"Saya ingat wajah itu."
Nisa kembali baik-baik saja dengan sendirinya. Kepalanya tidak sakit lagi. Perutnya tidak terasa mual. Warna wajahnya berangsur-angsur membaik. Padahal sebelumnya ia seperti orang yang kehilangan kekuatan dan nyaris jatuh pingsan.
Sayakei mengangguk. Tersenyum bangga seolah orang yang telah berhasil membuat kemajuan adalah dirinya sendiri.
"Beliau guru olahraga pengganti. Salah satu orang yang menerima keberadaan saya tanpa mengatakan apa pun. Bahkan menawari saya bergabung dalam tim atletik yang beliau bentuk." Nisa mengatakan semua hal yang muncul di ingatannya.
"Hanya itu?" Sayakei ingin tahu lebih banyak.
Nisa mengerutkan keningnya. "Ada hal penting yang saya lupakan?"
"Bukankah ada sesuatu yang menyangkut hidup dan matimu."
Nisa masih tidak mengerti. Hal-hal yang ia ingat sudah hampir semua katakan. Namun, tampaknya masih ada bagian penting yang Nisa lupakan.
Menyangkut hidup dan mati?
