Shei terdiam mendengar penjelasan Sadam. Gadis itu menoleh dengan cepat, memaksa lelaki itu untuk mendongak. Jemari Shei bergerak mengusap pipi Sadam yang basah akibat air mata. Menatap lelaki itu tepat di matanya. Berbisik dengan nada rendahnya, "Aku kira kau sudah tidak mencintaiku lagi. Aku benar benar takut jika hal itu terjadi Sadam," ujarnya, menyatukan kening mereka berdua seraya tersenyum lega. Tanpa sadar Shei ikut menangis, air matanya turun hingga membasahi wajah Sadam, "Aku seharusnya percaya padamu. Kau tidak mungkin menghianatiku. Kau jelas mencintaiku dan tidak melirik gadis lain. Kau jelas tidak akan melakukan itu dengan tujuan yang sengaja dan yang tidak ada hubungannya denganku. Seharusnya aku sudah bisa menebaknya sejak awal. Tapi rasa cemburu benar benar membuatku gila dan tidak bisa berpikir dengan jernih Sade. Maafkan aku, aku benar benar merasa buruk atas apa yang sudah terjadi. Maafkan aku Sade. Semua ini terjadi karena aku. Aku benar benar menyesal,"