Valie menatap sejumlah orang orang yang berkumpul di hadapannya. Di mansion Anderson. Mansion yang biasa di gunakan oleh tiga keluarga besar ini berkumpul. Altherio, Davidson, dan Anderson. Beberapa di sana tampak menatapnya dengan tatapan kagum.
"Astaga itu Valie," seorang gadis dengan rambut merah muda menyala berseru, wajahnya cantik dan manis dengan senyumnya yang menawan, "Hai Valie, aku Naevi. Tapi kau bisa memanggilku Nana," ujarnya ramah.
Valie tersenyum, balas menjabat tangan Naevi tak kalah ramah, "Hai Nana senang bertemu denganmu,"
"Ku pikir akan membutuhkan waktu lama jika kita berkenalan satu persatu jadi ku perkenalkan semuanya saja padamu," seorang lelaki jakung tak jauh dari tempat mereka berdiri berujar, "Aku Sadam, di sini Shei, lalu Rhea, Jervo, Nana, Sia, dan Hendry. Lalu di barisan orang tua, sepertinya kau sudah mengenal mereka, itu papa, mama, daddy, mommy, ayah, dan ibu. Ku harap kau akan senang berada di antara kami, kakak ipar,"
"Valie senang akhirnya bisa melihatmu berada diantara kita semua," Sia menyahut dengan senyum lebar yang terpatri di wajah cantiknya, "Kau tahu kami sudah menanti dalam waktu yang lama untuk kesempatan ini,"
"Hahaha Sia benar. Akhirnya kita bisa berkumpul dengan formasi lengkap," ujar Jervo, "Kecuali Mave. Di mana si menyebalkan itu. Aku tidak melihatnya sejak sore,"
"Bukankah ia tadi bersamamu Sadam?" Shei mendongak untuk menatap kekasihnya. Lelaki itu mengangguk akhirnya, "Dia tadi mengobrol bersama mama dan papa namun entah kemana perginya sekarang,"
"Aku di sini," dari pintu mansion, Mave berjalan dengan santai. Matanya menyorot siapa pun yanh masuk ke dalam pandangannya, "Rhea dimana kekasihmu?"
"Kau mengejekku huh?" Rhea mendengus, "Glenn sedang dalam misi sekarang. Jangan khawatir dia akan datang bersamaku dalam pertemuan selanjutnya,"
"Valie," Helen memanggil, sang empunya segera menoleh, "Tidak aku hanya memastikan kau ada di sini. Ku harap bocah bocah kera seperti kalian tidak mengganggu Valie ku,"
"Heyy apa yang mama maksud bocah kera," Nana berseru tidak terima, "Ah menyebalkan sekali," gadis itu mendengus, "Valie, kita seharusnya mengobrol tentang banyak hal. Hanya untuk gadis dua puluh dua tahun,"
Sia yang mendengar itu lantas memutar bola matanya malas, "Terserah,"
Nana terkikik, membawa Shei, Rhea, dan Valie menjauh dari sana.
"Jadi apa yang kau inginkan huh?" Rhea menatap Nana jengkel, "Valie kau harus benar benar menjaga jarak pada keparat satu ini. Dia adalah impostor yang sesungguhnya,"
"Jangan mengatakan hal yang tidak tidak tentangku pada Valie," seru Naevi tidak terima, "Jangan pernah dengarkan apa yang Rhea bicarakan. Dia dan mulutnya tidak pernah belajar adab dalam berbicara,"
"Menyebalkan sekali," Shei ikut mendengus melhat kedua saudaranya, "Valie, dua monyet gila ini memang seperti itu jika tidak ada dalam pengawasan penjaga mereka,"
"Oh? Glenn dan Jervo?"
"Yup. Kau benar sekali. Maka dari itu kau harus sedikit menjaga jarak dari mereka berdua,"
Rhea menoleh dengan cepat, "Jangan coba coba untuk mempengaruhi Valie. Kalian berdua menyebalkan sekali,"
"Aku tahu akan seperti ini akhirnya," Mave menyahut, membawa Valie ke dalam rangkulannya, "Kalian terlalu liar untuk gadisku,"
"Gadismu huh?" Nana berkacak pinggang menatap Mave garang, "Jervo kakakmu menyebalkan,"
"Aku tahu," balas Jervo seraya berjalan mendekat, "Apakah ini semacam double date?"
