"Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya masing-masing. Kita tidak perlu ikut campur dengan masalah itu, Luke. Ini mengenai masalah hati dan martabat. Memangnya kamu mau memperburuk keadaan?" gumam Raymond seraya melirik ke arah sepupunya.
"Akan ada peperangan setelah ini. Duh, aku sangat khawatir kepada Ivanka," ucap Luke seraya kembali duduk di kursinya.
"Hm, kamu juga tahu bagaimana tabiat Devan. Namun, kenapa kamu masih diam saja? Kamu juga punya kekasih, seharusnya bisa memposisikan hal itu kepada dirimu sendiri. Aku sudah tahu rencana kalian semua." Raymond kembali meneguk minumannya.
Ucapannya tentu membuat Luke merasa terperangah. Ia sampai tidak bisa menggerakkan tangannya setelah mendengar ucapan tersebut.
"Kenapa tubuhmu menjadi seperti patung begitu? Ada apa?" tanya Raymond merasa penasaran.
"Hm, kamu mengetahui rencana tentang apa?" tanya Luke berhati-hati.