"Ya udah, iya. Aku gak akan nanyain itu lagi. Tapi kalau ada kabar baru kabari lagi, ya!" serunya yang langsung diacungkan jempol oleh sahabat-sahabatnya.
Dari sana Devi kembali bertanya mengenai penyebab Risa yang sampai bisa dirawat di rumah sakit. Bagi mereka, Risa jarang sekali sakit. Bahkan dirawat seperti ini, yang cuma gara-gara kondisi tubuhnya panas dan lemah.
.. "Hhha. Daniel selingkuh, Dev. Dan malam tadi hampir aja aku diapa-apain sama suruhannya."
"Hah?! Serius?!" syok kelima sahabatnya berbarengan.
Risa pun mengangguk membenarkan, dan ia menceritakan segalanya dari awal.
"Terus sekarang kamu gak benci lagi sama si pria kuno itu?!" tanya Anya saat ia tahu yang menyelamatkannya adalah Altezza.
Sontak Hafshah menoleh ke arah Risa yang belum juga memberikan jawabannya. Ia berharap Risa tidak membenci anaknya lagi, dan ia pun sangat ingin melihat keduanya akur seperti temannya yang lain.
"Apa yang mengharuskan aku jadi tidak membencinya?! Benci tetaplah benci. Dan aku tidak akan memasukkannya ke dalam urutan orang terdekatku." jawab Risa.
Kelima sahabatnya pun menggeleng tak percaya, "Yaelah, Ris. Gengsi ko tinggi amat. Pria itu baik banget, dia udah nyelamatin kamu dari kejahatan Daniel. Coba kalau gak ada dia, eemmm, sekarang kamu lagi nangis tuh di pojok kamar sambil bentur-benturin kepala. Nyesel, baru tau rasa kamu." oceh Anya.
Semuanya sepakat, seharusnya Risa tidak bersikap seperti itu kepada Altezza. Bagaimanapun juga Altezza itu pahlawan yang sangat tak ternilai. Keberaniannya, ketulusannya, kesopanannya, jarang ditemukan di pria yang ada di sekolahnya.
Hafshah tidak kecewa, tapi ia akan buktikan jika sebenarnya Risa masih bisa menerima Altezza di hidupnya meski setitik jarum.
"Aku udah yakin dengan keputusanku ini. Dan aku hanya mau menerima umi dan Adeeva. Meskipun baru kenal, tapi mereka sudah membuatku tenang. Aku merasa memiliki keluarga yang seutuhnya." tatapan Risa diarahkan ke arah Hafshah. Ia tersenyum tipis dan sangat tipis.
Sontak semua teman-temannya menoleh ke belakang. Mereka pun ikut tersenyum meski terpaksa. "Dia itu siapa, Ris?" bisik Devi hati-hati.
Risa semakin tersenyum, "Dia itu Umi Hafshah, yang menjawab panggilan Devi tadi. Sekarang, dia umiku bukan uminya Altezza. Dan aku adalah anak kesayangannya setelah Adeeva." jawab Risa dengan penuh keyakinan.
Kedua mata para sahabatnya membulat sempurna. "Hah, serius kamu?! Kok bisa?" tanya mereka berbarengan. Risa pun menunjukkan wajah kesalnya, "Emang harus ya berbarengan seperti itu?! Kaya padus aja." ocehnya.
Ada yang lebih terkejut daripada sahabat-sahabatnya. Itu adalah Hafshah. Ia tidak menyangka jika sudah Risa menganggapnya sebagai uminya sendiri. Berarti sekarang ia sudah sehati dengan Risa, karena tadi Hafshah ingin mengatakan hal yang sama tapi kalah cepat.
"Eh, kita bener nanya. kenapa bisa gitu?!" Devi memfokuskan matanya pada wajah Risa.
Dengan wajah so imut Risa menjawab, "Gak boleh dikasih tahu, ini RAHASIA. Cuma aku dan Umi yang tahu."
