seperti pergelangan tanganku ini," ucap Divya serta melebarkan senyumannya.
Tatapan Ramon mulai beralih ke arah belakang ikatan tangan kekasihnya. Ia juga terlihat sangat resah saat melihat banyak sekali tetesan darah dari belakang sana. "Oh, Tuhan! Darah yang mengalir pada tanganmu sangat banyak, Sayang. Bagaimana Kau bisa berdiam diri saja di sini?" gerutunya dengan sangat histeris.
Divya semakin melebarkan senyumannya. "Aku sudah baik-baik saja. Sudah aku katakan kepadamu bahwa aku dalam keadaan baik. Jangan lakukan kegiatan bodoh sepertiku, Mas. Kamu tidak boleh terluka karena hal ini."
