Luke segera menatap wajah Devan dengan serius. "Aku juga tidak akan melakukan hal itu. Mereka berdua harus saling berjauhan. Dan kamu kalau bisa cepat melakukan rencana terakhir kita. Setelah itu, masalah ini akan cepat berakhir. Aku yang akan menangani kondisi Raymond.
Devan mulai bangkit dan menyentuh bahu Luke dengan hangat. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu untuk membereskan masalah yang lain. Kamu tidak apa-apa aku tinggalkan, 'kan?"
"Aku tidak apa-apa. Kamu juga harus berhati-hati di jalan. Orang-orang Zeline masih terus memantau keberadaan kita dan setiap pergerakkan yang kita lakukan," ucap Luke untuk mengingat Devan kembali.
Di tempat lain, Divya merasa sangat resah. Hal ini tidak pernah terjadi secara mendadak. Ia juga kembali teringat wajah Raymond.
"Sepertinya kepalaku sudah tidak waras. Kenapa aku menjadi memikirkan pria itu lagi? Argh, Divya! Sudah, tidurlah. Sudah waktunya kamu untuk beristirahat."