Kelima sahabatnya semakin syok dengan prilaku yang ditunjukkan Risa. Tak biasanya Risa bersikap seperti itu, biasanya untuk senyum saja sangat sulit terlihat.
"Ini benar-benar pertama kalinya aku melihat Risa si jutek jadi Risa di imueeet. Sumpah, aku seneng banget kamu bisa sebahagia ini." ungkap Anya yang masih saja membekap hidungnya yang masih terasa sakit.
Lagi-lagi semuanya sepakat, mereka jadi iri dengan apa yang terjadi pada Risa.
"Masih ada gak ya di dunia ini ibu-ibu yang mau meluangkan waktunya untuk bercengkrama denganku? Minimal dia bisa luangin waktu dua jam per hari aja." racau Anya lagi.
"Gak ada! Urus tuh hidung kamu yang terus dibekap. Mana ada ibu-ibu yang mau ngomong sama anak gak jelas kaya kamu," ledek Devi. Seketika semuanya tertawa dengan apa yang sudah Devi katakan.
Di sana Hafshah jadi merasa senang karena melihat Risa dan sahabat-sahabatnya yang tertawa puas. Ia sangat berharap agar kebahagiaan selalu menyertai mereka tanpa alasan. Dengan itu hatinya akan lebih tenang ketika nanti sudah tak bertemu lagi.
"Eh bentar-bentar. Ko bisa sih? Kamu yang benci Altezza, tapi bisa Deket sama ibunya. Apa jangan-jangan kamu mau miliki Altezza secara diam-diam lewat jalur ibu kandungnya?!" tuduh Devi yang langsung menghentikan tawa teman-temannya.
Uhuuk, uhukk..
Hafshah yang sedang minum air putih langsung tersedak. Beruntung ia tidak menyemburkan air minumnya karena sudah lebih dulu ditelan. Tuduhan Devi membuat Hafshah terkejut, sebagai ibu kandung Altezza ia tidak pernah mengira demikian. Tapi jika suatu saat nanti memang ditakdirkan berjodoh, tentu Hafshah akan sangat menerimanya.
"Apa kamu mau aku lempar pakai ini?! Biar hidungnya berdarah seperti Anya?" Risa mencekal kuat buah pir yang masih tersisa satu di tempatnya. Devi yang diancam seperti itu langsung bergidik ngeri tak mau itu terjadi.
Risa pun kembali menyimpan pir nya ke tempat semula. Tidak mungkin baginya menyukai Altezza karena Altezza sudah dicap sebagai pria kuno yang menyebalkan. Dari namanya saja pria kuno, tentu itu tak sebanding dengan namanya dan gelarnya. Clarissa Azkadina, gadis jutek yang ditakdirkan untuk pria keren seperti Daniel. Namun sayangnya Daniel menghianatinya, jadi ia akan menutup hati sampai nanti ada pria yang bisa meluluhkannya.
"Sayang-sayangnya umi, di dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Jadi kalau memang Risa menyukai anak umi, umi akan langsung nikahkan kalian."
Deg!
"Umi…" rengek Risa saat Hafshah berkata seperti itu.
Berbeda dengan Risa, kelima temannya malah bereaksi senang dan bertepuk tangan. Mereka setuju jika Risa langsung dinikahkan, karena menurut mereka Altezza lah pasangan yang tepat untuk Risa.
Hafshah terkikik geli, "Iya-iya. Maafin umi. Sekarang kalian fokus sekolah saja dulu, jodoh sudah Allah yang ngatur. Umi akan bantu doa," tuturnya.
"Doa apa, mi?!" tanya Devi yang ikut-ikutan manggil umi.
"Doain Risa agar jadi mantunya umi." ledek Hafshah lagi yang membuat teman-teman Risa kembali tertawa puas. Sedangkan yang ditertawakannya menggerutu kesal tak mau itu terjadi.