Aku berbaring di sebuah tempat yang sempit dan gelap. Tempat berukuran 150 X 60 senti meter. Sebuah tempat tertutup. Karena tinggi tubuhku tidak sesuai dengan tempat ini, aku harus melipat kakiku. Aku tidak bisa leluasa bergerak. Tidak bisa bebas menghirup oksigen.
Kepalaku mendidih, amarah di dadaku meletup-meletup. Aku ingin berteriak. Ingin mengamuk. Ingin melampiaskan kemurkaanku. Aku merasa seperti gunung merapi yang hanya tinggal menunggu waktu untuk memuntahkan lava. Mulutku komat-kamit, meracau, mengumpat. Aku sedang marah. Aku membenci segala hal.
"Aku benci ... aku benci," kataku berulang kali.
"Akan kubunuh, akan kupatahkan jari-jarinya," kataku lagi.
Mulutku terus komat-kamit. Aku seperti sedang merapal mantra. Saat ini dadaku begitu penuh dengan segala emosi buruk. Tiba-tiba suara ketukan terdengar.
"Zac! Zac, sayang. Kamu baik-baik saja? Ini Mama, Zac."