Ara dikejutkan dengan kedatangan Dikta, pria itu berdiri didepan rumahnya dengan tatapan datar. Tatapan yang selalu didapatnya, senyum Ara langsung mengembang walau gak pernah mendapat balasan.
Dikta langsung masuk kedalam rumah Ara, gadis itu tinggal seorang diri. Ara membenahi penampilannya lalu menyusul Dikta yang udah duduk diruang tamu.
"Mau minum apa mas?"
"Saya gak haus, sekarang duduk. Kita perlu bicara." Tegas Dikta. Dia gak kasi kesempatan Ara untuk istirahat. Gitu tau gadis ini udah pulang, langsung meluncur.
Ara menundukan wajah sambil memilin ujung bajunya, "aku kira mas gak bakalan datang."
"Atau kamu kira Dipta bercanda?" tanya Dikta to the point. Ara menggeleng lemah.
"Bua tapa kamu datang kemari sementara kuliahmu terbengkalai? Kamu mau saya nyari kamu terus menyelesaikan masalah ini dengan kata maaf darimu? Kamu mau bilang kamu khilaf? Saya tidak tidak mencintaimu tapi saya juga tidak membencimu. Tentu sebelum kejadian itu."