Devan kembali berdiri untuk merilekskan tubuhnya. Ia juga menjadi sangat tegang pada suasana itu. Dengan tatapan yang demas, ia kembali menyembunyikan kertas yang ada di tangannya di belakang tubuh. Divya sudah tidak bisa banyak bertindak. Ia hanya bisa duduk di pinggiran ranjang sembari menatap kecemasan pria itu.
"Mas, ada apa? Apa yang ingin kamu ungkapkan? Katakan saja, Mas," gumam Divya kemudian.
Devan segera memutar tubuhnya dan menatap durja wanita yang ada di atas pinggiran ranjang. "Aku harus bisa! Aku harus bisa mengakhiri sandiwara ini. Aku tidak bisa terus menyakiti Divya. Aku tidak bisa membuatnya terus menangis dan merasa tertekan," pikir Devan merasa semakin gelisah.
Devan kembali berjalan mendekati Divya. Ia pun segera mengeluarkan surat yang sejak tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Raut bergelombang Divya sudah terlihat sangat jelas di mata pengusaha muda sukses itu. Dengan polosnya, wanita itu segera mengambil map berwarna coklat itu.