"Kita akan mencobanya nanti. Tanpa Rhea, dan Shei. Begitu juga dengan kekasih menyebalkan mereka," omel Nana.
Valie terkekeh mendengar hal itu, "Naevi. Bagaimana dengan Da Zera?"
"Mereka? Aku ingin membubuh mereka saat ini juga rasanya," jawab Naevi cepat, "Kau tahu? Mereka menyiksaku ketika memberikan pelatihan terhadapku. Bukankah menyebalkan sekali,"
"Mereka juga melakukannya padaku," Valie menarik napas panjang, "Theodore selalu mengejarku di manapun aku berada. Bukankah menyebalkan sekali,"
Mendengar hal itu sontak mengundang decakan keras Rhea, "Theodore tidak ada bedanya dengan ayahnya. Dominis terlalu tamak dan tidak akan pernah puas akan sesuatu. Aku membenci mereka karena itu salah satu alasannya. Mereka benar benar aishh aku benar benar akan mematahkan leher Theodore saat aku bertemu dengannya,"
Valie tertawa mendengarnya, "Kau bisa melakukannya nanti. Theodore terlalu lemah untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi besar seperti Da Zera. Aku muak melihat wajahnya. Dia terus ada di manapun aku berada. Juga para anggota Da Zera. Mereka terus membuntutiku,"
"Mereka terlalu terobsesi padamu Valie. Terlebih Theodore, dia sangat mengincarmu. Jangan sampai kau berada di kandang mereka lagi. Itu tidak akah baik nantinya," Shei menyahut, "Da Zera jelas tidak akan melepaskanmu nantinya,"
"Shei benar. Da Zera tidak akan melepaskanmu setelah kau pergi ke kandang mereka untuk sekali lagi. Tidak seperti aku yang menyamar di hadapan mereka. Juga Jervo yang berpura pura mencintai Sharon. Oh itu bagian paling menjijikan dari sandiwara ini," Naevi menggeleng malas, mendorong pelan tubuh Jervo yang ada di belakangnya, "Jangan bicara padaku,"
"Hey sayang itu hanyalah misi. Aku pun sudah menyelesaikan misinya. Sekarang aku tidak punya hubungan apapun dengan nenek tua itu," Jervo melangkah mendekat, menarik Nana ke dalam pelukannya, "Hanya ada kau. Sayangku. Nenek tua menyebalkan itu sangat membuatku muak. Dia terlalu banyak mengatur. Seakan semua perhatiannya kepadaku dapat membuatku terkesan. Padahal faktanya, aku hanya menatap ke arahmu. Meliriknya sedikitpun tidak pernah. Karena dia tidak pantas mendapat pandanganku,"
"Ew menjengkelkan sekali drama romantik ini," Rhea mendengus, "Tapi setidaknya mereka sudah menyelesaikan misi mereka untuk menyusup di Da Zera,"
"Apa yang mereka dapatkan dari misi itu?" tanya Valie.
Shei mendengus, "Hanya sebuah berkas penting. Tapi drama menyebalkan mereka selalu terjadi bahkan di seluruh penjutu negri. Aku muak melihat drama Jervo dan Nana yang awalnya bertengkar, berubah menjadi rayuan rayuan menjijikan,"
"Kau juga akan seperti itu jika bersama Sadam," sahut Rhea jengkel, "Bahkan lebih menjijikan di bandingan Nana dan Jervo. Kau saja yang tidak menyadarinya,"
"Tidak. Aku tidak pernah merasa melakukan hal yang sangat menjijikan bersama Sadam. Dia adalah yang terbaik. Tidak pernah merayuku. Dia selalu berkata denga kalimat manis supaya aku terus bahagia bersamanya," seru Shei tidak terima.
Rhea memutar bola matanya malas, "Tidak ada perbedaan signifikan di sana Shei Anderson,"
Valie terkekeh kecil, "Tidak akan ada yang menyadari semenjijikan apa kau bersama pasangan di mata orang lain. Berhenti berdebat untuk itu,"
"Kau benar," Shei menoleh sejenak lalu mengangguk, "Namun tetap saja Rhea dan Glenn adalah yang paling menjijikan di bandingkan apa pun itu,"
"Aku harap kau berkaca setelah mengatakan hal seperti itu," sang empunya nama mendengus keras jelas tidak terima.
"Aku harap kau akan terbiasa dengan ini," ujar Mave yang di balas helaan napas lelah dari Valie.