"Zelena jadi ini benar kau," Wina memasuki ruang tamu yang kini masih cukup ramai. Beruntung ruangan itu sangat besar sehingga bisa menampung banyak orang. Wanita itu memekik dengan girang. Dengan cepat menuju sang sahabat lama lalu menerjangnya dengan sebuah pelukan erat yang hangat, "Astaga Zelen aku sangat merindukanmu. Aku benar benar masih tidak habis pikir dengan Simon si wajah tawanan itu. Dia benar benar sudah menyakiti sahabatku yang berharga. Dan dia jelas akan mendapatkan bayaran yang setimpal untuk itu. Aku benar benar akan menjamin hal itu. Apa apaan dia itu tidak setampan suamiku tapi bahkan berani menyakiti sahabat terbaikku seperti Zelen. Aku akan benar benar membunuhnya sesaat setelah bertemu dengan si keparat itu,"